Selama hidupnya Lesya memang selalu licik dan tak terkalahkan hanya demi mempertahankan warisan sang ibu. Tetapi dia mengalami kecelakaan dan terjun ke jurang. Lesya dinyatakan meninggal dan harta warisan miliknya dikuasai oleh pamannya yang serakah.
Siapa sangka dia kembali hidup dan memiliki kesempatan untuk membalas dendam. Tetapi Lesya dibangkitkan pada tubuh seorang gadis lemah bernama Yiesha yang di biarkan terkurung dan kelaparan berhari-hari. Jiwanya yang penuh dendam ingin Lesya bisa membalaskan perbuatan keluarga tiri dan teman-temannya yang jahat kepadanya. Lesya berjanji.
Hingga Lesya bertemu dengan atasan sekaligus orang yang membantunya untuk membalaskan dendam. Kenzo pewaris keluarga Will yang buruk rupa. Ingin membuktikan jika dia pewaris yang sah atas kekayaan milik ayahnya.
Bagaimana cara Lesya membalaskan dendamnya? Yukkk... mari kita simak bersama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss_Dew, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4 sin ² (90⁰) + 2 cos 60⁰
Tentu Belva terkejut dengan perubahan sikap dan perilaku Yiesha saat ini. Apalagi ucapannya begitu berani dan tidak disangka tidak diduga. Semua yang dikatakan Yiesha memang benar, tetapi bukan Belva jika menyerah begitu saja.
"Ya kamu benar, tapi itu dulu," jawab Belva dengan santai.
"Apa maksudmu??"
Yiesha langsung mengangkat sebelah alisnya, sedikit tidak paham dengan maksud Belva.
"Apa kamu pikir kamu masih berhak atas rumah dan tanahnya hah??" seru Belva dengan berkaca pinggang.
"Tentu!! Rumah ini milik almarhum ibuku yang ayah berikan kepadanya. Sudah seharusnya rumah menjadi milikmu. Jangan banyak bermimpi, status anda tak lebih dari seorang ibu tiri, bahkan seharusnya setelah kematian ayah anda angkat kaki dari sini!!?" ucap Yiesha dengan menggebu-gebu.
Selain mengetahui dari Yiesha langsung, Lesya juga sempat membaca buku harian Yiesha yang menuliskan apa saja yang terjadi selama ini. Tentu Lesya yang sudah berada dalam tubuh Yiesha tidak akan tinggal diam.
Plaaakkkk
"Sudah mulai berani kamu hah!! Dan lancang sekali mulut kamu menyebut saya Ibu!!! Panggil saya nyonya, karena rumah ini sudah menjadi milik saya dan kamu tidak berhak atas rumah dan isinya. Kamu paham!!!" Bentak Belva setelah memberikan sebuah tamparan pada pipi Yiesha.
Perih, panas dan kram itu yang dirasakan oleh Yiesha saat ini. Apalagi perkataan Belva tentang kepemilikan rumah ini membuatnya menimbulkan pertanyaan.
"Tidak... tidak mungkin!! Tidak mungkin ayah saya memberikan rumah ini kepada anda, aaaaahhhkkkk!!!"
Yiesha memegangi kepalanya yang terasa sakit, tiba-tiba sekelebat muncul bayangan dan kenangan saat kedua orang tua Yiesha masih hidup dan mereka hidup bahagia dan tentram.
Tidak!!! Tidak!!! Meskipun benar kenyataannya jika kepemilikan rumah ini sudah beralih, tapi Yiesha saat ini tidak akan tinggal diam. Dia harus mengembalikan segala sesuatu yang menjadi haknya.
Krucuk
Krucuk
Terdengar suara dari perut Yiesha berbarengan dengan timbulnya rasa perih di bagian lambung. Semburat kemerahan langsung muncul di wajah Yiesha menahan malu. Baru kali ini dia merasakan yang namanya kelaparan, padahal dahulu dia selalu bisa memakan apa saja yang dia inginkan.
