HIJRAH ITU CINTA

Ghibran dan seorang bawahannya mendatangi perusahaan taksi yang membawa Aisha pagi itu. Dia ingin tahu kemana supir itu membawanya. Dari CCTV, nomor polisi taksi itu sama, saat pergi dan kembali. Berarti dari pagi hingga sore, supir itu tahu kemana saja sang istri.

Setelah satu jam menunggu di kantor koperasi, akhirnya taksi yang dan supir yang di tunggu datang juga. Ghibran langsung menarik napas lega.

Kepala bagian perusahaan taksi itu memberi waktu Ghibran untuk bicara dengan sang supir. Dia hanya diam mendengar.

"Apa benar tiga hari yang lalu, kamu membawa penumpang seorang wanita dari apartemen A?" tanya Ghibran.

Dia sudah tidak sabar ingin tahu di mana keberadaan sang istri. Dia yakin supir itu tahu kemana perginya Aisha.

"Benar," jawab sang supir.

"Apakah wanita ini yang kamu bawa?" tanya Ghibran lagi.

"Saya tidak melihat wajahnya. Saat itu dia menggunakan cadar. Tapi benar satu hari itu saya membawa seorang wanita dari apartemen A. Kasihan, dia terus menangis selama perjalanan empat jam itu," ucap Sang Supir lagi.

Mendengar jawaban dari sang supir, dada Ghibran merasa sesak. Kenapa Aisha menangis sepanjang jalan dan itu selama empat jam. Dia tidak tahu jika begitu sedihnya sang istri saat itu.

"Kemana kamu membawanya pergi. Kenapa perjalanan panjang hingga empat jam. Saya harap Bapak jujur, itu istri saya. Nomor polisi taksi milik Bapak terlihat jelas di CCTV," ancam Ghibran.

Ghibran takut jika sang supir membohongi dirinya. Dia sudah tidak sabar ingin bertemu lagi dengan Aisha dan meminta maaf.

"Saya mengantarnya ke yayasan panti asuhan di kota B. Dia meminta saya menunggu sedikit jauh agar tidak ada yang curiga. Lebih kurang setengah jam, dia minta saya pergi dari sana. Dari situlah wanita itu tidak berhenti menangis. Jika dia memang istri Bapak, apa mungkin dia menangis karena mengetahui Bapak selingkuh?" tanya sang supir.

Pertanyaan sang supir membuat dia emosi sekaligus tertawa. Bagaimana mungkin dia selingkuh, jika di yayasan hanya ada satu wanita dewasa yaitu bunda.

"Apa istri saya ada bicara sesuatu?" tanya Ghibran lagi. Dia belum mendapatkan petunjuk kenapa istrinya pergi ke yayasan.

"Dia hanya bertanya, apakah setiap pria itu sukanya berbohong. Itu saja tak ada yang lain," jawab sang supir.

"Jam berapa sampai di yayasan itu?" tanya Ghibran lagi.

Dalam hati Ghibran bertanya, apakah Aisha mendengar dan mengetahui tentang keberadaan Syifa. Bukankah mereka berkumpul di samping yayasan, siang itu.

Jika memang karena Aisha telah mengetahui itu, berarti kepergiannya bukan karena dirinya lupa mengabari kepergiannya.

Cukup lama Ghibran bertanya semua tentang istrinya. Dan dia semakin yakin jika Aisha pergi karena kebohongannya.Setelah merasa cukup dengan keterangan sang supir, Ghibran lalu pamit.

Sepanjang perjalanan Ghibran terus saja menyalahkan dirinya yang tidak jujur. Seperti kata ayahnya, seharusnya dia berkata jujur jika memang mencintai Aisha.

Ghibran menarik rambutnya frustrasi. Dia takut terjadi sesuatu dengan sang istri dan calon buah hatinya.

