>Alea, adalah wanita kuat yang beruntung mendapatkan sistem.Sifatnya yang dingin selalu membuat lawan bicara ketar-ketir,meskipun begitu Alea tetap memiliki hati nurani.<
Di sebuah mansion yang megah,terlihat seorang gadis yang menangis menjerit melihat semua anggota keluarganya bersimbah darah.
"Daddy,mommy...,abanggg..,kakek... Bangun...hiks..hikss...bangunn..,siapa yang bikin kaliann begini!!.."marah gadis itu sambil memangku kepala ibunya yang bersimbah darah.
"HAHAHAHAHA...HAHAHA..."seseorang tertawa jahat dari arah belakang."Hmm..sayangku alea..apakah kau tau..aku yang telah membunuh mereka semua HAHHAAHAH..."dia adalah tunangan dari Alea yang bernama Riko.
Alea yang mendengar itu dari mulut sang tunangan langsung dibuat tambah frustasi.
"Aaaaaaakkkkkhhhh...Riko apa yang sudah kau lakukan dengan keluargaku!!..aku tak akan memaafkan mu Aaaaaakkhhhhh...kenapa semua ini bisa terjadi..hiks..hiks Daddy..mommy.. Maafin Alea,ini semua salah Alea..Alea minta maaf bangun lah dad..mom
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon flora#elyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. revenge is over
Happy Reading. .
Malam hari di kamar Dexter, Alea menemani anaknya mengerjakan pr sekolah. Di saat waktu seperti ini tentu saja Alea tidak ingin mengabaikan Dexter yang membuat nantinya berdampak buruk jika Dexter tiba tiba berkata dia diabaikan.
Dexter menceritakan kegiatan sehari-harinya di sekolah ataupun dirumah. Dia menceritakan saat neneknya, Risa. Selalu mengantarkannya sekolah tanpa absen. Lalu menceritakan dirinya yang selalu mendapat nilai sempurna ketika ada tugas.
"Anak mommy sangat pintar, pertahankan semua itu" Alea memberi pujian dan mewanti Dexter.
"Baiklah, mommy tapi ini bagaimana?" Dexter menunjukkan tugas membuat dessert coklat lumer dan menulis bahan apa saja yang harus digunakan.
Alea menepuk keningnya, bahkan dia tidak punya keahlian memasak.
"Gurumu ada-ada saja" Alea tidak habis pikir, apa mungkin gurunya tidak punya tugas lain.
[Beli saja keahlian memasak bintang lima di toko sistem]
'Membutuhkan berapa poin sistem, Felix?'
[Hanya 200 poin saja]
'baiklah aku ambil keahlian itu'
Tiba-tiba kepala Alea menghangat dan mendapat gambaran semua jenis resep hidangan bintang lima.
[Sisa poin : 44.725]
"Baiklah, Senin pagi mommy akan buatkan yang guru perintahkan" Begitu mendapat keahlian, dia langsung mengiyakan permintaan Dexter.
"Baiklah ayo tidur ini sudah larut malam."
Alea menuntun Dexter ke ranjang lalu menyelimutinya sampai di atas pinggang, tidak lupa mematikan lampu kamar. Alea mencium kening Dexter dan keluar dari sana.
Alea tidak langsung ke kamarnya. Dia berjalan ke bagasi dan keluar dari mansion dengan mengendarai motor sport. Saat asik mengendarai motor Alea berhenti di pinggiran kota saat melihat kafe buka 24 jam. Sesampainya Alea hanya memesan strawberry milkshake.
Hawa disekitar terasa dingin dan mencekam, karena hari sudah hampir tengah malam.
Alea melihat ponsel ingin mencari info balapan. Tapi tidak jadi setelah merasa pergerakan aneh di sekitarnya.
Dia mengedarkan pandangannya, dengan mata elang dia bisa melihat pergerakan seseorang dari kejauhan. Alea mengaktifkan mata tembus pandang dan mendapat keberadaan seseorang di balik tembok yang membatasi dapur.
[Alea sebaiknya hati-hati dengan minumanmu]
'Felix sepertinya ada banyak mata-mata disini'
[Ya itulah sebabnya kau harus hati-hati. Minuman pesananmu telah di campur sesuatu]
'hmm, aku curiga itu racun. Musuh masih ingin berusaha menyingkirkanku'
[Di toko sistem ada pil penetralisir racun]
'tukar sekarang'
[Pil sudah ada di saku, sisa poin : 44.715]
Tap
Tap
Tap
"Ini pesanannya nona, silahkan dinikmati" setelah menaruh pesanan di meja, pelayan langsung pergi menjauh.
Di jarak sekitar 3 meter beberapa orang mengawasi gerak-gerik Alea. Bahkan saat Alea meminum milkshake nya mereka menunggu dengan perasaan bahagia.
"Liat dia sudah meminumnya" ucap pria yang sedang membaca koran.
