Juminten dan Bambang dari namanya sudah sangat khas dengan orang desa.
Kisah percintaan orang desa tidak ada bedanya dengan orang kota dari kalangan atas hingga bawah.
Juminten, gadis yang ceria dan supel menaruh hati kepada Bambang kakak kelasnya di sekolah.
Gayung bersambut, Juminten dan Bambang dijodohkan oleh kedua orangtua mereka.
Pernikahan yang Juminten impikan seperti di negeri dongeng karena dapat bersanding dengan pria yang dia cintai hancur berkeping-keping. Disaat Juminten berbadan dua, Bambang lebih memilih menemui cinta pertamanya dibandingkan menemaninya.
Apakah Juminten akan mempertahankan rumah tangganya atau pergi jauh meninggalkan Bambang dan segala lukanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elsa Mulachela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35
"Mas, bangun!" sambil menepuk pipi yang semakin bulat dan empuk akhir-akhir ini. "Ayo, nanti kita telat ujiannya!"
"Morning kiss atau Mas nggak bangun?" senyum Bambang dengan mata yang masih terpejam.
Juminten tersenyum, hari-hari paginya selalu di warnai seperti ini. Menyiapkan sarapan, juga bekal mereka dan tak lupa melayani manjanya suami. Hal menyenangkan bukan, menjadi ibu rumah tangga juga menjadi pelajar.
CUP!
Dan selalu dibalas dengan lu*atan dalam oleh suaminya. Andai nafas ini tak butuh asupan oksigen, suaminya tak akan melepas Juminten dengan mudah.
"Em.. Kebiasaan!" Juminten memukul lengan suaminya. Dan dibalas tertawa.
"Masak apa, yank?"
"Masak nasi goreng, udah ayok hari ini ujian terakhir langsung rapat osis. Jangan sampai kita telat!"
"Siap!" Bambang berlari ke arah kamar mandi.
Sampai di sekolah, Bambang selalu mengantarkan istrinya masuk ke dalam kelas terlebih dahulu. Permintaan konyol siapa lagi, kalo bukan permintaan istrinya. Dengan embel-embel pamer, kalo punya suami ganteng.
"Aku masuk ya, Mas!" Bambang mengusak rambut istrinya, lalu menuju kelasnya.
Mereka tak tahu, dibelakang mereka ada Mala yang iri melihat kemesraan mereka. "Andai dulu aku nerima Abang, pasti aku yang di manja seperti itu!"
"Ciye..yang di antar Mas Bambang tiap hari!" goda Resti.
"Ciye.. yang udah resmi jadian!" goda balik Juminten. "Guys, kita nanti pulang sekolah merapat ke kantin! Ketua kelas kita jadian sama Resti."
Semua ikut bersorak, Farid dan Resti di buat kelabakan. Yang benar, saja mereka akan mentraktir 30 orang. "Eh, hoax! Hoax!" teriak Resti.
"Loh, kalian nggak jadian? Terus yang semalem whatsApp Jumi hoax dong!"
"Ya, emang kita jadian! Tapi,—"
"Tuh, kan! Semuanya, nanti jangan lupa ya, hari jadian Wan Abut dan Resti!"
Mereka pun lemas, tak bisa mengalahkan kekuatan teriakan Juminten. Farid segera membuka dompetnya, uang jajan nya hanya cukup untuk 7 hari ke depan.
"Ngapain? Kok tampang nya senyum cerah gitu!" sindir Juminten sambil menoleh kemeja belakangnya.
"Gue takut, nggak bisa bayar pajak jadian! Gila, Jumi! Duit gue udah tinggal buat jatah seminggu, masa gue besok ke sekolah jalan kaki!" Farid menendang kursi belakang Juminten.
“Tau nih, yank! Itu bibir nya minta di sentil! "
"Au.. Jangan di sentil, biar di hukum enak sama mas Bambang! " Juminten sambil memeletkan lidahnya.
" Astagfirullah otakku terkontaminasi, jangan sampai pelajaranku ilang gegara toxic lu!" Juminten hanya tertawa cekikikan.
"Nyesel gue curhat sama Jumi!" ucap Resti.
"Bibir kok ember banget!" sambar Farid.
Juminten hanya tertawa cekikikan dalam hati. Dia sukses membuat mood pasangan yang baru jadian itu turun.
Was-was juga harap-harap cemas mereka, akan nasib esok. Apalagi Farid, terlihat down saat mengerjakan ujiannya. Dan sahabat sableng mereka menertawakan badmood mereka dengan senyuman mengembang.
Bel pulang sekolah berbunyi, semua peserta ujian bersorak. Kecuali, dua pasangan sejoli yang baru resmi jadian semalam.
"Yuk, ke kantin guys! Kita serbu ibu kantin!" ajak yang lain.
Kantin terlihat penuh, tenyata pengurus osis juga ikut minta pajak makanan gratis dari pasangan yang baru resmi jadian. Apalagi, kegiatan LDKS kemarin seaakan pengurus osis menjadi saksi pendekatan mereka.
"Kenapa berdiri? Ayo duduk!" Bambang ikut mengompori mereka.
Juminten dengan jumawa nya mencatat semua menu yang di pesan teman-temannya layaknya waitress. Bambang yang sudah tertular virus jail istrinya, diam-diam merekam mimik muka sejoli yang sedang di mabuk asmara campur puyeng.
