Baru kali ini Ustad Fariz merasakan jatuh cinta pada lawan jenisnya. Akan tetapi, dia tidak bisa menikah dengan gadis yang dicintainya itu. Dia malah menikah dengan wanita lain. Meskipun begitu, dia tidak bisa menghapus nama Rheina Az Zahra si cinta pertamanya itu dari hatinya. Padahal mereka berdua saling mencintai, tapi mengapa mereka kini mempunyai pasangan masing-masing. Bagaimanakah mereka bisa bersatu untuk bersama cinta pertama mereka?
Ikuti kisah Ustaz Fariz dan Rheina Az Zahra untuk bisa bersama!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon She_Na, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 Baper gara-gara brownies
Ustad Jaki yang tertawa terbahak-bahak memperhatikan Mirna dari jauh. Karena sebenarnya dialah yang mengatakan pada paman Mirna jika keponakannya membuntuti mereka ke rumah sakit menggunakan motor milik pamannya.
"Mangkanya jangan julid jadi orang," monolog Ustad Jaki.
"Ada apa Ustad?" tanya Ustad Fariz yang baru datang dari sawah sendirian, karena Rhea sudah diantar ke rumah.
"Gapapa, nanti aja aku ceritain di dalam," Ustad Jaki merangkul bahu Ustad Fariz dan mengajaknya masuk ke ruangan kantornya.
Ustad Jaki menceritakan semuanya pada Ustad Fariz. Dengan bercerita Ustad Jaki tertawa terbahak-bahak, sepertinya sangat puas sekali dia melihat buah hasil kejulidan Mirna. Ustad Fariz hanya menggelengkan kepalanya saja melihat saudara serta sahabatnya itu menertawakan kesialan Mirna.
"Ustad... Ustad, bukannya di tolongin malah diketawain," ucap Ustad Fariz heran.
Ustad Jaki menghentikan tawanya dan berkata,
"Kalau dia gak kayak gitu sifat dan sikapnya, bakalan aku tolongin, sayangnya dia seperti itu. Lagian Ustad sendiri sebagai suaminya juga gak bisa ngerubah sikapnya kan?"
"Maaf," Ustad Fariz menundukkan kepalanya, dia merasa gagal mendidik istrinya selama bertahun-tahun usia pernikahan mereka.
"Bukan salah Ustad Fariz. Mbak Mirna nya aja yang gak bisa di omongin dan gak mau berubah. Lagian aku cuma kasihan aja sama Ustad Fariz dan Rhea yang selalu jadi korbannya. Harusnya dia bisa nerima kayak Rhea gitu, gak pernah julid dan ngeresein orang," ucap Ustad Fariz mengeluarkan pendapatnya.
"Ya gak bisa disamain dong Ustad. Tiap orang kan beda," jawab Ustad Fariz.
"E iya ya, kalau sama gak mungkin Ustad nikah sama Rhea. Hehehe...," Ustad Jaki terkekeh.
"Gak usah diingetin Ustad," ucap Ustad Fariz malu.
"Ya udah ini gimana untuk persiapan penerimaan santri baru, apa udah siap semua?" tanya Ustad Fariz mengalihkan pembicaraan.
"Dih malu, pakai ngalihin pembicaraan," Ustad Jaki terkekeh.
"Jadi bahas gak nih, kalau gak jadi tak tinggal ke depan," Ustad Fariz berdiri dari duduknya.
"Ke depan mana? Ke rumah Rhea maksudnya? Hahaha...," Ustad Jaki kembali menggoda Ustad Fariz.
"Godain mulu, udah ah tak tinggal," Ustad Fariz hendak melangkah namun di cegah oleh Ustad Jaki.
"Gitu aja ngambek, calon Abi kok ngambekan," ledek Ustad Jaki pada Ustad Fariz.
Ustad Fariz kembali duduk dan berkata,
"Jadi gimana, udah selesai belum persiapannya?"
"Sudah 85% , mau di cek sendiri sekarang?" ucap Ustad Jaki.
"Boleh, yuk mumpung lagi gak ada kegiatan," Ustad Fariz bangkit dari duduknya kemudian berjalan menuju keluar ruangan.
Karena hatinya sedang senang, Rhea membuat kue yang akan dia bagikan untuk santri di pondok pesantren juga.
Karena bahan semua sudah tersedia, dia mulai membuat adonan, dengan telaten dan rasa senang di hatinya, Rhea menikmati setiap prosesnya agar hasilnya tidak mengecewakan.
Sebelum maghrib, Rhea mengemasi semua kue untuk diberikan pada Umi Sarifah, Mirna dan untuk para santri diberikan pada saat mereka berbuka puasa.
Umi Sarifah sangat senang sekali mendengar berita kehamilan Rhea dan beliau memberikan wejangan serta doa agar Rhea dan anak dalam kandungannya sehat dan selamat hingga lahir ke dunia.
"Umi, Rhea nitip kue milik Mbak Mirna ya," Rhea memberikan kotak kue yang dia siapkan untuk Mirna.
"Sebaiknya kamu berikan sendiri Nduk," ucap Umi Sarifah sambil menata kue brownies pemberian Rhea di atas piring.
"Tapi Umi...," ucap Rhea ragu.
"Kenapa Nduk?" tanya Umi Sarifah mendekati Rhea dan mengusap pundaknya.
"Gapapa Umi. Biar Ustad Fariz aja yang berikan ke Mbak Mirna. Lain kali aja Rhea kasihkan sendiri," Rhea tersenyum agar Umi Sarifah tidak kepikiran tentang hubungannya dengan Mirna.
