Istri Kedua

Skip. . .

Hari pernikahan Elvin dan Nada pun telah tiba, pernikahan yang sangat tertutup tanpa ada nya tamu undangan satu pun hanya di saksikan oleh Cassie dan putri semata wayang nya. Janji pernikahan telah terucap dari kedua mempelai, melihat Nada dan Elvin yang memakai baju pengantin membuat Cassie mengingat masa lalu nya saat ia harus menikah dengan Elvin di usia muda tanpa di dasari dengan sebuah cinta, dan akhirnya cinta tumbuh dengan sendiri nya hingga sampai saat ini ia harus melihat suami nya menikah dengan wanita pilihan Cassie sendiri.

Selesai mengucapkan janji pernikahan mereka pun telah sah menjadi suami istri. Air mata kebahagiaan yang bercampur dengan kesedihan perlahan menetes di pipi Cassie. "selamat sayang, akhirnya kamu mempunya mami baru yang akan memberikan mu segalanya, maafkan mami yang gak bisa terus menjaga mu" ucap Cassie pada Cya yang berada dalam gendongan nya.

Cassie pun melangkah menghampiri Elvin dan Nada yang masih berada di sebuah altar pernikahan. Ia melemparkan senyuman nya pada pasangan yang baru saja sah menjadi suami istri itu.

"Nad. . selamat ya.. aku turut bahagia" ucap Cassie sambil memeluk Nada dengan sebelah tangan nya.

"sayang. . selamat, akhirnya keinginan ku terwujud, terimakasih" sambung Cassie yang memeluk erat suami nya.

"aku gak papa, ayo kita ambil foto" ucap Cassie kembali menguatkan hati nya dan terus mencoba untuk bisa tersenyum.

Elvin mengambil ponsel nya dan melakukan foto bersama dengan kedua istrinya serta seorang putri nya yang masih bayi. Terlihat senyuman Cassie yang begitu tulus dalam sebuah foto yang Elvin ambil, berbeda dengan Nada yang masih belum menerima sepenuhnya kalau ia telah menikah dengan suami dari orang yang telah banyak menolongnya.

Setelah semua nya selesai mereka segera kembali ke rumah, Cassie masuk ke dalam kamar Cya untuk menidurkan nya di sebuah box bayi, sementara itu dengan Nada ia masuk ke kamarnya sendiri dan mengganti bajunya dengan pakaian yang biasa. Nada mengambil langkah nya keluar kamar dan menghampiri Cassie yang masih berada di dalam kamar Cya.

"permisi. . . kak aku mau minta izin keluar sebentar" ucap Nada.

"mau kemana kamu?"

"aku cuma mau ke pemakaman mama, papa sebentar"

"ajak Elvin bersama mu" ucap Cassie.

"gak usah kak, aku bisa menggunakan taksi, kasihan dia harus istirahat" ucap Nada.

Setelah meminta izin Nada pun pergi keluar dan masuk ke dalam sebuah taksi yang telah ia pesan. Sepanjang perjalanan Nada hanya termenung mengingat dengan apa yang barusan terjadi di kehidupannya. Cukup lama melakukan perjalanan akhirnya Nada telah sampai di tempat tujuan. Ia berjalan menuju makam kedua orangtuanya.

"mah.. pa.. maaf Nada baru datang kali ini, semoga mama dan papa selalu bahagia di alam sana, Nada cuma ingin memberi tahu kalau Nada kini telah tumbuh dewasa, Nada telah memiliki seorang suami walau semua itu bukan keinginan Nada" ucap Nada sambil menaruh satu buket bunga.

Setelah dari pemakaman kedua orangtuanya Nada tidak langsung kembali ke rumah, ia mampir di sebuah minimarket dan duduk dengan sebotol minuman di hadapannya. Nada hanya ingin merilekskan pikiran nya sejenak sebelum ia kembali ke rumah dengan status baru nya.

"ow siapa ini? bukankah ini seorang kakak yang tidak tau diri?" ucap Cilla yang tiba-tiba berada di hadapan Nada.

