NovelToon NovelToon
GETIH REGET

GETIH REGET

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Selingkuh / Romantis / Tumbal / Hantu
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Lind Setyani

Hubungan rumah tangga Nadin dengan suaminya semakin hari semakin memanas sejak kepindahan mereka ke rumah baru. Nadin mencurigai perlakuan aneh suaminya sejak kedatangan pembantu barunya, belum lagi kejadian-kejadian aneh yang kerap kali ia dapatkan mulai dari dirinya yang sering di ganggu sosok menyeramkan dan rumah yang kerap kali berbau anyir. Tidak ada gelagat aneh yang di tunjukkan pembantunya itu, akan tetapi Nadin menaruh kecurigaan besar terhadap pembantunya.

Kecurigaan Nadin terbukti saat ia tidak sengaja mempergoki suaminya yang tengah bergumul dengan sang pembantu di saat dirinya sedang tidak di rumah. Di tengah keputusannya untuk bercerai ia justru di buat bingung dengan sang suami yang mendadak menjadi sakit-sakitan. Sampai akhirnya semua mendapat titik terang saat Nadin di datangi temannya yang memiliki kelebihan khusus dan menjabarkan semua hal-hal aneh yang sedang di hadapi Nadin.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lind Setyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SOSOK PESUGIHAN

Pilar-pilar yang ukurannya lebih kecil dari pilar yang posisinya tegak itu saling berseberangan membentuk pola persegi yang di sebagian titiknya tergantung sebuah lampu gantung. Sampailah pandangan Nadin tertuju pada sesuatu yang terlihat buram tapi masih bisa untuk ia lihat, Nadin yang di kuasai rasa takut dan juga penasaran memilih menatap objek tersebut untuk mencari tahu apa yang tengah ia lihat tersebut. Sampailah seperkian detik ia baru bisa mengidentifikasikan objek yang tengah duduk di atas dengan sesuatu yang mengalir ke bawah. Pandangan Nadin mengikuti ke bawah di mana sebuah meja yang sedang ada sekumpulan anak muda memakai baju sekolah tengah tertawa-tertawa dan sebagian sedang menikmati makanan yang ada di meja.

Oh, astaga. Mata Nadin sudah merebak menahan takut, sedikit lagi sepertinya air matanya akan menetes sebelum ia seka dengan tisu. Dengan sangat jelas Nadin melihat sosok makhluk menyeramkan yang dari seluruh tubuhnya terus mengeluarkan cairan kental, cairan yang terus mengalir itu menetes tepat di antara piring-piring pelanggan yang sedang menikmati makanannya.

“Mbak, ada apa?” Tanya Irma yang memandang heran pada Nadin yang tengah menunduk ketakutan.

“Eh engga apa-apa kok,” jawab Nadin mencoba tersenyum, ia tidak mau memberi tahu Irma karena hanya akan merusak suasana makan saja. Tapi jika ia tidak bilang maka mereka akan makan makanan menjijikan yang sudah terkontaminasi dengan cairan dari makhuk yang entah apa itu.

Disaat Nadin tengah menimbang-nimbang ide untuk mencari alasan supaya bisa keluar dari restoran ini dan memilih mencari restoran lain, datang seorang pelayan yang berbeda dengan orang pertama tadi.

“Permisi Kak, silangkan pesanannya. Selamat menikmati, jika ada yang Kakak perlukan bisa langsung panggil saya.” Ucap pelayan yang sama mudanya dengan pelayan pertama tadi, ia dengan sopan menaruh pesanan Nadin dan membungkuk lalu undur diri.

“Terima kasih Mas.” Balas Nadin dan juga Irma.

Sebelum mencicipinya Nadin memandang terlebih dahulu makanan di depannya, tidak ada yang mencurigakan dan seperti layaknya makanan pada umumnya. Iseng Nadin melirik sosok yang masih berada di langit-langit restoran, pandangan Nadin membulat tatkala menyadari makhluk itu berjalan menuju atas mejanya.