"Rhea pamit dulu Umi, mau ngasih kue-kue ini untuk buka puasanya santri-santri di Pondok. Assalamu'alaikum...," Rhea berpamitan pada Umi Sarifah dengan mencium punggung tangannya.
"Wa'alaikumussalam... hati-hati Nduk," jawab Umi Sarifah.
Rhea pun tersenyum dan mengangguk, kemudian dia keluar dari rumah Umi Sarifah menuju dapur Pondok Pesantren untuk memberikan kue-kue yang dia buat tadi.
Setelah memberikan kue-kue tadi ke dapur pesantren, Rhea menuju masjid untuk sekalian menunggu shalat maghrib di sana.
Setelah shalat maghrib berakhir, Rhea meminta tolong pada suaminya.
"Bie, tolong kasih ini buat Mbak Mirna ya. Tapi jangan bilang aku yang bikin ya. Hubby ngerti kan alasannya?" Rhea memberikan kotak kue tersebut pada suaminya.
"Iya, kamu tunggu di rumah ya sayang, aku gak lama kok," jawab Ustad Fariz.
Kemudian Ustad Fariz mengantarkan Rhea pulang ke rumah, setelah itu dia ke rumah Mirna untuk memberikan titipan dari Rhea.
Tok... tok... tok...
"Assalamu'alaikum...." salam Ustad Fariz.
"Wa'alaikumussalam...," jawab Mirna dari dalam rumah.
"Mas Fariz, ayo masuk Mas," ucap Mirna senang setelah membuka pintu mendapati suaminya yang mengetuk pintu.
"Ini buat kamu," Ustad Fariz memberikan kotak kue yang berisikan brownies buatan Rhea.
"Apa ini Mas?" Mirna menerima kotak kue tersebut dan membukanya.
"Waaah.... kue brownies, Mas Fariz perhatian banget sih, tau aja kalau istrinya lagi pengen makan brownies," ucap Mirna sambil mengambil satu potong brownies.
"Emmm... enak Mas, pasti mahal ya? Yuk Mas kita buka bersama," ajak Mirna dengan menarik tangan suaminya.
"Mirna, gak hari ini ya. Aku balik dulu. Kamu ke rumah Umi Sarifah aja ya. Assalamu'alaikum....," Ustad Fariz segera keluar dari rumah Mirna dan berjalan menuju rumah Rhea.
"Mas... Mas.. Wa'alaikumussalam...," ucap Mirna yang tidak bisa mencegah suaminya pergi.
"Mas Fariz nyuruh aku ke rumah Umi Sarifah, berarti kita makan di sana. Aku mau ganti gamis yang bagus dulu ah... Tunggu, tapi tadi Mas Fariz cuma bawa satu kotak aja kue nya, pasti cuma ingat sama aku aja. Uuuh senangnya....," monolog Mirna dengan riang gembira.
Kini Ustad Fariz sudah berada di rumah Rhea, seperti biasa mereka hanya memakan kurma, kue dan minum saja. Setelah itu mereka berangkat bersama untuk shalat isya dan tarawih di masjid Pondok Pesantren.
Mirna berangkat ke rumah Umi Sarifah setelah suaminya pergi dari rumahnya tadi. Dengan perasaan bahagianya, dia masuk ke rumah Umi Sarifah.
"Assalamu'alaikum... Mas.. Mas Fariz.. Mas...," Mirna masuk ke dalam ruang makan.
"Wa'alaikumussalam... Mirna, tumben kemari, sini kita buka bersama," Umi Sarifah melambaikan tangannya agar Mirna mendekat.
"Ck, dia lagi," gerutu Ustad Jaki lirih sambil memakan brownies buatan Rhea.
"Loh Mas Fariz gak kesini Umi?" tanya Mirna sambil mencari keberadaan suaminya di seluruh ruangan.
"Gak ada disini. Memangnya ada apa Mirna?" tanya Umi Sarifah.
"Bukannya Ustad Fariz di rumah Rhea," sahut Ustad Jaki disela mengunyah browniesnya.
"Tadi... tadi.. eh, itu kue brownies nya dibelikan sama Mas Fariz juga?" tanya Mirna ketika melihat kue brownies yang ada di atas piring.
"Dikasih sama Rhea tadi," ucap Umi Sarifah dengan senyum lembutnya.
"Rhea? Bukan Mas Fariz?" tanya Mirna bingung.
"Ini kan kue bu-," ucapan Ustad Jaki disela oleh Umi Sarifah.
"Mungkin suamimu disuruh Rhea memberikannya padamu," sahut Umi Sarifah yang tahu alasan kenapa Rhea enggan memberi tahu kue buatannya pada Mirna.
Ck, baru aja aku senang Mas Fariz perhatian sama aku, ngasih aku kue, lah kok kuenya dari wanita itu, mana sekarang mereka lagi berdua lagi. Harusnya itu meskipun bukan harinya bersama aku, Mas Fariz tetap buka puasa bersamaku, aku kan istri pertamanya, Mirna membatin dengan muka besungut kesal.
"Mirna... mirna... Nduk.. kamu kenapa?" Umi Sarifah menyadarkan Mirna dari lamunannya.
"Udah biarin aja Umi, sebentar lagi adzan isya', kita ke Masjid aja," ajak Ustad Jaki pada Umi Sarifah sambil beranjak dari kursi.
salam kenal dan jika berkenan mampir juga di cerita aku