"Selamat siang semua!" Juminten berdiri seakan-akan menjadi moderator dalam acara.
"Selamat siang!"
"Terima kasih buat teman-teman semua, sudah hadir di acara hari bahagia temen kita Wan Abut dan Resti. Tepuk tangan dulu, semua!"
Prok!
Prok!
Makin pucat saja muka mereka, Farid dan Resti yang biasanya suka menimpali celotehan Juminten. Langsung menjadi pribadi pendiam dadakan.
"Mungkin, ada sepatah kata yang di ucapkan Wan Abut atau Resti. Sebelum menikmati hidangan dadakan gratis dari kalian?"
Kompak korban pajak jadian meggelengkan kepala dan melambaikan tangannya. Dan membuat Juminten semakin tertawa terbahak-bahak.
"Oke, mari kita nikmati aneka kudapan mie instan dengan berbagai rasa seperti request kalian!" Juminten mengode Bu kantin agar segera menyajikannya.
Plash!
Farid dan Resti sama-sama bengong, ternyata menu pesanan sahabat sableng nya hanya mie instan.
Juminten dengan wajah santainya, menyajikan piring mi goreng instan pada kelima orang di meja. Lalu, dia langsung berlari bersama dengan suaminya sambil tertawa.
"Jumi, kurang ajar! Udah bikin orang jantungan!" Resti dan Farid segera mengejar pasangan sableng yang sukses membuat mereka jantungan. Meninggalkan Mala seorang diri di meja.
"Hmm.. Lagi-lagi aku di tinggal sendirian!"
🍓🍓🍓🍓
Juminten menyiapkan masakan yang akan di antar ke kontrakan Abang iparnya. Satu kotak penuh mi goreng sosis dan satu kotak penuh ayam saos inggris untuk stok makan selama 2 hari. Karena, orang tua Juminten menemani eyangnya yang sedang sakit.
"Sayang, udah siap belum?"
"Udah, Mas. Jumi tinggal ambil tas dulu di kamar, ya!"
Bambang pun mengeluarkan motornya, namun bunyi panggilan masuk di ponselnya menghentikan kegiatannya.
"Halo, Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam! Abang lagi dimana?" panggilan tersebut ternyata dari Mala.
"Mau keluar sama Juminten. Ada apa, Mala?"
"Oh, gitu! Maaf ya, Bang. Yaudah hati-hat—"
"Ada apa, Mal?" Bambang mendudukkan tubuhnya di kursi depan rumah. Sepertinya Mala sedang berbicara serius.
"Aku takut, Bang! Aku sekarang sendirian di rumah sama Radit. Emm.. Suaminya Mbok pulang, jadi tadi Mbok minta izin 2 hari nggak bisa masuk. Udah, Abang berangkat aja! Jangan lupa, jemput Mila nanti jam 12 malam, ya!"
"Rumah sudah di kunci? Coba kamu beraniin sendiri nutupnya. Nggak ada apa-apa, kok! "
"Belum, Bang. Aku takut! Aku masih sembunyi di dalam kamar sama Radit!"
Juminten yang sudah selesai berdandan, menghampiri suaminya yang sedang menelpon dengan wajah cemas.
"Siapa Mas, yang telepon?" tanya Juminten.
"Ini, Mala. Sebentar ya, yank! " Juminten mengangguk,lalu ikut duduk di samping suaminya.
Bambang melanjutkan kembali teleponnya, "Coba kamu tutup sekarang, sambil sambungin telpon ini!" Mala diam dan tidak menjawab pertanyaan Bambang, membuatnya semakin gusar.
"Kenapa sih, Mas? Kok Mas kayak khawatir banget?" tanya Juminten.
"Gimana nggak khawatir, Mala sendirian di rumah sama Radit. Biasanya kalo dia sendirian, Mas langsung kesana nemenin dia, yank! "
"Oh.." Juminten lalu mengangguk-anggukkan kepalanya.
Terdengar suara tangisan di sebrang. Bambang semakin di buat kelimpungan. "Mala? Mala? Mala, jawab Abang!"
"Udah, Mala. Tunggu Abang kesana, Abang anterin Juminten dulu. Mala udah jangan nangis, nanti Radit ikut takut. Oke!" Bambang langsung mematikan telepon nya.
Juminten yang mendengar ucapan suaminya langsung berdiri, lalu mendekati motor. Cemburu juga kecewa di rasa Juminten, namun hanya senyum palsu yang di perlihatkan. Dia tidak boleh egois, sahabatnya sedang membutuhkan suaminya.
"Maaf, ya yank. Mas harus nemenin Mala dulu, kasian Radit. Maaf, udah bikin kamu kecewa!"
"Ngggak apa-apa, Mas. Yuk keburu malem."
"Nanti pulang nya aku jemput ya?"
"Nggak usah, Mas. Jumi minta anter Abang aja. Takutnya nanti, mereka butuh bantuan Abang lagi!" ucap Juminten sumringah.
Bambang yang melihat kebaikan istrinya, mengecup pipinya. Dan di balas senyuman manis Juminten.
Bambang jgn galau gitu,noh Rena sdh siap jd masa depanmu. tinggal kedipkan matamu buat othor. biar bisa dpt daun muda😁✌️🏃🏃🏃💨💨💨💨