NovelToon NovelToon
Si Rubah Licik

Si Rubah Licik

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Romansa
Popularitas:16.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ws. Glo

Dipandang sebelah mata oleh orang-orang sekitar dan dikhianati suami tercinta. Hanya karena paras dan penampilannya yang tidak menawan.

Hidup ditengah-tengah manusia yang suka menghakimi sesama dan berbuat dusta. Rasa sakit mana lagi yang tidak dapat dia hindarkan?

Itulah mengapa dia memalsukan kematiannya dan menyamarkan identitasnya menjadi sesosok yang lain, demi membalaskan dendamnya!

Saking heroik setiap aksi yang ditunjukkannya lewat identitas barunya, dia sampai dijuluki si rubah licik! Mengapa bisa terjadi? Bagaimana kelanjutan kisahnya? Penasaran?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ws. Glo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31: Persengkongkolan

Masalah Ayuma tidak benar-benar selesai ketika pada akhirnya berhasil menjerumuskan Bram ke penjara.

Ada begitu banyak hal yang bakal menghantamnya silih berganti.

Ditambah Bram yang tengah menjalani pemeriksaan di kantor polisi, tentunya tidak merasa semuanya telah berakhir. Ia tidak ingin menyerah. Harapannya belum tercapai sepenuhnya.

Ayuma belum dia lengserkan dan kekuasaan yang mutlak, tidak kunjung didapatkannya.

Itulah mengapa---

Di markas Tetan.

Tetan terlihat menerima panggilan dari Bram yang masih stay di kantor polisi.

📞 Pokoknya kau harus segera menjalankan rencana terakhir kita! Aku sampai rela menyogok polisi dalam jumlah besar demi bisa menghubungimu dan mendiskusikan hal demikian.

📞Aku ingin melihat Ayuma hancur berkeping-keping! Kesombongannya terhadapku pada beberapa waktu silam, tidak akan pernah ku lupakan!

📞Jadi aku harus membalasnya! Biar dia tau rasa!

📞Cuman tinggal itu cara satu-satunya tuk memberinya pelajaran!

📞Sebab bila hidupku ditakdirkan hancur, setidaknya aku mesti bersamanya untuk tenggelam dalam jurang yang sama!!

Sembur Bram, diselimuti amarah. Dendamnya yang membara terhadap Ayuma teramat besar. Saking geramnya, Bram hendak sekali mencengkram Ayuma didalam genggamannya, hingga meledak dan kemudian mati mengenaskan.

Tetan lantas menjawab.

📞 Tenang saja. Aku telah mengaturnya. Tinggal menunggu waktu yang tepat.

Ujarnya menilik sebentar ke arah wanita yang nampak terduduk menunggunya selesai bicara.

Wanita tersebut, membalasnya dengan tersenyum.

Bram sontak mengatakan---

📞****Kalau begitu baiklah. Sisanya kuserahkan padamu. Aku harus mengikuti berbagai tahap pemeriksaan lagi.

Tutttt.

Panggilan berakhir.

"Siapa??" Tanya wanita tersebut kepada Tetan, yang sekarang kelihatan mengerutkan wajah kebingungan.

"Dia adalah temanku."

"Dan mungkin sebuah kebetulan----"

"Jikalau kalian memiliki lawan yang sama---"

"Zahra." Balas Tetan, menyentakkan wanita yang sedari tadi terduduk rapi dan ternyata dia adalah Zahra.

"Be... Benarkah?" Zahra melongo.

Raut Tetan berubah serius. "Awalnya aku kira, tujuanmu sebagai teman lamaku datang kemari adalah untuk reuni."

"Tetapi siapa sangka bahwa kau mampir, melontarkan keluhan yang kebetulan telah lama kutangani." Tetan mengkenyut. "Aku penasaran, seberapa berpengaruhnya Ayuma didalam hidupmu dan Bram sampai membuat kalian ketar-ketir?"

