NovelToon NovelToon
Menikahi Tuan Danzel

Menikahi Tuan Danzel

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:229.2k
Nilai: 4.9
Nama Author: Aquilaliza

Penyelamatan yang dilakukan Luna pada seorang Kakek membawanya menjadi istri dari seorang Danzel, CEO dingin yang tak memepercayai sebuah ikatan cinta. Luna yang hidup dengan penuh cinta, dipertemukan dengan Danzel yang tidak percaya dengan cinta. Banyak penolakan yang Danzel lakukan, membuat Luna sedikit terluka. Namun, apakah Luna akan menyerah? Atau, malah Danzel yang akan menyerah dan mengakui jika dia mencintai Luna?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquilaliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bertemu Mama Papa

Bibi Marry menatap Bibi Berna yang masuk ke dapur. Wanita itu terlihat berjalan dengan cepat dan raut wajah yang terlihat begitu bahagia.

"Berna? Ada apa?" tanya Bibi Marry.

"Marry. Aku sangat senang," ucapnya gembira.

"Senang kenapa?"

Bibi Berna memegang tangan Bibi Marry dengan senyum mengembang. "Kau tahu? Mungkin sebentar lagi, kita akan mendapt kabar baik dari tuan dan nyonya."

"Maksudmu?"

"Tadi, aku ke kamar tuan dan nyonya untuk memanggil mereka sarapan. Tapi, aku mendengar sesuatu. Tuan dan nyonya, sepertinya mereka sedang bercinta," ucap Bibi Berna yang sontak membuat Bibi Marry menggeleng-geleng.

"Kau ini. Kau menguping tuan dan nyonya?"

"Hah? Tidak! Aku tidak sengaja mendengarnya."

"Tapi, kau teruskan untuk mendengarkan mereka kan?" Bibi Berna menyengir mendengar ucapan Bibi Marry. Dia memang tidak sengaja. Tapi, bukannya pergi dia malah ingin mendengarnya lagi untuk memastikan.

"Sudahlah. Jika benar, aku juga ikut senang. Sekarang, ayo lakukan pekerjaanmu." Bibi Berna tak membantah. Dia langsung mengerjakan apa yang dikatakan Bibi Marry.

Hingga pukul 10 pagi, Luna dan Danzel baru keluar dari kamar. Danzel dengan wajah cerah dan senyum mengembang, Luna dengan wajah yang ditekuk, kesal dengan suaminya itu.

"Selamat pagi, Bibi," sapa Danzel terlebih dahulu pada kedua artnya. Membuat kedua wanita itu terkejut, tapi tak urung membalas sapaan Danzel.

"Selamat pagi, Bibi," sapa Luna dengan lesu. Di tidak memiliki tenaga yang cukup. Danzel membuatnya kelelahan.

Bibi Marry dan Bibi Berna yang melihat Luna yang lesu dan cara berjalannya yang aneh pun saling menatap. Keduanya meneguk ludah. Pikiran mereka mengarah pada apa yang Danzel lakukan pada Luna. Hal itu membuat mereka bergidik ngeri.

"Ayo, biar ku bantu saja," ucap Danzel, mencoba meraih tangan Luna. Tapi, Luna yang masih kesal menepis pelan tangannya.

"Sayang, aku tahu kau masih kesal. Biarkan aku membantumu, ya? Aku janji tidak akan berlebihan seperti ini lagi," bujuk Danzel yang tetap diacuhkan Luna. Bibi Marry dan Bibi Berna yang melihatnya menahan senyum melihat suami istri itu.

Danzel dengan cepat menarik kursi untuk Luna, dan membantu istrinya itu duduk. Dia dengan cekatan mengambil sarapan untuk Luna.

Cup

"Makanlah," ucap Danzel setelah memberikan satu kecupan di bibir Luna. Membuat Luna melotot tak terima.

"Danzel, apa kau tidak malu?" tanya Luna masih melotot tajam menatap sang suami.

"Kenapa harus malu? Aku hanya menciummu."

"Aku tahu, tapi ini di depan Bibi."

Danzel menoleh ke arah Bibi Marry dan Bibi Berna. "Kalian tidak apa-apa kan, saya mencium Luna di sini?" tanya Danzel membuat Luna menghembuskan nafasnya lelah.

"Ti-tidak masalah, Tuan. Ini rumah Tuan, apapun yang Tuan lakukan, itu hak Tuan," ucap Bibi Berna.

"Iya, Tuan. Berna benar. Anda dan Nyonya berhak melakukan apapun di rumah ini. Jadi, jangan pedulikan kami. Atau, suruh saja kami pergi."

