Bismillahirrohmanirohim.
Blur
Ulya sedang seorang gadis muslimah yang sedang menunggu dokter memeriksa ibunya dengan rawat wajah khawatir. Tapi disaat dia sedang terus berdoa untuk keselamatan sang ibu tiba-tiba dia melihat seorang bocah sekitar berumur 4 tahun jatuh tak jauh dari tempatnya berada.
Ulya segera membantu anak itu, siapa sangka setelah bertemu Ulya, bocah itu tidak ingin berpisah dengan Ulya. Anak kecil itu ingin mengikuti Ulya.
"Jadilah pengasuh Aditya, saya akan menyanggupi semua syarat yang kamu mau. Baru pertama saya melihat Aditya bisa dekat dengan orang asing apalagi perempuan. Saya sangat meminta tolong sekali, Ulya agar kamu meneriam tawaran saya." Raditya Kasa Hans.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ilmara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Bismillahirrohmanirrohim.
"Jadi solusi apa yang Mas mau dari adikmu paling cantik ini?"
Tidak ingin terus berdebat dengan adik perempuannya yang terlihat kalem nan lugu ini tapi aslinya sangat cerewet sekali dan sedikit menyusahkan juga bar-bar akhirnya Hans mengalah.
"Mas bingung, Azril."
"Bingung kenapa? Atau mas cuman mau buat semua ini jadi permainan."
"Bukan gitu, mas masih bingung mau ambil langkah gimana, kalau langsung lamar Ulya nanti ditolak kan malu. Diajak pacaran dulu Ulya mau nggak ya."
Tak!
Azril tidak merasa bersalah sama sekali telah memukul kepala kakaknya sendiri keras.
"Sakit weh!
"Salah sendiri ya, Mas! Lagipula pilihan itu ada dua bukan tiga. Lamar mbak Lia atau ajak ta'aruf dulu, bukan malah diajak pacaran, anak orang itu bukan barang sembarang mau dipegang-pegang. Pegangan saat halal itu lebih asik dan indah mas dapet pahala lagi. Daripada pas pacaran."
'Ini anak ngomongnya kayak orang udah nikah aja.' Hans geleng-geleng sendiri sambil memegang kepalanya yang masih terasa sakit akibat pukulan adiknya.
"Mas juga aneh, laki bukan sih, mas? Kok takut ditolak. Yang namanya ditolak itu sudah resiko, belum juga dicoba langsung dateng ke rumah mbak Lia, jadi laki jentel dikit dong, tampang dong menyeramkan hati hello kitty."
"Udah puas maki masmu ini? Jadi kesimpulannya gimana, langkah apa yang harus mas abil?"
Lama-lama kuping Hans panas juga mendengar kata-kata mutiara yang keluar dari mulut Azril untuk dirinya. Azril terdiam sejak memikirkan langkah apa yang harus diambil sang kakak.
"Menurut Azril sih langsung lamar aja mas, nanti keburu keduluan orang masih sendiri yang nyesel, kalau bisa sih secepatnya."
"Sekarang boleh!"
"Gendeng, nggak gitu konsepnya Mas Hans tersayang."
"Tau, tau tapi kamu pulang ya sekarang biar ikut mas lamaran."
"Nanti aja jemput Azril lagi kalau udah mau H-1 aja, syaratnya harus mas sendiri yang jemput kalau bukan Azril nggak mau pulang. Mas pasti nanti butuh bantuan Azril juga kan."
"Oke deal!" pasrah Hans menurut saja.
"Good, ini baru kakak, aku!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Mba Lia!" teriak Aditya yang baru saja turu dari mobil bersama Arion. Bocah laki-laki itu sudah 2 hari tidak bertemu dengan Ulya merasakan rindu.
Aditya sedikit berlari mendekati Ulya yang kebetulan berdiri di depan rumah. Melihat Aditya menghampiri dirinya, Ulya ikut berjalan menghampiri Aditya.
"Hati-hati Aditya, jangan lari pelan-pelan saja." Tegur Ulya tidak ingin terjadi apa-apa pada bocah kesayangannya.
Setelah keduanya berada dijarak yang sudah dekat Ulya merentangkan kedua tangan agar Aditya masuk ke dalam pelukan dirinya, sedangkan Arion tetap berjalan di belakang Aditya untuk mengawasi keponakannya itu.
Hap!
"Assalamuaikum Aditya, gimana kabarnya?"
"Wa'alaikumcalam mbak Lia, kurang baik colanya mbak Lia tidak cama Aditya." Ulya terkekeh mendengar perkataan Aditya.
Tanpa diminta Aditya sudah masuk ke dalam gendongan Ulya. "Mbak Lia, Aditya kangen cekali cama mbak Lia."
Ulya menowel hidung Aditya gemas, bocah itu kini berada di dalam gendongannya. Nyatanya bukan Aditya saja yang merindukan Ulya begitu juga sebaliknya.
"Mbak Lia juga kangen sama Aditya!"
"Bener mbak Lia?"
"Iya Aditya."