"Hahahaha kau lapar bukan!! Makanya jangan banyak membantah. Cepat kerjakan dan cuci semua piring yang ada di wastafel hingga bersih jika kamu ingin makan!!! Cepat, jangan diam saja seperti patung kuda!!!" Seru Belva dengan sikap yang sangat angkuh.
Pandangan Yiesha memandangi dengan lekat tumpukan piring kotor yang berbau tidak sedap. Meskipun saat ini dia dalam tubuh Yiesha tapi dia sangat tidak ingin mengerjakan sesuatu yang menjijikan seperti ini.
"Tidak mau!! Anda saja yang mencucinya. Bukankah semua piring kotor itu bekas makan anda bukan?? Sebaiknya Anda bertanggung jawab dengan apa yang sudah dilakukan karena saya bukan pembantu!!!" ucap Yiesha tak kalah tegas.
"Rupanya kamu sudah tidak ingin tinggal disini hah!!! Belagu sekali kamu jadi anak. Mau jadi apa kamu pergi dari rumah ini?? Jadi pengemis?? Hahaha jangan harap kamu menemukan belas kasihan diri orang lain," ledek Belva.
"Setidaknya jadi pengemis di luar sana masih lebih baik dibandingkan menjadi pembantu di rumah ini. Ciihh aku tidak sudi!!!" Jawab Yiesha.
Amarah jelas terlihat di mata Belva, gadis yang dulu lugu, penuru dan tidak pernah melawan kini berani beradu mulut dengannya bahkan tak lagi mau menuruti segala perintahnya.
Hap
Kali ini Yiesha tak akan membiarkan tubuh barunya disakiti oleh orang-orang disekitarnya meskipun tubuhnya terasa lemas karena belum sempat makan, Yiesha menahan tangan Belva yang hendak menamparnya sekali lagi.
"Tak akan pernah aku biarkan kamu nenek sihir menyakiti aku lagi. Sekarang aku bukan Yiesha yang bisa kamu tindas sesuka hati. Mulai hari ini aku Yiesha akan membalas semua perlakukan kalian selama ini!!!" Seru Yiesha dengan penuh keyakinan.
Belva terdiam sejenak, dia begitu tertegun dengan ucapan Yiesha yang tegas dan lantang. Tak ada lagi sorot ketakutan dalam dirinya, bahkan cengkraman tangannya mulai terasa sakit, seluruh tenaga Yiesha yang tersisa digunakan untuk menahan tangan Belva.
Bukan.. bukan...
Itu adalah luapan amarah yang ada dalam diri Yiesha, luapan amarah akibat tindakan Belva dan Davinka yang seenaknya menyakiti dirinya. Memperlakukan Yiesha dengan seenak hati, tanpa rasa belas kasihan dan peri kemanusiaan.
"Beraninya tangan kotor mu itu menyentuh kulit ku. Lepaskan sia-lan!!! Dasar anak tak tau di untung, anak pembawa sial!!!!" umpat Belva terus menerus.
Namun sialnya semakin Belva mengeluarkan caci maki, cengkraman tangan Yiesha semakin kencang. Bahkan pada pergelangan tangan Belva sudah terlihat kemerahan, sepertinya lecet.
"Anak yang kau sebut ini bahkan masih kau ambil jerih payahnya. Anak yang kau sebut tak tau di untung ini pun masih kau kuras tenaganya hingga hampir mati. Jadi siapa yang tidak berguna sebenarnya hah??"
Tatapan kedua mata Yiesha begitu menyalang, tak ada lagi yang harus disembunyikan. Inilah diri Yiesha yang baru. Tak akan ada lagi orang yang seenaknya apalagi menindas hidupnya.
Eeeuuuggghhhhh
Belva menghempaskan tangannya sekuat tenaga agar bisa lepas dari cengkraman tangan Yiesha. Meskipun harus merasa kesakitan tapi dia tidak takan lagi jika dalam posisi tersebut lebih lama lagi. Ya.. dan benar saja garis kemerahan terlihat jelas di pergelangan tangan Belva.
"Bagus ternyata selain berani kau juga sudah kurang ajar ya. Lupa selama ini siapa yang sudah merawat mu hah?? Lupa siapa yang sudah memberimu makan hah!!"
