NovelToon NovelToon
Kemarau Menggigil

Kemarau Menggigil

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Berbaikan / Mengubah Takdir / Bullying dan Balas Dendam / Slice of Life
Popularitas:15.7k
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Ayah, aku butuh selimut untuk tubuhku yang penuh keringat. Kipas angin tua milik bunda hanya mengirimkan flu rindu. Sebab sisa kehangatan karena pelukan raga gemuknya masih terasa. Tak termakan waktu. Aku tak menyalahkan siapa pun. Termasuk kau yang tidak dapat menampakkan secuil kasih sayang untukku. Setidaknya, aku hanya ingin melepuhkan rasa sakit. Di bawah terik. Menjelma gurun tanpa rintik gerimis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 34

Aku ingin berlayar di atas perahu kertas, lalu tenggelam ke dasar lautan bersama sejumput tawa yang tersisa.

...----------------...

Sialnya, Rasen tidak datang menjemputku sehabis jam pelajaran terakhir. Aku berharap bisa menceritakan tentang pengalamanku di depan kelas. Dekat papan tulis dengan semua mata tertuju padaku.

Aezar terlihat di bingkai jendela kelasku. Masih ada beberapa orang di kelas yang tersisa. Hari ini kebetulan adalah piketku. Sambil memegang sapu, aku mendengus melihat kedatangan Aezar. Rambutnya? Kembali seperti semula. Tidak lagi nyaris bondol. Artinya, rambut yang selama ini aku lihat adalah rambut palsu. Ternyata rambut aslinya memang yang nyaris bondol tersebut. Pantas saja selama ini aku merasa tidak pernah melihatnya di sekolah ini.

"Mau apa lo ke sini!" gertakku yang membuat empat siswi tersisa menengokku, kemudian menengok Aezar.

"Kamu masih piket?"

"Gara-gara lo! Semua gara-gara lo masalah gue makin banyak tahu, nggak. Ayah gue dipecat, gue berantem sama Rasen, warga salah paham. Semua gara-gara, lo. Kebaikan lo nggak membawa pengaruh yang baik bagi hidup gue." Aku berseru tegas.

Teman-teman yang tengah bersih-bersih menjeda kegiatannya sejenak demi menyaksikan apa yang terjadi denganku dan Aezar.

"Aku bisa meminta ibu dan ayahku untuk memperkerjakan ayahmu lagi."

"Gue nggak butuh. Gue nggak peduli sama ayah gue tapi gue nggak sudi lihat dia bekerja di saja lagi."

Aezar terdiam. Wajahnya memang sangat cocok menjadi orang yang memerankan tokoh protagonis. Namun justru itu yang membuatku jengkel. Jengkel sekali hingga entah mengapa aku berharap hari di mana aku mengkhawatirkan ayah dan memilih untuk ikut ke sawah hingga bertemu Aezar tidak akan pernah terjadi.

"Kalian semua pergi! Tinggalkan tempat ini. Aku yakin kalian hanya akan membicarakan hal ini dengan kejelekan. Tambah saja kejelekan yang terlihat dari seseorang yang jelek sepertiku! Puas kalian, hah!?" Seperti biasa. Satu orang yang tempatku beradu mulut. Semua yang di sekitar akan kena imbas. Relungku selalu membara dalam sekejap. Seorang gadis penuh amarah. Pemarah. Pada akhirnya senantiasa membawa masalah.

Dua di antara bergegas mengambil tas dan ke luar. Tersisa dua orang yang piket bersamaku.

"Dainty, caramu menyalahkan diri sendiri itu membuatku sangat tidak enak. Kenapa kamu menghalangiku yang hendak membelamu. Sebab aku tahu kamu sedang terbelenggu masalah. Aku tidak akan tinggal diam. Biarkan aku jadi orang yang berguna walau sedikit saja," ujar Aezar memohon.

"Keras kepala sekali, lo!" Aku berjalan ke arah Aezar dan mendorongnya hingga terjatuh. Seseorang yang beberapa kali kulihat berjalan bersama Aezar kebetulan melintas dan melihat temannya itu terjatuh. "Dengerin, ya. Gue nggak butuh bantuan lo dan gue udah nyesel kenal sama, lo!"

"Tapi aku nggak menyesal. Aku senang mengenalmu dalam waktu singkat ini. Kembalilah ke sawah itu."

Aezar telah berdiri atas bantuan temannya.

"Lo ngapain masih di sini? Pantes aja dicari ke mana-mana nggak ada. Tahu-tahunya lagi di sini," celetuk teman Aezar yang membantunya berdiri itu.

Aezar melirik temannya sejenak. Kemudian melihat ke arahku, "Aku tidak tahu pastinya. Tapi aku menyukai saat-saat ketika kita mencari keong sawah. Aku sudah memimpikan itu berkali-kali dalam tidurku. Berharap akan terulang lagi. Aku bahkan tidak mengerti. Apa yang sebenarnya terjadi dengan diriku. Tapi hal sederhana itu selalu ingin aku ulangi. Sekali pun kamu kerap kali kasar terhadapku."

Wujud Rasen langsung muncul di sebelah Aezar tiba-tiba. Dua lelaki penyabar berdiri sejajar. Omong kosong!

"Dain, kita pulang," ajak Rasen datar. Mengabaikan Aezar yang berdiri di sampingnya.