Nadin memandang makanan di depannya, dengan mata terpejam mencoba berdoa semoga di jauhkan dari sosok menyeramkan itu, berbagai doa yang ia ingat di lafalkan dalam hati, entah itu surat-surat pendek ataupun doa makan.

“Mbak apa ada yang sakit.” Kegiatan Nadin buyar tatkala mendengar seruan dari Irma yang sejak tadi pandangannya tidak luput dari Nadin

Nadin membuka mata, semakin terkejut saja saat mendapati ada sesuatu yang menetes dari atas menuju piring milik Irma. “Eng…Engga apa-apa, apa makanannya enak?” Tanya Nadin hati-hati dengan perut yang sudah merasa mual.

“Enak banget Mbak, mendingan Mbak juga cepat makan mumpung masih hangat.” Jawab Irma menyuapi dirinya sendiri.

Nadin memandang piringnya dan piring Irma yang jauh berbeda tampilannya, milik Irma sudah tidak lagi seperti makanan fres banyak air lendir yang menjadi toping di atasnya, sedangkan makanan miliknya sendiri tetap sama saat pertama datang.

Kenapa aku sekarang bisa lihat beginian? Tanyanya dalam hati. Selera makan Nadin sudah hilang karena harus memandang ke arah Irma yang dengan lahap menikmati hidangan yang mungkin menurutnya sangat luar biasa enak itu karena mendapat toping cairan dari yang tak terlihat.

“Permisi Mas!” Panggil Nadin pada pelayan yang kebetulan sedang lewat sebelah mejanya.

“Ada yang bisa saya bantu Kak?” Tanya pelayang tersebut menghampiri.

“Saya mau pesanan saya di bungkus saja bisa?” Nadin sedikit tidak enak saat tidak sengaja melihat Irma yang tengah memandang ke arahnya.

“Oh tentu bisa Kak, bisa saya bawa sebentar pesanan yang mau di bungkus.” Pinta pelayan tersebut.

“Ini Mas, terima kasih ya.” Nadin memberikan kedua pesanannya dan hanya menyisakan segelas cranberry juice saja.

Pelayan itu mengangguk lalu mengambil pesanan Nadin, di seberangnya ada Irma yang memandang heran dengan perilaku tiba-tida dari Nadin. “Kok di bungkus Mbak?” Tanyanya penasaran.

“Engga apa-apa Irma, aku sudah tidak ingin makan, sepertinya karena hormon kehamilanku jadi mudah berubah-ubah.” Jawab Nadin berbohong.

Mendengar hal itu, Irma hanya bisa mengangguk sekilas, baru saja ia melupakan kekesalannya karena makan makanan enak tapi harus di ingatkan kembali dengan fakta kehamilan Nadin.

Sekuat tenaga Nadin mencoba menahan mual melihat Irma makan sampai selesai.

...****************...

Lelah sudah Nadin yang sudah lama tidak berkutat dengan alat dapur tapi hari ini ia bertekat ingin memasak sendiri untuk suaminya. Memang sih ada Irma, tapi untuk kali ini Nadin benar-benar tidak memperbolehkan Irma ikut menyentuh karya buatannya.

Selesai sudah Nadin dengan proyek memasaknya, kali ini ia sedang selonjoran di sofa ruang tengah sembari melihat tayangan televisi. Sudah pukul enam lebih tapi Reno belum juga sampai rumah, padahal Nadin sudah sangat tidak sabar ingin memberinya kejutan.

“Irma kamu bisa pulang duluan, tidak perlu meungguku sampai Mas Reno datang,” celetuk Nadin melihat Irma yang beru saja datang dengan nampan berisi segelas susu pesanan Nadin.

“Mbak Nadin engga apa-apa kalo saya tinggal sendiri?” Tanya Irma memastikan.

“Aman, udah kamu cepat pulang dan istirahat. Pasti hari ini capek banget habis dari mana-mana, terima kasih ya Irma.” Ujar Nadin dengan senyuman di wajahnya.

Irma hanya mengangguk mengiyakan lalu berjalan ke belakang untuk bersiap-siap pulang.

