[Note : Update jika Author tidak sibuk]
Seorang siswa bernama Ash Kisaragi mendapati dirinya terpanggil ke dunia lain bersama teman sekelasnya. Kala itu mereka bertemu dengan seorang Dewi dan mendapatkan sebuah skill sesuai dengan yang mereka inginkan sebagai bekal ke dunia lain. Namun, berbeda dengan teman sekelasnya Ash mengambil semua skill yang tidak masuk dalam kategori skill petarung.
Setelah perpindahan dunia, Ash langsung pergi meninggalkan teman satu kelasnya. Ternyata ini bukan kali pertama Ash dipanggil ke dunia lain, ia tak ingin menjadi seorang pahlawan dan ingin hidup santai.
Kisah Pahlawan Yang Pernah Mengalahkan Raja Iblis Dan Dipanggil Kembali Untuk Menjadi Pahlawan Sekali Lagi. Namun Dia Menolak Dan Ingin Hidup Bebas Dimulai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Katsumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30 : Bertambahnya Satu Orang Di Dalam Kelompok
Setelah pertunangan yang terjadi secara tidak langsung, Ash keluar dari mansion Duke dan mencari sebuah penginapan di kota.
"Siapa sangka kau akan bertunangan dengan putri bangsawan, pasti itu benar-benar membahagiakan, ya kan... Ash-kun...?" ucap Luna dengan senyum di wajahnya namun nada bicaranya tampak kesal.
"Benar, benar, itu pasti membuatmu bahagia, kan? Lagi pula kami semua hanya teman... teman biasa, benar begitu, kan? A... S... H...?" lanjut Azusa dengan senyum yang dingin.
Risa, Tama dan Koharu tampak heran dengan kelakuan Luna dan Azusa. Kalau Luna mungkin saja, tetapi Azusa?
Mereka bertiga berhenti.
"Hei, apa kalian pikir Azusa juga menyukai Kisaragi-san?" bisik Koharu ke Risa dan Tama.
"Mau dilihat dari mana-pun sudah jelas, bukan?" balas Risa berbisik.
"A- aku rasa juga begitu..." tambah Tama.
Risa menghela nafas, terlihat jengkel. "Apa yang mereka sukai dari pria itu?" ketusnya pelan.
"Ku- kurasa Kisaragi-san itu pria yang baik..." ucap Tama lirih.
"Heee~ apa mungkin..." Koharu menunjukkan senyum jahilnya dan mendekati Tama. "Tama-chan juga s... u... k... a... dengannya?" bisiknya di telinga Tama.
"Ti... ti.. tidak... a- aku tidak..." Wajah Tama merah padam dan perkataan terbata-bata.
"Bercanda," ucap Koharu dengan senyum kecil.
"Eeeh!?" Tama berteriak kecil.
"Sudah, ayo lanjut berjalan. Bisa-bisanya kita tertinggal," ujar Risa.
...***************...
Di penginapan, mereka memesan kamar untuk menginap satu malam dikarenakan esok harinya akan melanjutkan perjalanan. Setelah memesan kamar para gadis langsung masuk ke kamarnya masing-masing meninggalkan Ash sendirian di depan meja resepsionis penginapan.
"Huft~ hari yang benar-benar melelahkan," gumam Ash lirih sambil melihat kunci kamar yang ia pegang.
"Ada apa, Nak?" tanya pemilik penginapan.
"Ah, tidak... hanya punya sedikit masalah kecil," ucap Ash dengan senyum masam di wajahnya.
Lalu ia keluar dari penginapan, berjalan menuju mansion duke, karena masih ada hal yang harus dibicarakan. Karena saat itu sudah sore Ash meminta izin agar bisa pergi sebentar untuk mencari penginapan dan jika sudah dapat ia akan kembali ke mansion. Saat sampai di gerbang ia sudah melihat Sebastian berdiri menunggu kedatangannya.
"Biarkan saya menghantar Anda ke tempat Arcelio-sama menunggu," ucap Sebastian dengan sopan, memandu Ash menuju ke ruangan dimana keluarag duke sudah menunggu.
Saat memasuki ruangan itu Ash bisa melihat keluarga duke telah duduk di sofa, menunggu kedatangannya.
"Maaf karena telah membuat kalian menunggu," Ash berjalan memasuki ruangan dan duduk di sofa sisi lain yang di tengahi oleh sebuah meja.
Flora bangun dari sofanya dan berlari kecil menuju ke sisi Ash, dan duduk di sampingnya.
"Jadi apa yang ingin dibicarakan?" Ash langsung bertanya.
Duke melihat ke arah isteri dan putrinya, keduanya mengangguk pelan. "Ash-dono, aku ingin kamu membawa putriku, Flora di dalam perjalananmu."
"Tu- tunggu, hah? Maaf tapi perjalananku ini sangat berbahaya kalian tahu?" balas Ash.
