Love Me Please, Honey

Setelah selesai membersihkan diri dan mengganti pakaian biasa, Valerie kemudian segera turun ke lantai satu, untuk mencari makanan karena perutnya sedari tadi sudah berdemo, mendesak dirinya agar segera diberi asupan.

Namun, saat di tengah perjalanan menuju dapur, pikiran nya sama sekali tidak bisa berhenti mengingat kejadian mimpi itu yang masih terasa begitu nyata.

Bahkan rasa sakit saat milik Edgar menerobos milik nya pun masih terasa sampai sekarang.

Akkkhhh...

"Kenapa otak ku jadi kotor begini ini sihh?!!" Gerutu nya sembari mengacak-acak rambutnya.

Namun dirinya langsung teringat dengan satu ucapan Edgar yang masih menjadi tanda tanya dipikiran nya.

Apa yang mereka lakukan?!

Satu ucapan yang keluar dari mulut pria itu langsung menjadi pertanyaan dikepala Valerie.

Kata 'mereka' yang diucapkan Edgar membuat dirinya semakin bertanya-tanya. Siapa yang dimaksud oleh Edgar? Apakah mungkin teman-temanku? Tapi kalau itu mereka kenapa dia terlihat begitu marah ya?' pikir Valerie bingung.

Dirinya yang tenggelam dalam pikiran nya sendiri, tiba-tiba teralihkan saat melihat Edgar yang sudah berada di dapur, dan entah apa yang sedang pria itu lakukan disana. Karena penasaran dengan apa yang sedang dikerjakan Edgar. Perlahan Valerie berjalan mendekat kearah nya

"Kamu lagi buat apa?" tanyanya dengan suara yang sedikit mengagetkan.

Srettt...

Namun, kedatangan Valerie yang tiba-tiba muncul di samping nya langsung membuat Edgar terkejut, sampai ia tanpa sengaja menggoreskan pisau itu ke jari tangannya sendiri karena gerakan tangannya yang cepat.

"Ah!...." Edgar meringis, wajahnya mengernyit menahan rasa perih. Ia kemudian segera meletakkan pisau dan buah yang sedang dikupasnya, lalu buru-buru membasuh jarinya yang berdarah dengan air bersih dari keran.

"Edgar! Aduh, maaf. aku tidak bermaksud mengagetkan mu..." Ucap Valerie merasa bersalah. Ia melangkah cepat menghampiri Edgar, untuk memastikan pria itu baik-baik saja.

"I,iyaa, tidak apa-apa. Saya baik-baik saja" ucap Edgar sembari berusaha tersenyum meski rasa perih di jari nya masih terasa.

“Boleh aku melihat luka mu” pinta Valerie, sembari berjalan mendekat kearah Edgar lalu meraih tangan pria itu untuk membantu memeriksa luka nya.

"Ah, iya..."

Saat tangan Valerie menyentuh jarinya, Edgar merasakan ada sesuatu yang berbeda. Ada kelembutan yang jarang ia rasakan dari wanita itu. Biasanya, Valerie akan berbicara dengan nada tinggi dan bersikap ketus padanya, namun hari ini wanita itu terasa lebih lembut, dan lebih tenang. Seperti ada perubahan yang terjadi pada Valerie sejak pagi tadi, sesuatu yang Edgar sama sekali tidak bisa pahami.

"Tunggu sebentar aku ambilkan hansaplast terlebih dahulu" ucap Valerie cepat, dirinya lalu bergegas menuju ke kotak obat yang terletak tak jauh dari dapur. Sedangkan Edgar, dirinya hanya menatap punggung nya karena bingung dengan perubahan sikap wanita itu.

Tak butuh waktu lama, setelah dirinya menemukan hansaplast yang dibutuhkan, Valerie segera kembali ke dapur untuk memakaikan perban itu pada luka dijari Edgar.

"Sini, berikan tangan mu" titah nya dengan lembut. Edgar menuruti nya tanpa protes, dan membiarkan Valerie merawat lukanya.

Valerie dengan teliti membalut luka di jari Edgar, memastikan perban terpasang dengan rapi di tengah-tengah. Sementara wanita itu fokus merawat lukanya, Edgar sama sekali tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Valerie. Dirinya benar-benar penasaran, apa yang terjadi pada istrinya itu hingga membuat nya berubah drastis seperti ini dalam semalam.

"Sudah, masih terasa sakit tidak?" tanya Valerie setelah selesai membalut luka itu.

"Val" panggil Edgar dengan tatapan serius.

"Ya?" jawab Valerie, sembari menatap ke arahnya.

"Apa yang sebenarnya terjadi pada anda? Sejak pagi sikap anda berubah, saya khawatir terjadi sesuatu pada anda tadi malam?" Tanya nya dengan raut wajah khawatir

Valerie sedikit terkejut saat mendengar pertanyaan itu. Ia lalu berpikir sejenak sebelum menjawab "Maksud mu gak suka dengan sikap ku yang sekarang?" Tanya nya dengan nada protes.

"Apa? Ti,tidak! Saya senang, tapi kalau anda tiba-tiba berubah seperti ini saya sedikit khawatir, apa ada sesuatu yang terjadi dengan anda..." Ucap Edgar mencoba menjelaskan

Valerie kemudian tersenyum tipis "tidak ada apa-apa, tapi kalau anda mau saya seperti dulu, baiklah akan saya turuti!" Jawabnya sembari bersidekap dada.

"Apa??? Ti,tidak Valerie. Saya senang anda yang sekarang. Ma,maksudnya mau anda seperti apapun saya tidak masalah tapi saya lebih senang dengan perubahan sikap anda yang sekarang" ucap Edgar dengan cepat.

Valerie menanggapi nya dengan tertawa kecil, meskipun dalam hatinya masih diliputi kebingungan dengan ucapan Edgar di mimpi itu. Namun ia memutuskan untuk menepiskan kegelisahan itu dan tidak ingin memikirkannya lebih jauh untuk saat ini.

"Ngomong-ngomong, apa yang sedang anda buat?" Ucap Valerie mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Ya? Oh tidak, saya sedang tidak buat apa-apa. Saya tadi sedang memotong buah untuk anda. Tapi kalau anda mau makan tolong tunggu sebentar lagi, nanti akan saya masakan sarapan untuk anda" jawab Edgar sembari tersenyum hangat padanya

"Perlu aku bantu?" tawar Valerie yang seketika membuat pria itu langsung meliriknya kearahnya.

"Ya?" Tanya Edgar memastikan dirinya tadi tidak salah dengar.

"A,aku cuma mau bantu saja agar lebih cepat selesai..." Cicit Valerie

Edgar terdiam sejenak menatap kearah, lalu kemudian tersenyum lebar kearah Valerie "Tentu, saya akan sangat senang kalau Anda mau membantu saya memasak!"

To be continue~