Tidak lama Irma datang ke ruang tengah lagi tapi kali ini sudah menenteng tasnya untuk bersiap pulang. “Saya tinggal dulu ya Mbak.” Pamitnya.

“Iya, kamu berani jalan sendiri?” Tanya Nadin, karena dilihatnya sudah sangat gelap.

“Berani Mbak, biasanya juga saya kan pulang jam segini.” Jawab Irma yakin.

“Yasudah, hati-hati.”

Irma mengangguk lalu berlalu untuk pulang meninggalkan Nadin yang kembali fokus pada layar televisi. Kok Mas Reno belum pulang juga, batin Nadin saat melihat jam yang hampir pukul setengah tujuh. Bosan menunggu di depan televisi Nadin memilih ke kamar saja.

Prang!

Nadin memegang dadanya karena kaget, ia bahkan sampai menyebut karena terkejut dengan suara yang berasal dari dapur. Jantungnya sudah berdetak kencang karena teringat kembali dengan kejadian yang belum lama ini ia alami, dari yang di tempat bakso maupun saat di restoran tadi siang. Sialan, kenapa pas banget Irma sudah pulang sih, Nadin memilih buru-buru masuk kamar dan menutup pintunya rapat-rapat.

Ia naik ke kasur dan menyelimuti tubuhnya dengan selimut, bayangan menyeramkan seketika terasa lancar mengalir di pikiran Nadin. Bau amis tiba-tiba tercium di dalam kamar yang seharusnya wangi lavender itu, Nadin sudah tidak berani untuk penasaran dengan sekitarnya, ia memilih menutup seluruh tubuhnya dengan selimut tebal sampai keringat membasahi tubuhnya.

1
Apa ini jadi awal terbuka rahasia pembantunya?
Baru baca, dah bersambung aja.../Facepalm/
Tapi nenek itu siapa? Jangan2 itu berhubungan dengan Naya lagi/Blush/
Disclaimer!!

Hmm... maaf nih, ya. Aku bukan ingin membenarkan karena aku lebih tahu atau gimana. Tapi sebenarnya, ada beberapa dialog yang bisa dipisah, dan membuat antar karakter/tokoh terasa lebih ke memang sedang melakukan percakapan.

Aku tak ada niatan untuk menggurui, tapi ini hanya masukan dariku sebagai pembaca./Pray/

Misalnya, saat awal Nadin masuk, sebenarnya ia bisa diberi gambaran kecil kenapa ia bertanya, "Mas, kamu kenapa?" terus "Masih ada yang sakit?" dan tindakan sebelum benar-benar masuk lalu bertanya. Jadi, tak mendadak bertanya.😅

Semangat ya, thor. Aku tunggu update selanjutnya~/Determined//Smile/
Linn: terima kasih kak atas masukannya☺ untuk kedepannya saya akan lebih memperhatikannya lgi seperti saran kakak🙏
total 1 replies
Bingung mau komen apa
Linn: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Meski kebanyakan narasi, tapi kakak cepat juga upnya. Baru selesai kemarin baca, eh udah ada lagi/Facepalm/
Linn: aamiin terima kasih banyak☺☺
total 3 replies
Lanjut, thor~/Determined/
Kesalahan yang mereka lakukan adalah tak adanya komunikasi.
Ini bisa di sedikit dipadatkan, untuk bagian meletakkan tas. Cuma saran dariku.
Sepertinya, aku bisa menebak orangnya deh~😅
Delapan kilo?🤔 What?!
Oh pantaslah/Facepalm/
Jikapun begitu, bukannya Nadin masih bisa ke toko, ya🤔
Aku penasaran, siapa wanita yang ada di prolog, ya?
Izin mampir, kak.🙏
Lagi menjelajah novel horor soalnya, hehe~😅
Linn: wahh terimakasih kak sudah mampir di cerita saya😍
total 1 replies
Arif Tegal
emang ada tah
Linn: ada kak, hanya saja mungkin sudah jarang yang menggunakannya.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!