"Kebohonganku mungkin adalah awan gelap, tapi pengampunan kamu akan menjadi lapisan perak. Aku menyesal. Aku tahu aku salah. Aku harap kamu bisa memaafkanku. Mari beri cinta kita kesempatan lagi dan aku akan menjadi pria yang tepat untukmu. Hubungan kita adalah perjalanan pasang surut dan aku seharusnya memegang erat dirimu di setiap tantangan yang kita hadapi. Maaf aku tidak melakukannya, tetapi itu tidak akan terjadi lagi. Aku tidak pernah berpikir untuk menyakitimu dengan sengaja, apa pun yang saya lakukan kepadamu tidak sengaja. Tolong maafkan aku, aku mencintaimu."

Tak ada manusia di dunia ini yang mau dibohongi. Terlebih lagi oleh orang terdekat. Bohong adalah ketika seseorang berkata atau bertindak tidak sesuai kenyataanya.

Ketika kamu dibohongi, perasaan marah sekaligus sedih pun akan terasa sesak di dada. Nggak hanya itu, kecewa pada orang yang berbohong juga pasti akan membuatmu sakit hati.

Padahal kunci utama sebuah hubungan ialah 'percaya'. Rasanya teramat perih, kepercayaanmu ternoda dengan kebohongannya. Pasti tak sekadar marah dan sedih saja. Bahkan akibat terburuknya, bisa menimbulkan dendam padanya.

**

Telah satu minggu Aisha berada di desa. Dia ingin periksa kandungannya. Wanita itu masih menginap di sebuah penginapan kelas melati. Dia tidak tahu, sampai kapan akan berada di sini.

Aisha mengusap perutnya. Sebenarnya dia sangat merindukan sang suami. Tapi untuk saat ini dia masih butuh sendirian. Dia sadar semua ini salah, menghindar tidak dapat menyelesaikan masalah.

"Mas Ghibran, Dulu dirimu pernah membuatku terbang bahkan hingga naik ke bintang-bintang, namun kini diriku kau hempaskan jauh ke dalam jurang yang curam. Ragaku memang terlihat masih tetap seperti dulu, tapi tidak dengan hatiku. Seharusnya, jangan pernah buat aku mencintaimu hingga pada akhirnya kau membuatku kecewa. Aku bukannya kabur darimu. Aku menjauh perlahan, dan itu membunuhku. Karena kau tak cukup peduli untuk menghentikanku. Satu kebohonganmu sudah cukup untuk mempertanyakan semua kebenaran."

Air mata jatuh membasahi pipi Aisha. Dia menghapusnya perlahan.

"Aku tidak boleh sedih terus. Ini akan mempengaruhi kesehatan bayi dalam kandungan, seharusnya aku ikhlas menerima semua takdir Allah," gumam Aisha dalam hatinya.

Setelah selesai berpakaian, dengan menggunakan becak, Aisha menuju rumah sakit. Lebih kurang lima belas menit perjalanan, akhirnya sampai di tujuan.

Sampai di rumah sakit, Aisha langsung mendaftar di poly kandungan. Dia menunggu hingga giliran di panggil.

Dokter memeriksa kandungannya dan menyatakan saat ini sudah berjalan empat minggu. Masih rawan dengan keguguran sehingga Aisha di minta jangan banyak melakukan aktivitas atau banyak pikiran.

Pada masa hamil 4 minggu ini mungkin Ibu akan mengalami sakit kepala, ini merupakan keluhan umum ibu hamil karena adanya perubahan hormon di dalam tubuh.Kehamilan di trimester pertama bisa dibilang adalah masa-masa yang paling kritis selama kehamilan. Perubahan fisik dan hormonal bisa membuat ibu hamil mudah kelelahan dan mengalami mual-mual.

Aisha duduk di kursi apotik rumah sakit, menunggu namanya di panggil. Dia tidak menyadari seseorang mendekatinya.

"Aisha, ternyata kamu ada di sini. Apa kamu sakit?" tanya orang itu.

Aisha menoleh, mencoba mencari asal suara. Ketika dia mengetahui siapa yang menyapa, wanita itu menjadi kaget.

"Mas Ikhbar ...," ucap Aisha dengan kaget.

...----------------...