Danzel mengangguk lalu mengalihkan tatapannya pada Luna. Dia mengusap pelan surai sang istri. "Kau dengarkan? Jadi, tidak perlu malu pada mereka. Anggap saja mereka tidak melihat apapun."

Luna tak peduli padanya lagi. Dia meraih makanannya lalu memakannya. Wajahnya masih terlihat kesal.

"Aku akan meminta Beni menghubungi Mama Papa. Kita akan bertemu mereka besok malam."

Wajah Luna langsung berbinar. Dia menatap Danzel. "Kau tidak berbohong kan?"

"Tidak. Kalau perlu, kau sendiri yang berbicara dengan Beni."

Luna menggeleng. "Tidak, kau saja. Tapi, terima kasih sudah mau bertemu mereka," ucap Luna memeluk Danzel.

"Ya. Tapi, setelah sarapan kau harus istirahat." Luna langsung menggangguk. Tanpa perlu Danzel minta pun, dia akan beristirahat. Tubuhnya benar-benar lelah dan membutuhkan banyak istirhat hari ini.

***

Sesuai yang Danzel katakan, Danzel benar-benar menepati janjinya. Dia sudah memperoleh alamat dimana dia dan Luna akan bertemu orang tuanya. Alamat itu mereka peroleh dari Sekretaris Beni.

"Sayang, gimana penampilanku?"

Danzel tersenyum mendengar panggilan 'sayang' dari Luna untuknya. Dia menatap Luna dari atas hingga bawah. Luna benar-benar sempurna baginya. Paras cantik dan selalu tersenyum ramah itu membuat Danzel tak mampu berpaling.

"Kau sangat cantik, Sayang," ucap Danzel, memperhatikan wajah sang istri, lalu mendekatinya. Lelaki itu membubuhkan kecupan lembut di kening Luna.

"Ayo!" ajak Danzel. Dia menggenggam tangan Luna, lalu membwa istrinya itu keluar dari kamar.

"Apa Pak Wang yang mengantar kita?" tanya Luna ketika mereka tiba di halaman, dimana ada Pak Wang yang berdiri di dekat mobil.

"Tidak. Aku yang menyetir," balas Danzel.

Danzel membukakan pintu mobil untuk Luna, lalu segera memasuki mobil. Membunyikan klakson, Danzel kemudian melajukan mobilnya menjauh dari rumah.

Sekitar tiga puluh menit kemudian, Danzel dan Luna tiba di sebuah restoran, tempat dimana mereka sepakat untuk bertemu dengan kedua orang tuanya. Danzel yang hendak keluar dari mobil ditahan oleh Luna.

"Jangan keluar dulu, Danzel," ucap Luna, menahan lengan Danzel. Membuat suaminya itu berbalik dan menatapnya.

"Ada apa? Hmm?" balas Danzel, menggenggam tangan Luna.

"Berjanjilah padaku kalau kau tidak akan mengatakan hal-hal yang membuat Mama dan Papa mertua sakit hati. Aku tahu kau marah. Tapi, mohon tenangkan hatimu."

Tangan Danzel terangkat mengusap lembut rambut Luna. "Aku tidak bisa berjanji. Tapi, aku akan berusaha mengendalikan diriku."

Luna terdiam. Dia lupa, jika di depannya ini adalah Danzel yang sama. Danzel yang dingin dan memiliki hati yang keras. Hanya saja sikapnya berbeda ketika bersamanya.

"Tidak ada lagi kan? Ayo, turun!"

Luna mengangguk. Danzel segera turun dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk Luna. Kemudian, dia melingkarkan tangannya di pinggang Luna, lalu membawa istrinya itu masuk restoran.

Kedatangan Luna dan Danzel menarik perhatian banyak pengunjung restoran. Langkah mereka menuju meja yang sudah dipesan, dimana sudah ada kedua orang tua Danzel, disoroti oleh banyak pasang mata.

Wajah Danzel berubah semakin dingin ketika tatapannya bertemu dengan sang Papa dan Mama.

"Hallo, Ma, Pa," sapa Luna pada kedua mertuanya. Dia mendekti sang Mama mertua dan memeluknya. Ketika Luna hendak mendekati sang Papa mertua, Danzel dengan segera menahannya.

Luna yang merasa tak enak hanya tersenyum canggung. Sementara kedua orang tua itu hanya bisa tersenyum. Danzel mau bertemu saja, itu sudah lebih dari cukup.

"Apa kabar?" tanya Rossa, Mama Danzel, dengan suara yang lembut, begitu juga dengan tatapannya. Setelah sekian lama, akhirnya dia bisa melihat putranya dalam jarak dekat seperti ini. Hal yang sama juga dirasakan Papa Danzel, Albert. Lelaki itu begitu bahagia bisa menatap putranya tanpa harus bersembunyi.