"Cilla? kenapa kamu bisa disini?" ucap Nada yang kaget dengan kedatangan Cilla yang tiba-tiba.

"ini tempat umum, dan semua orang bebas untuk kesini bukan kah begitu nyonya Elvin?" ucap Cilla dengan suara yang pelan namun terlihat seperti meledek Nada.

Sontak apa yang Cilla ucapkan membuat Nada tercengang, bagaimana Cilla tau kalau ia telah menikah dengan Elvin.

"apa maksud dari ucapan mu?" tanya Nada yang berdiri dari duduknya.

"aku tau semuanya, dan kamu gak bisa mengelak lagi kakak tersayang" ucap Cilla sambil mendorong Nada hingga terjatuh di sebuah kursi yang berada di belakangnya.

Nada mendengus kesal dan pergi meninggalkan tempat itu. Ia berjalan cukup jauh hingga tak sadar kalau ia telah sampai di sebuah halte menuju ke rumah bibi nya. "astaga.. ini kan jalan menuju rumah bibi, bisa-bisanya aku gak sadar sampai berjalan ke arah sini" gumam Nada dan membalikkan badannya dan kembali ke tempat ia berasal.

Nada pulang dengan menggunakan sebuah bus, walau kini telah menjadi seorang istri dari tuan muda yang berada namun Nada telah nyaman dengan kebiasaan yang ia lakukan.

45 menit berlalu, akhirnya Nada telah sampai di sebuah halte yang tak jauh dari rumah Elvin. Ia berjalan sambil memegang tas selempang nya dan berjalan seperti anak kecil. Sampai akhirnya ia sampai di sebuah rumah mewah yang kini telah menjadi istana nya. Dengan nafas yang terengah-engah dan sedikit berkeringat Nada masuk ke dalam rumah itu.

"aku pulang" ucap Nada sambil menutup pintu kembali.

"aku kira kamu lupa jalan pulang" ucap Cassie yang berada di hadapan Nada.

"astaga!" ucap Nada kaget ketika melihat Cassie berada di hadapan nya.

"kenapa kamu sekaget itu? apa aku terlihat menakutkan?" tanya Cassie.

"eh bukan gitu kak, aku kira tadi gak ada orang" ucap Nada.

"sayang. . . Cya minta mimi nih nangis terus" teriak Elvin yang keluar dari kamar Cya dan menggendong nya keluar.

"iya.. iya ... Nada urusan kita belum selesai" ucap Cassie yang meninggalkan Nada dan pergi menghampiri Elvin.

"haish. . apa yang akan dia lakukan?" gumam Nada.

Elvin menatap Nada dari depan kamar Cya yang berada di lantai atas. Nada yang masih begitu canggung hanya tersenyum tipis melihat Elvin dan pergi menuju sebuah dapur untuk menyiapkan makan malam. Nada menaruh tas nya di sebuah meja makan dan langsung mengambil beberapa bahan makanan di dalam kulkas. Di tengah kesibukannya mencuci dan memotong beberapa sayuran Nada menyanyikan sebuah lagu dengan suara yang begitu halus dan begitu tenang ketika di dengar.

Tanpa Nada ketahui Elvin secara diam-diam dan mendengarkan Nada bersenandung. Untuk pertama kalinya ia mengeluarkan senyuman yang begitu manis kepada orang lain walau tanpa Nada ketahui. Biasanya Elvin mengeluarkan senyuman itu hanya untuk Cassie seorang, dan kini ia tersenyum untuk Nada.

"aw..." rintih Nada ketika ujung pisau menggores salah satu jari nya. Elvin yang melihat dan mendengar Nada merintih bergegas menghampiri nya, ia meraih tangan Nada dan menempelkan jari yang tergores pada bibirnya. Seketika Nada membatu dengan apa yang di lakukan Elvin padanya.

"tunggu sebentar, aku akan mengambilkan plester" ucap Elvin yang bergegas pergi untuk megambil kotak obat.

Hanya dalam hitungan menit, Elvin kembali dengan membawa kotak obat, ia mengambil sebuah plester dan menempelkan nya di jari Nada yang luka.

***

Bersambung. . .