Urusanku dan Rasen belum selesai perihal kesalahpahaman dengan Aezar. Lelaki itu sudah menambah perkataan yang mendatangkan kejengkelan. Aku tak paham isi kepalanya. Wajah polos dan terlihat baik hati, namun seolah mampu mendatangkan masalah tak berkesudahan.

"Tuh, orangnya yang lo cemburuin, Rasen. Bertengkarlah kalian! Saling pukul. Saling tendang. Nggak usah jadi dua orang lelaki sok sabar! Gue jengkel. Sial, semua berjalan menyebelkan. Selalu saja. Hariku tidak pernah berjalan dengan indah. PERGI!" tegasku lagi-lagi seperti orang tak waras.

Teman Aezar menariknya paksa hingga meninggalkan tempat itu. Dua siswi yang menjadi teman piketku juga sudah selesai.

"Rasen, hubungan lo toksik banget. Capek gue lihatnya," ujar Amna yang merupakan teman piketku itu kepada Rasen dengan suara kecil namun mampu dijangkau pendengaranku.

"Aku tahu," jawab Rasen lirih setelah Amna berlalu.

Tersisa kami berdua di kelas. Namun di lapangan masih ramai sekali siswa yang tengah bermain sepak bola. Lelaki ini mengusap wajah putihnya. Menggenggam tanganku yang berwarna kontras itu. Aku langsung melepas paksa. Satu karena kesal, satu lagi karena minder.

"Aku bukan lelaki penyabar. Kalau saja aku mau marah, sudah pasti aku marah. Tapi aku tidak pernah mampu untuk melakukannya kepadamu. Cukup kamu yang melakukannya. Agar ada yang berperan menjadi pendingin di antara kita. Aku tidak peduli dengan yang mereka katakan. Sebab aku hanya peduli dengan apa yang aku miliki saat itu. Yaitu kamu."

Tersiram sudah relungku yang membara. Itulah bedanya Rasen dengan Aezar. Sekali pun keduanya sama-sama penyabar. Namun Aezar tidaklah sama dengan Rasen dan Rasen tidaklah sama dengan Aezar.

"Aku sudah mempermainkanmu. Hubungan kita toxic. Benar kata Amna. Seharusnya kita sudah lama berpisah seperti yang diminta kakakmu."

Rasen tersenyum tipis, "Ternyata kamu sudah tahu siapa bu Nayla. Maaf. Aku tidak pernah menceritakan soal itu. Sebab kami tidak saling mengenal sejak dulu. Ah, lain kali saja kita bahas itu. Sekarang, aku hanya ingin berusaha mengembalikan senyumanmu. Maaf aku telah menuntutmu mengakui sesuatu yang tidak suka kamu katakan. Maaf sudah meragukanmu."

"Aku memang meragukan. Aku telah memeluk Aezar tanpa memikirkanmu. Kamu boleh ragu denganku dan aku pun bisa jadi ragu terhadap perasaanku sendiri."

"Tapi aku bisa meyakinkan itu. Di sela keraguan selalu ada harapan akan kepercayaan."

"Artinya, kepercayaan itu dihimpit oleh keraguan. Dengan begitu, keraguan adalah pemenangnya. Aku sudah jelas telah berselingkuh. Mungkin di masa depan. Kita akan berpisah. Mungkin kita akan berjalan di lajur berbeda." Aku berkata.

"Bagaimana jika ada persimpangan di tengah sana. Lalu aku menemuimu bersama tumpukan rindu itu. Lantas menceritakan banyak hal, tentang bagaimana perjalanan panjang tanpa dirimu. Hingga denting waktu berbunyi tuk memperdengarkan alunan temu antara kita." Rasen bertutur indah, hatiku menari-nari.

"Aku tak pantas mendapatkan kata-kata semacam itu. Kamu butuh perempuan cantik, kulit putih, otak encer, anggun, lembut, pengertian serta setia. Aku tidak punya semua itu. Sungguh, tidak ada kerugian jika kamu melepaskanku. Kita hanya dua insan yang tidak diharapkan semesta untuk bersama."

"Siapa pun pantas mendapatkan apa pun dari seseorang yang mau melakukannya. Untuk apa perempuan semacam itu, jika sudah denganmu yang aku inginkan. Jangan dengarkan semesta. Sebab akulah yang akan memperdengarkan kepada semesta itu. Bahwa ada seorang gadis yang sangat aku cintai, bernama Dainty Septara Sulaiman. Suaramu terdengar ketika menjelaskan tentang membran sel. Hebat sekali. Aku bangga."

Bagaimana ini. Aku nyaris tidak mampu membendung senyuman lagi. Semesta, haruskah aku menantangmu kali ini?

1
Selfi Azna
pada kemana yang lain
Selfi Azna
MasyaAllah
_capt.sonyn°°
kak ini beneran tamat ??? lanjut dong kakkkk novelnya bagus bangetttttt
Selfi Azna
mungkin bapaknya cerai sama ibunya,, truss jd pelampiasan
Chira Amaive: Bukan cerai, tp meninggal ibunya 😭
total 1 replies
melting_harmony
Luar biasa
Zackee syah
bagus banget kak novel nyaaa...
Chira Amaive: Thank youuuu
total 1 replies
Zackee syah
lanjut kak
🎀𝓘𝓬𝓱𝓲𝓷𝓸𝓼𝓮🎀
barter, aku like punya kamu, kamu like punya aku
Chira Amaive: okeyyyyy
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!