"Lebay lo cil, cuman dua hari nggak ketemu sama mbak Ulya aja udah bilang kangen. Untung kagak nangis di rumah." Arion jadi sedikit gemas dengan tingkah sang ponakan.
"Apa cih kak Arion, cirik aja tau."
"Terserah cil, ngomong-ngomong mbak Lia mau kemana? Udah rapi begini."
"Astagfirullah." Ulya menepuk jidatnya sendiri hampir saja dia melupa akan tujuan awalnya karena sengan sekali bisa bertemu Aditya.
"Mau ke kampus, ngajuin judul skripsi hari ini terakhir."
"Biar Arion antar mbak." Tawar Arion.
"Lah, kamu emang nggak sekolah toh? Lagipula nggak usah Arion, kampus mbak dekat dari rumah."
"Astagfirullah. Iya juga mbak." Arion ikut meringis dia lupa, kalau hanya mengantar Aditya pada Ulya setelah itu akan langsung berangkat sekolah.
"Berangkat ya mbak, sekalian titip Aditya. Nggak ngerepotin kan, mbak?"
"Nggak Arion, Aditya emang tugas aku yang jagain dia." Arion mengangguk pamah, setelah mengucapkan salam dia berlalu pergi dari hadapan Ulya dan Aditya.
Memang Ulya sudah 1 jam tadi di rumah sendirian, abangnya pergi ke bengkel pagi-pagi sekali, ibunya sudah ke butik juga. Tadi malam Ulya telah diintrogasi oleh mama dan abangnya tentang vidoe yang viral itu. Tapi Ulya yang memang baru tahu mengatakan yang sejujurnya jika dia tidak tahu apa-apa.
"Kita ke kampuc mbak Lia cekarang."
"Benar Aditya, nggak papakan ikut mbak Lia ke kampus?"
"Ndak papa mbak, ayo." Dia malah yang mengajak Ulya ke kampus gadis itu.
Tanpa menunggu lama Ulya langsung jalan menuju kampus bersama Aditya di gendongannya. Sampai di kampus tidak ada satu orangpun lagi yang menghina Ulya, justru orang-orang memperlakukan dirinya dengan baik dan banyak juga yang meminta maaf pada Ulya. Sekarang para mahasiswi malah merasa iri pada Ulya karena bisa mendapatkan hati sulung dari keluarga Kasa. Untungnya tidak ada yang berbuat nekat seperti Ria, mereka tau resiko yang akan didapat jika macam-macam dengan Ulya.
Selesai mengobrol sejenak dengan beberapa mahasiswi-mahasiswa Ulya segera menuju akademik untuk mengajukan judul skripsi sedari tadi ada satu orang yang ingin menyapa atau sekedar meminta maaf pada Ulya. Sayangnya, dia tidak punya keberian untuk melakukan hal itu, dia merasa sudah terlalu malu, Zevran tidak yakin apakah Ulya mau memaafkan dirinya setelah semua yang dia lakukan pada gadis itu.
"Sudah selesai, Aditya mau langsung pulang atau jalan-jalan dulu?"
"Jalan-jalan boleh mbak Lia."
"Siap, tapi Aditya nggak boleh capek-capek, ya." Kepala Aditya mengangguk-angguk sebagai jawaban untuk Ulya.
Merka berdua menysuri beberapa tempat di kampus Nasional. Hari ini Ulya tanpa Cia, sahabatnya itu sudah lebih dulu mengajukan judul skripsi.
"Mbak Lia, ada ice crem!" jari telujuk Aditya menujuk kearah penjual kedia es crem yang terlihat tidak pernah sepi didekat kampusnya.
"Aditya mau?"
"Mau, mbak Lia." Ulya membawa Aditya menuju kedai es crem tersebut, tapi siapa sangka mereka malah bertemu dengan Yulia.
"Lo, lo kan yang ngaku-ngaku calon istri Hans!" tuding Yulia, dia sangat ingat betul dengan wajah Ulya di mall waktu itu.
"Maaf, mbak siapa ya. Saya buru-buru!"
"Gue belum selesai ngomongnya!" sentak Yulia merasa tidak terima diabaikan oleh Ulya.
"Tante nenek cihir ngapain cih!" hampir saja Ulya tertawa mendengar perkataan Aditya untung dia bisa menahannya.
Malas meladeni orang yang tidak dikenal, sedang cari gara-gara dengan dirinya Ulya hendak pegi tapi kembali dicegah oleh Yulia, tadinya gadis yang terlihat sudah terobsesi pada Hans, mau menarik tangan Ulya kasar. Ulya yang peka langsung menghindar.
"Saya nggak kenal sama mbaknya ya! Jadi tolong jangan cari masalah sama saya. Atau mbak yang nyesel sendiri." Ulya melengos pergi setelah mengatakan hal itu.
"Sombong amat! Cuman gara-gara udah jadi calon istri Hans." Yulia semakin membenci Ulya sepertinya.
Padahal maksud ancaman Ulya tadi tidak ada sangkut pautnya sedikitpun pada Hans, tentang dirinya yang diakui calon istri oleh Hans, Ulya saja tidak terlalu memikirkannya.