Love Of The Gonzalu Beach

“Ada apa melihatku seprti itu?” Tanya Aldi polos, dia melihat sejenak ke arah Agatha setelah itu kembali memperhatikan kemudi.

Jantung Agatha berdetak sangat cepat karena kepergok oleh Aldi, wajahnya memerah, ia merasa sangat malu.

Demikian juga dengan Aldi, pria itu bersikap cool seolah tidak merasakan sesuatu padahal dia sendirri sedang berusaha mengontrol detak jantungnya yang berdetak tak karuan. Baru kali ini ada seorang wanita yang baru saja dia kenal, bisa menatap dirinya secara intens. Selama ini dirinya tidak pernah bergaul dengan wanita, dia hanya berputar-putar pada Richi dan Ega, kalaupun ada wanita yang bersamanya, itu bukan teman apalagi orang dekatnya melainkan hanya karyawan dan beberapa klien dari kantor atau rekan bisnisnya.

“Agatha?” Panggil Aldi karena lumayan lama wanita itu diam. “Kamu tidak kenapa-kenapa kan?” Tanya Aldi hati-hati.

Agatha terkaget mendengar suara Aldi, dia melirik ke arah Aldi dan secara kebetulan tatapan keduanya saling bertemu, mereka pun dengan segera memutar kepalanya menghadap ke depan. Keduanya jadi serba salah.

Aldi memarkirkan mobilnya di salah satu taman paling terkenal di kota Tomohon yaitu taman Alfa Omega.

“Kenapa berhenti di sini?” Tanya Agatha.

“Aku mau membereskan kecanggungan di antara kita dulu sebelum melanjutkan perjalanan.” Jawab Aldi dengan santai. “Kita ngobrol di dalam mobil atau duduk di taman?” Tanya Aldi.

“Di taman saja.” Jawab Agatha.

“Tapi kamu belum lapar banget kan?” Tanya Aldi.

“Masih bisa di tahan kok.” Jawab Agatha santai, dia kemudian membuka pintu mobil dan keluar diikuti Aldi dari belakang.

Mereka memilih bangku taman yang tidak jauh dari tempat Aldi memarkirkan mobilnya.

“Kamu tunggu di sini, aku beli eskrim di sana sebentar.” Kata Aldi melihat tukang jual eskrim yang tidak jauh dari mereka berada.

Agatha tidak menjawab apa-apa, Aldi langsung saja melangkahkan kakinya.

“Ini untukmu!” Aldi menyodorkan satu cup eskrim ke arah Agatha kemudian duduk di samping Agatha.

“Makasi.” Agatha menerima cup eskrim yang diberikan oleh Aldi.

“Agatha.” Aldi memutar tubuhnya menghadap ke arah Agatha, dia menyebutkan nama wanita yang berada di sampingnya itu.

“Heemmm?!” Agatha yang sedang menyuapkan eskrim kemulutnya itu agak kesulitan berbicara namun dia masih saja berusaha memberikan respon pada Aldi.

“Maaf kalau aku membuatmu tidak nyaman, sebenarnya selama ini aku jarang sekali berkomunikasi dengan cewek makanya aku sendiri bingung untuk berbicara denganmu. Maaf kalau hal itu membuatmu canggung.” Kata Aldi jujur.

“Ppffffuuttt…!” Agatha menyemburkan eskrim dari dalam mulutnya, dia tersedak mendengar penuturan Aldi, dia memutar tubuhnya menghadap ke arah Aldi. “Yang benar saja kamu jarang berkomunikasi dengan cewek?” Agatha membeo. “Aku tidak percaya, masa iya seorang Aldi tidak pernah berkomunikasi dengan cewek. Nggak mungkin.” Lanjut Agatha, dia menggelengkan kepalanya.

“Benar, aku jarang banget berkomunikasi dengan cewek, tidak apa-apa kalau kamu tidak percaya.” Jelas Aldi. “Oh iya, kecuali Gina. Hanya dia yang akhir-akhir ini berkomunikasi denganku, itupun karena Ega.” Lanjut Aldi, dia kembali pada posisi duduk yang benar, menghadap ke arah depan.

“Emangnya tidak ada cewek yang dekat sama kamu?” Tanya Agatha penuh selidik, dia masih menatap pria itu intens.

“Aku tidak pernah dekat sama cewek, temanku juga hanya Richi dan Ega.” Jawab Aldi jujur.