"Dia mencoba merebut apa yang harusnya jadi milikku." Jawab Zahra, dingin.

Tetan selaku gangster terkenal yang mampu menuntaskan bermacam-macam misi pun, termenung sejenak.

Tidak lama setelahnya ia melanjutkan, "tetapi Ayuma tidak seperti yang kau kira."

"Dia kuat. Dan dibelakangnya, ada sekelompok mafia serta para preman yang siap memasang badan demi keluarga Alexander."

"Mereka ada sejak kepemimpinan mendiang tuan Alexander. Dan kita tidak boleh meremehkan hal tersebut." Tutur Tetan, membuat Zahra agak khawatir.

"Ta..Tapi kau kan termasuk kuat."

"Dan anak buahmu banyak."

"Pasti sebanding dengannya." Zahra meyakinkan.

Tetan mengangguk-angguk kepedean. "Ya ya. Kau benar. Sampai pada saat ini, mana ada yang sudah berhasil mengalahkan Tetan si ketua gangster paling menakutkan dan berpengaruh besar?"

"Cehhh! Tidak ada!" Tegasnya, angkuh.

Zahra melebarkan senyum lega.

Betapa bencinya dia terhadap Ayuma, sehingga ingin sekali melenyapkan wanita yang dianggapnya sebagai orang ketiga diantara dia dan Hendrik pujaan hatinya.

"Ohh ya."

"Dan satu lagi." Tetan tersentak.

"Kemarin adapula seorang gadis dengan pasangannya yang kelihatan lebih tua darinya, datang juga kemari lalu singgah lagi hari ini, hanya demi menangani sesosok Ayuma."

Zahra tercengang. "Apa?!!"

Tetan menyipitkan mata, sebelah tangannya menyangga dagu sambil berpikir bahwa "ya. Benar!"

"Jadi aku menyimpulkan jikalau---"

"Ayuma memiliki banyak musuh rupanya."

"Dan secara tidak sengaja----"

"Akulah yang diminta buat menghabisinya."

"Ckckck!"

"Bwahahaha! Bravo! Bravo!" Tetan bertepuk tangan, menggeleng-gelengkan kepalanya sembari tertawa renyah, membanggakan dirinya.

Dan baru saja mereka di omongin, tiba-tiba Susi dan sugar daddy-nya om Pur pun muncul ditengah-tengah ketegangan yang melanda.

"Tuh orangnya nongol." Ujar Tetan menduduki meja, melipat kedua tangannya kekarnya di dada seraya mengarahkan sorot mata serta senyuman seringainya ke mobil yang ditumpangi Susi bersama sugar daddy'nya.

Zahra termangap. Ia tidak menduga jikalau bukan cuman dirinya yang mengincar Ayuma.

Tap... Tap... Tap.

"Ahahaha! Bro Tetanku yang hebat." Sapa om Pur merentangkan tangan, memberikan pelukan kepada Tetan.

Greppp.

Kedua pria yang berbeda bobot tubuh itupun merangkul. Susi dan Zahra terdiam, dan cuma menyapa satu sama lain lewat senyum serta anggukan kepala sekilas.

"Silahkan duduk om." Sambut Tetan, mempersilahkan Susi dan Pur duduk dihadapannya bersama Zahra.

Sekarang mereka berempat duduk mengelilingi meja kecil yang bundar.

Awalnya Susi dan Pur menatap Zahra tidak enak, lalu saling melempar pandangan aneh. Tertampak sedikit rasa canggung dan ketidaknyamanan.

Tetan yang ngeh akan hal barusan, seketima meyakinkan, "Its okay."

"Baik Zahra maupun kalian berdua, sesungguhnya punya tujuan yang sama." Tungkas Tetan, membelalakkan mata Susi.

"Maksud anda??" Susi bertanya, yang spontan dijawab Tetan dengan mencerahkan bila "anda dan Zahra, sama-sama menargetkan nona Ayuma."