"Ciihhh bahkan aku hidup mengurus diriku sendiri. Bahkan makanan yang kau berikan pun tak layak dan masih lebih mahal dari makanan kucing. Apa itulah masih pantas disebut merawat dan memberi makan!!!!"
Yiesha tak tinggal diam lagi.
Belva mengambil sapu yang ada di dekatnya dan menodongkannya di hadapan Yiesha.
"Kau memang harus aku beri pelajaran. Pergi kau dari sini. Haram untukmu menginjakkan kaki di rumah Ku. Dengar dan ingat baik-baik, rumah dan tanah ini sudah menjadi milikmu dan kau sudah tidak berhak atas apapun. Cepat pergi dari sini dan jangan bawa barang apapun. Pergi!!!!"
Belva mengayun-ayunkan gagang sapu ke tubuh Yiesha. Yiesha kali ini harus mengalah karena untuk saat ini tak mungkin dengan tubuh lemahnya dia melawan Belva. Tetapi dia harus pergi kemana.
Akhirnya Yiesha terusir dari rumahnya sendiri, tak ada satupun yang dia bawah hanya pakaian yang menempel di tubuhnya, belum lagi rasa lapar membuat lambungnya terasa perih dan linu.
"Niihh bawa sampahnya sekalian. Rumah ini bukan tempat penampungan sampah!!" Ucap Belva sambil melemparkan tas lusuh milik Yiesha.
Didalamnya hanya ada beberapa potong pakaian, dompet dan ijazah milik Yiesha. Dengan langkah gontai, Yiesha berjalan menjauhi rumah yang selama ini ditinggalinya.
☘️
☘️
☘️
Di sebuah halte akhirnya dia memutuskan untuk beristirahat setelah 1 jam lamanya dia terus melangkah tanpa tujuan yang pasti. Sudah lama rasanya dia tidak berpergian seorang diri, selama ini selalu ada penjaga yang akan mengawal dirinya setiap kali pergi ke manapun.
Dia sama sekali tidak memperdulikan tatapan orang-orang yang lalu lalang dihadapinya. Meski dia tahu tatapan itu mencemooh kondisinya saat ini, tapi dia tidak peduli, yang penting selama orang itu tidak mengganggu dirinya.
Beban dalam dirinya semakin besar, padahal sudah lama dia menyerah. Jika bukan karena sang ibu yang telah lama tiada, mungkin Kenzo sudah pergi sejak lama. Sebagai anak satu-satunya dia tidak akan membiarkan apa yang menjadi haknya di rampas oleh orang lain.
Tapi Kenzo tak bisa sendiri, butuh dukungan orang lain, sang ayah pun tak berada di pihaknya, beliau jelas memilih adik tirinya sebagai pewaris. Hanya karena wajah cacat Kenzo akibat luka bakar, semua anggota keluarga meragukan kemampuannya. Hanya sang kakek yang masih berusaha melindunginya meskipun syarat yang diberikan sebagai sang pewaris tak masuk di akal. Dialah Kenzo Will Haraska, sang pewaris utama dari keluarga besar Will.
Buuugghhhh
Kenzo yang terpekur memandangi langit biru tiba-tiba dikagetkan dengan seorang gadis yang tersungkur di dekat kakinya. Dari penampilannya yang lucu Dia mengira gadis tersebut adalah seorang pengemis.
"Pergi -pergi. Saya tidak punya uang receh," ucapnya sambil menggeser duduknya ke sebelah, sedikit menjauh.
Gadis itupun mengangkat kepalanya dan keduanya saling berpandangan, bertatapan dalan jeda waktu sepersekian detik. Kenzo cukup aneh, merasa sesuatu yang berbeda dari biasanya, gadis itu bahkan tidak ketakutan ataupun jijik dengan wajahnya.
"Tolong, tolong beri aku makan. Aku sudah tidak makan tiga hari. Aku lapar sekali Tuan, tolong beri saya makan sepiring nasi dengan ayam. Please."