Itu benar, perjalananku terlalu berbahaya... aku juga punya niatan untuk meninggalkan para gadis saat sampai di ibu kota... batinnya memperkuat apa yang dipikirkan olehnya.
"Tenang saja, aku juga telah belajar ilmu pedang dan menguasai sihir petir. Aku pasti bisa membantu!" seru Flora.
Apa yang akan kalian katakan kalau aku bilang perjalananku untuk membunuh dewa? batin Ash, ia menundukkan wajahnya dengan ekspresi yang terlibat serius memikirkan sesuatu.
"Aku mengerti, tapi aku punya syarat..." ucap Ash.
"Apa itu?" keluarga duke bertanya secara bersamaan.
"Apapun yang kulakukan tolong jangan ditanya untuk apa dan kenapa, hanya itu saja," ujar Ash.
"Kalau hanya itu aku tak akan mempermasalahkannya, aku yakin kamu pasti melakukan suatu hal karena ada alasannya," ucap Flora yang sepenuhnya mempercayai Ash.
"Ngomong-ngomong tujuan kalian ke ibu kota, kan?" Duke Arcelio merubah arah pembicaraan.
"Ya..." jawab Ash.
"Eh? Apa itu benar?" seru Flora tampak terkejut. "Apa mungkin kalian ingin mendaftar di turnamen beladiri yang akan segera digelar di ibu kota?" lanjutnya berasumsi kalau Ash ingin ikut turnamen itu.
"Turnamen beladiri?" Ash menoleh ke arah Flora dengan wajah bingung.
"Hmm? Apa mungkin kamu tidak tahu soal itu?" sela Duke Arcelio.
Ash mengangguk pelan, "Sebenernya aku punya tujuan lain di ibu kota. Aku tak tahu soal turnamen itu," ucapnya.
"Sebenernya satu minggu lagi akan diadakan turnamen beladiri di ibu kota, hal ini sudah diadakan setiap satu tahun sekali dalam upaya memperingati hari dimana pahlawan berhasil mengalahkan raja iblis di masa lampau," jelas Duke.
"Ngomong-ngomong soal pahlawan, bukankah namamu sama persis dengan nama pahlawan di dalam cerita sejarah dua ratus tahun yang lalu?" sela Camellia.
"Itu benar," tambah Flora menatap mata Ash dengan wajah yang polos.
"Ahahah... sepertinya orang tua-ku sangat kagum dengan sang pahlawan sehingga memberikanku nama yang sama persis..." ucap Ash tampak canggung, ia juga mengalihkan pandang.
"Lupakan soal namanya, bahkan nama keluargamu juga sama?" lanjut Camellia.
"Mu... mungkin hanya kebetulan..." jawab Ash dengan hati-hati.
"Tapi turnamen beladiri ya! Kurasa itu menarik!" Ash langsung mengalihkan topik pembicaraan.
"Apa mungkin kamu ingin ikut?" Flora tampak tertarik dan langsung bertanya, wajahnya begitu dekat dengan Ash sehingga aroma parfum milik Flora bisa tercium.
Kedekatan oi! teriak batin Ash, ia menoleh ke samping.
"Tidak, aku tak akan ikut... tapi, mungkin Sunohara-san akan ikut," jawab Ash.
"Kenapa? Bukankah kamu kuat?" tanya Flora bingung.
"Ya, sebenarnya aku ini seorang pedagang, jadi aku ingin membuka kios saat acara itu," jawab Ash.
Setelah mendengar hal itu keluarga duke tertarik tentang Ash yang merupakan seorang pedagang sehingga Ash harus menceritakan tentang dirinya, barang apa saja yang ia jual. Hingga mereka lupa waktu dan matahari telah tenggelam.
Di depan pintu mansion, Ash berjalan keluar berpamitan untuk kembali ke penginapan. "Kalau begitu sampai jumpa besok," ucapnya pamit.
"Tunggu!" Flora menari lengan baju Ash. "Apa aku boleh ikut sekarang?" ucapnya dengan wajah memerah.
"Ya?" Ash menoleh dengan wajah bingung. "Tidak, tidak, bukankah kamu harus mengemasi barang dulu?"
"Ka- kalau itu sudah aku suruh Sebastian," jawab Flora.
Sebastian berjalan mendekat dan memberikan sebuah cincin dengan kristal berwarna biru di atasnya. Itu adalah cincin dimensi yang bisa menyimpan barang dengan kapasitas yang besar. Kira-kira sebesar lapangan bulu tangkis.
Ash menoleh ke arah Duke.
"Kami serahkan perlindungan putri kami padamu," ucap Duke dengan senyum di wajahnya.
Dengan terpaksa Ash menerimanya, "Baiklah, kalau begitu ayo kita pergi menuju ke penginapan."
Ash dan Flora berjalan pergi menuju ke penginapan, namun sebelum sampai di sana mereka mampir ke sebuah kios-kios makanan.