"Dan karena kita sudah berada disini bersama-sama--"

"Bagaimana kalau kita mulai saja membicarakan tentang rencana apa yang bakal kita lakukan?" Pinta Tetan, memajukan badan dan mulai mengecilkan suaranya. Raut wajahnya menyeram, begitupun dengan Susi maupun Zahra. Saatnya mereka menyusun strategi dan rencana!

Sejam sesudah mereka bergumul didalam diskusi yang menegangkan, mereka sukses mengatur siasat.

"Kira-kira begitulah yang perlu dilakukan." Tutup Tetan, yang tau-taunya mereka berempat tengah bersekongkol melakukan tindakan jahat yang berencana terhadap Ayuma!

"Hahaha. Kau hebat juga."

"Aku yakin dengan cara itu, Ayuma pasti akan lenyap seketika dari permukaan bumi!" Puji Susi yang puas akan rencana Tetan.

"Dasar perempuan oplas!"

"Lihat saja! Masa kejayaanmu akan berakhir---"

"Ayuma."

"Emm. Maksudku----"

"Adinda." Hardik Susi tertawa lepas, meratapi foto perbandingan wajah Ayuma di ponselnya, sebelum dan sesudah operasi plastik. "Kau jangan pernah lupa. Bahwa sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga." Lanjutnya, dengan bola mata yang menyala-nyala penuh kobaran api dendam.

Sebaliknya, Zahra cuma terdiam menyaksikan semua. Tanpa reaksi apa-apa.

Kendati demikian, sebenarnya pikirannya melayang-layang tengah memikirkan dan menelaah macam-macam hal. Hanya saja mulutnya enggan untuk mengutarakan. Cukup batinnya yang mengetahui segalanya.

"Meski rencana ini cukup beresiko----"

"Yang penting, aku bisa bersama Hendrik terus."

"Takkan kubiarkan aku kesepian tanpanya---"

"Serta anakku wajib memiliki ayah sepertinya."

"Ya!! Semua demimu Hendrik."

"Maaf bila aku sampai sejauh ini."

...----------------...

...----------------...

...----------------...

...----------------...

...----------------...

Malamnya.

Kediaman Alexander.

Kamar Ayuma.

Di dekat jendela, Ayuma kelihatan berdiri melamun didalam renungan. Ditemani secangkir kopi yang diseruputnya penuh kenikmatan.

Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Tetapi dia tidak dapat memejamkan mata, walau hanya sekedar untuk tidur beristirahat demi pekerjaan di esok hari yang akan datang.

Sedari tadi, dia gelisah.

Ia bingung mengapa tumben sekali dia begitu.

"Haaaaaah."

"Lagi-lagi jantungku berdetak kencang." Ayuma menghembus nafasnya berat.

"Entah pertanda apa ini??"

"Aku benar-benar merasa khawatir dan cemas." Ayuma memusatkan perhatian pada langit malam yang indah. Menutup kedua mata, menari-nari dalam kalbunya.

"Ibu... Semoga anakmu baik-baik saja."

1
sahabat pena
waduh part awal yg menegangkan dan mengandung bawang 😭😭
Aisyah Suyuti
seru
Fitria Dewi
yeyyyyyy happy ending 🥳👍👍👍👍👍👍
••} Si Paling Halu🐳: Huuu, makasih loh udah nemenin sampe akhir🤧 Terhuruuu akutu
total 1 replies
Fitria Dewi
Hendrik cpetan Dateng kasihan ayuma 🥺
••} Si Paling Halu🐳: 🥺🥺🥺🥺🥺😭
total 1 replies
Fitria Dewi
lanjut tor semangat 💪🥳
••} Si Paling Halu🐳: Maacihhh
total 1 replies
Resi Maulana
Luar biasa
••} Si Paling Halu🐳: Makasih kak🙂🙂
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!