“Hah? Cowok se-ganteng kamu, kaya, pekerja keras, tapi tidak pernah dekat dengan cewek?! Imposible. Biasanya cowok-cowok seperti kalian itu suka banget main dengan cewek-cewek di luar sana. Apalagi rekan bisnis, banyak yang cantik-cantik dan bisa saja juga suka sama kalian.” Agatha menggelengkan kepala tidak percaya pada perkataan Aldi. Memang kenyataannya banyak yang seperti itu, Agatha pernah mengalaminya secara langsung yakni hal itu terjadi pada pacarnya sendiri.

“Nggak semua cowok seperti kami itu begitu Agatha. Aku bukannya membelah diri, tapi aku hanya mengatakan yang sebenarnya.” Jelas Aldi lagi.

“Berarti kamu nggak pernah pacaran dong?” Tanya Agatha spontan.

“Nggak pernah.” Jawab Aldi santai.

“Kamu nggak bohong kan?” Tanya Agatha lagi.

Aldi menggelengkan kepalanya tanpa menjawab sesuatu.

Di tengah remang-remang suasana taman senja itu, kedua insan itu menjadi semakin canggung akibat dari pembicaraan yang mereka bicarakan.

“Sejak SMP aku sudah bergaul dengan Ega dan Richi, kami selalu bersama sampai sekarang. Pekerjaan kami pun saling menopang, setelah lulus kuliah kami lebih disibukkan dengan pekerjaan sehingga tidak ada waktu bagi kami untuk mendekati cewek apalagi mengejar-ngejar cewek, dan juga selama ini aku secara pribadi tidak pernah merasa ada yang cocok dengan ku, kebanyakan hanya sebatas rekan kerja saja. Aku selalu membatasi diri untuk bergaul dengan cewek-cewek dan mungkin juga belum membuka diri untuk seorang wanita.” Jelas Aldi. “Kamu sendiri gimana?” Tanya Aldi pada Agatha yang telah duduk bersandar di sandaran kursi.

“Sebenarnya aku punya pacar, kami hampir saja menikah, sebenarnya rencana kami menikah bulan depan namun seperti laki-laki pada umumnya, dia tergoda oleh rekan bisnisnya yang telah mengincar-ngincarnya dan pada akhirnya mereka menikah.” Jawab Agatha.

“Kok bisa gitu?” Kini Aldi yang penasran dengan kehidupan Agatha. “Kalau cowok itu mencintai kamu, tidak mungkin dia tergoda dengan cewek lain walaupun rekan bisnisnya sekalipun.” Kata Aldi.

“Mungkin aku aja yang belum beruntung mendapatkannya.” Agatha sedih mengingat kejadiaan naas yang menimpa dirinya.

“Kamu jangan sedih, pasti ada yang terbaik yang Tuhan sediakan untuk mu.” Aldi menenangkan.

Agatha tersenyum lebar ke arah Aldi, dia berusaha menguatkan dirinya. Sesaat Agatha menatap wajah Aldi dengan intens dan itu sukses membuat jantung Aldi kembali berdetak lebih cepat.

“Aku memang belum beruntung, tapi aku bersyukur hal itu terjadi padaku karena kalau tidak, aku pasti sudah menikah dengan pria itu dan mungkin saja aku tidak diterima oleh orang tuanya karena aku tidak punya keluarga yang lengkap.” Kata Agatha yang tak sanggup menahan laju air matanya.

“Kamu jangan bilang seperti itu Agatha! Maaf telah membuatmu ingat pada hal-hal yang menyedihkan.” Terpaksa Aldi merangkul Agatha dan membawah wanita itu ke dalam pelukannya, dia mengelus-ngelus punggung Agatha dan berusaha menenangkan gadis itu.

“Maaf telah membuat bajumu basah!” Agatha mengangkat kepalanya dan menyadari apa yang terjadi pada dirinya itu.

“Tidak apa-apa Agatha. Apa kamu sudah agak tenang?” Tanya Aldi.

“Iya.” Agatha menganggukkan kepalanya, mengelap air mata yang masih tersisah di pipinya dengan kedua tangannya.

“Pakai ini!” Aldi menyerahkan sapu tangan miliknya pada Agatha. “Aku harap kamu mau menerimaku sebagai temanmu yah? Aku merasa cocok berteman denganmu dan Gina.” Kata Aldi saat Agatha menerima sapu tangan yang dia sodorkan.

“Aku akan sangat senang berteman denganmu.” Kata Agatha.

“Kita lanjutkan perjalanan yuk? Jangan sampai mereka menunggu kita untuk makan.” Kata Aldi mengingat teman-temannya yang telah duluan menuju ke resto.

“Ayo.” Agatha berdiri dari tempat duduknya.