"Ya, sebentar lagi efek racun akan bekerja. Setelahnya kita serahkan kepada bos. Pasti dia bangga dengan kinerja kita." Ucap pria yang memegang ponsel memvideo Alea.
Sedangkan Alea diam-diam memasukkan pil ke dalam milkshake nya, dan dengan tenang meminumnya setelah lima menit di diamkan. Bahkan rasanya jauh lebih segar.
"Kenapa dia masih baik-baik saja" heran pria lainnya.
"Mungkin sebentar lagi"
Bahkan ini sudah setengah jam sejak Alea meminumnya tapi tidak bereaksi apa-apa.
Alea keluar dari kafe setelah lama berada di sana. Menghidupkan motornya lalu memacu motor dengan kecepatan penuh.
Sedangkan di kafe beberapa pria lainnya mengejar Alea, sedangkan beberapa lagi menghubungi bos mereka. Laju motor Alea sangat cepat bahkan mobil yang membawa beberapa pria tadi beberapa kali terjebak macet di setiap lampu merah.
Alea memelankan laju motornya setelah ada di tempat sepi. Sedangkan di belakang mobil hitam memacu kecepatan di atas rata-rata berniat mencelakai Alea.
Tangannya diam-diam masuk ke saku di balik jaket hitamnya dan mengambil senjata api dari ruang dimensi. Tembakan langsung melesat ke arah ban mobil membuat mobil oleng dan menabrak ke pembatas jalan.
Tanpa berlama-lama Alea menjauh saat melihat bahan bakar mobil menetes keluar.
Duuaaaarrrrr
Terjadi ledakan dahsyat, tapi pelakunya telah pergi jauh dengan motornya.
Keesokan hari ada berita panas di tv. Lima pria dinyatakan tewas di tempat ledakan mobil. Dan jasat yang ditemukan wajahnya sudah sangat sulit dikenali.
Alea hanya melewati ruang tv dengan kehebohan keluarga.
Di saat dia berlari memutari mansion lima kali. Akhirnya berhenti dengan mengusap keringat didahi.
Dengan cepat dia kembali ke kamar dan membersihkan diri lalu memakai baju santai. Xavier semalam mengabari akan mengantarkan Alea ke mall. Bahkan rencananya Alea juga akan mengajak mommy, Dexter, Adel, dan Lili ikut bersamanya.
*Tringg*
*Xavier : aku sudah ada di depan*.
*Alea : masuk dulu saja, aku dan yang lain masih bersiap*.
Setelah mommy, Adel, Dexter dan Lili siap. Semua langsung mengunjungi mall Alea yang baru. Alea, Dexter dan Xavier satu mobil. Sedangkan sisanya menggunakan mobil yang lain.
*Skipp*
Di mall mereka memarkirkan mobil di tempat khusus pemilik mall yang sudah disiapkan. Setelah masuk Alea menyuruh mereka lebih dulu berkeliling sedangkan dirinya akan ke ruang manager.
"Mari nona, saya antar masuk" wanita paruh baya menuntunnya ke ruang manager.
*Tok*
*Tok*
*Tok*
"Masuk!"
*Ceklek*
"Maaf pak, di luar pemilik mall sudah datang."
"Baiklah, suruh masuk saja. Buatkan minuman untuk Bu bos"
"Baik pak"
Setelah memerintah, pak agung berdiri merapikan pakaiannya.
*Tap*
*Tap*
*Tap*
"Pagi, pak agung"
"Pagi nona, silahkan duduk" pak agung mempersilahkan Alea duduk.
"Nona saya sudah menyiapkan dokumennya, silahkan tanda tangan disini"
Alea melihat dengan cermat isi dokumen yang tertulis setelah tidak ada masalah dia langsung menandatangani di bagian kiri kertas.
"Permisi nona saya ingin mengantarkan teh" wanita paruh baya menaruh teh dengan hati-hati.
"Terima kasih" sahut Alea.
"Sama-sama nona, silahkan diminum." Alea mengangguk dan meminum tehnya sampai tertinggal setengah.
"Baiklah jika ada yang ingin ditanyakan, tanyakan saja nona" usul pak agung.
"Tidak ada, baiklah karena sudah selesai aku akan pergi" Alea beranjak dan bersalaman sebelum pergi.
Alea mencari keberadaan keluarganya, sesekali Alea melihat kondisi mall yang ramai. Bahkan berdesakan memilih baju yang sangat berkualitas. Beberapa desain baju adalah hasil dari sketsa yang Alea buat dan di buat menjadi desainnya yang nyata.
'bahkan mereka berebut ketika tidak mendapat sisa baju yang sama' batin Alea dengan senyum tipis yang tidak terlihat.
"Kak Al!! Sini!" Teriak Lili di lantai atas mall.
Alea langsung menaiki eskalator agar lebih hemat tenaga. Setelah Alea sudah berkumpul dengan yang lain, semuanya bermain di Timezone bahkan dalam waktu setengah jam sudah mendapat banyak hadiah.