"Saya baik," balas Danzel. Membuat sang Mama tersenyum.

"Papa senang bisa bertemu denganmu," ucap Albert.

Danzel tak membalas. Dia hanya diam dengan sebelah tangan yang menggenggam tangan Luna dan mengusap-usapnya lembut.

Luna yang merasa tak enak pada kedua mertuanya tersenyum canggung. "Mama sama Papa sudah pesan makanan?" tanya Luna, memecah kecanggungan.

"Belum, nak."

"Baiklah, biar aku pesankan."

Luna segera memanggil pelayan dan mulai memesan makanan untuk kedua mertuanya. "Sayang, kau mau pesan apa?" tanyanya pada Danzel, membuat lelaki itu menoleh padanya.

"Sama denganmu saja," jawab Danzel. Luna mengangguk, lalu kembali memesan. Setelah itu, suasana diantara mereka kembali hening.

Melihat keterdiaman diantara ketiga orang tersebut, Luna mengambil inisiatif untuk memulai percakapan. "Oh ya, Mama sama Papa barengan ke sini?"

"Iya. Supir Mama sedang sakit, jadi Mama bareng Papamu ke sini," jawab Rossa.

"Sebenarnya, Papa sudh menawari untuk datang bersama. Tapi, Mamamu ini terus menolak. Tapi, pada akhirnya sama-sama juga," timpal Albert.

Luna yang mendengarnya terkekeh. Entah kenapa, dia merasakan perasaan tak rela jika mengingat kedua orang itu telah bercerai.

"Saya dan istri saya datang kesini atas keinginan kalian. Jadi, bicaralah apa yang ingin kalian bicarakan. Masih banyak hal yang harus kami lakukan," ucap Danzel yang seketika membuat senyum ketiga orang itu luntur.

Luna langsung menggenggam tangan Danzel, memberi isyarat agar lelaki itu ingat untuk tidak berkata-kata hal yang menyakiti kedua orang tuanya.

"Danzel, ingat! Jangan sakiti hati mereka," bisik Luna pelan.

Danzel menarik nafasnya panjang. Dia menatap mata kedua orang tuanya bergantian.

"Nak, Mama sama Papa meminta bertemu karena ingin meminta maaf padamu," ucap Rossa.

"Papa dan Mama sudah banyak salah padamu. Karena kami, kau tumbuh tanpa merasakan kasih sayang," seru Albert.

"Huh! Kalian baru sadar sekarang?" Danzel tersenyum remeh. Membuat Luna mengusap lengannya pelan. Sungguh, dia tidak ingin suaminya menyimpan kebencian untuk orang tua sendiri.

"Danzel, kau sudah mengatakan padaku untuk mengendalikan dirimu. Jadi, ingatlah itu baik-baik," bisik Luna.

Danzel kembali menarik nafasnya panjang. Dia mencoba menenangkan perasaannya dan juga amarahnya.

"Kesalahan Mama dan Papa memang sangat fatal. Kami hanya bisa berharap agar kau mau memaafkan kami."

"Kalian sudah tahu, kesalahan kalian begitu fatal. Saya tidak bisa dengan mudah memberikan maaf ketika kalian meminta maaf. Jangan pernah memaksa saya." Kedua orang itu terdiam. Mereka tidak marah dengan apa yang Danzel katakan. Semua itu memanglah kesalahan mereka. Dan untuk memperoleh maaf dari Danzel, mereka harus bersabar.

1
Rai
gak twins ya...
Mamake Zahra
mampir thor kelihatannya seru durasinya panjang 👍👍👍
Yolanda_Yoo
🥰🥰
rosalia puspita
Luar biasa
Rai
disokong
Rai
jadikan anak danzel dan Luna twins ya Thor supaya adil, kembar tidak identik lelaki dan perempuan, naa adil tu
Jenny Jn Johnny
Luar biasa
🍏A↪(Jabar)📍
next
🍏A↪(Jabar)📍
*Suasana
🍏A↪(Jabar)📍
*si suster 🙏
Aquilaliza: Makasih atas koreksinya kak 🙏
total 1 replies
Diana
bangun tidur cap cup pede banget. luna tidurnya ileran gak sih? 🤭
Entin Wartini
lanjuuuut thor
RoSz Nieda 🇲🇾
❤️
Christine Liq
Luar biasa
Entin Wartini
lanjuuuuuuut
Entin Wartini
lanjut thor
🍏A↪(Jabar)📍
up
Diana
baru ketemu cerita ini langsung gak bisa berhenti baca walaupun mata sdh sepet krn baca sampai dini hari🧐
🍏A↪(Jabar)📍
lanjut
Diah Anggraini
guut danzel
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!