***POV Gale***~
Dia saat ini hanya bisa mendengar berita yang sudah sejak tadi pagi menjadi Berita panas. Setelah tangannya di patahkan Alea, Gale menjadi sedikit takut jika berhadapan langsung dengan gadis itu.
Awalnya dia ingin memanfaatkan keberadaan Kaffa yang masih memiliki hubungan keluarga. Tapi beberapa waktu lalu dia juga mendapat kabar yang tidak memuaskan. Kaffa tiba-tiba saja cerai dan tidak lagi berkomunikasi dengan keluarga Rafassaya.
Bahkan saat itu dia rela terbang ke Jakarta untuk menjerat Kaffa, lalu balik lagi ke kotanya sebelum Alea mematahkan tangannya.
"Sial. . Padahal semalam anak buah mengirim video Alea sudah meminum racun yang sudah tercampur" gumam nya.
"Tapi kenapa bukan dia yang sekarat, malah aku yang merugi" lanjutnya mengingat lima anggota tewas begitu saja.
"Aku yakin ini masih ada campur tangan gadis itu"
\#\#\#\#
Alea, Mommy, Dexter, Adel, dan Lili sudah kembali ke mansion pukul 4 sore. Sedangkan Xavier langsung pulang setelah ditelpon orang tuanya.
Di tempat perkumpulan keluarga Alzar, dan Algar mengeluh saat tidak di ajak, padahal mereka saja sibuk membantu Daddy.
"Tega sekali kalian meninggalkanku" lesu Alzar.
"Abang juga nggak diajak" sahut Algar.
"Hey boy, kalian kan Daddy beri pekerjaan di kantor" ucap Daddy tidak tahu dengan pemikiran keduanya.
"Pekerjaan apanya, kita disana hanya melihat Daddy berbicara" sahut Algar.
"Ya bahkan Daddy berbicara lama sekali dengan seseorang, padahal kami sangat suntuk" sungut Alzar.
"Bukannya Daddy dah kasih tugas?" Tanya Rega.
"Nggak!" Jawab mereka kompak.
Daddy menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Bingung ingin menjawab apa jika dua lawan satu seperti ini.
"Dahlah Alea naik dulu ya, ingin mengerjakan tugas." Ucap Alea.
"Baiklah princess," sahut semua. Dexter dia sudah tidur di kamarnya, kelelahan seharian bermain.
Alea mengunci pintu dengan benar memastikan seseorang tidak akan ada yang bisa masuk.
"Sepertinya aku akan menyelesaikannya sekarang" Alea bergumam dengan perkataan yang sulit dipahami.
Alea melakukan teleportasi ke mansion besarnya di jalan indah. Alea masuk tanpa hambatan. Langkahnya membawanya turun ke ruang bawah tanah.
Puluhan jeruji besi menyambutnya. Bahkan ada salah satunya jeruji yang ditempati Riko. Alea berjalan ke arah sana, membawa beberapa senjata tajam untuk eksekusi.
*Krieettt*
Suara pintu jeruji berdecit. Alea menyiram air dingin ke arah Riko.
*Byurr*
"Heh hah hah hah, bbrrr" Riko bangun dengan badan dingin menggigil.
"Haa lepaskan aku bbrrr" pinta Riko.
"Tidak akan, dan tidak akan pernah" tekan Alea menekan setiap kalimatnya.
Alea mengambil belati mendekat ke tempat Riko. Mata Riko bergetar membayangkan kesakitan apa yang akan di dirasakannya.
"Ka—kamu punya dendam apa padaku. Apa aku punya salah" Riko memberanikan bertanya.
"Ya, salahmu adalah membuat keluargaku mati di ke-hi-du-pan per-ta-ma." Tekan Alea.
Riko menggeleng tidak paham maksud Alea. Sejak kapan dia melakukan apa yang Alea ucapkan. Tidak mungkin, pasti Alea gila.
Alea menggores luka di setiap kulit wajah, tangan, perut, kaki. Setelah puas bermain-main.
*Dor*
*Dor*
*Dor*
Alea menyerbu Riko dengan senapan serbu. Peluru langsung bersarang di kepala, jantung, bahkan kedua matanya.
Alea menghembuskan nafas setelah melayangkan satu nyawa lagi. Tapi jiwa psikopatnya seakan semakin tidak terkendali seandainya dia menemukan musuh yang mengganggu ketenangannya. Bahkan semula bola mata Alea berwarna hitam legam berganti merah darah, seperti memiliki sisi lainnya.
Alea langsung naik ke atas mansion lalu membersihkan diri, setelah bersih dia berniat memanggil satu asistennya lagi.
"Leon, keluarlah" panggil Alea.
"Saya nona" Leon berlutut di hadapan Alea.
"Bereskan mayat yang ada di ruang eksekusi. Setelahnya pergi." Perintah Alea.
"Baik nona, perintah dilaksanakan" sahut Leon dan menghilang begitu saja.
"Dendam selesai. .
Bersambung. .