Sadiyah, seorang gadis yatim piatu, terpaksa harus menerima perjodohan dengan cucu dari sahabat kakeknya. Demi mengabulkan permintaan terakhir sahabat kakeknya itu, Sadiyah harus rela mengorbankan masa depannya dengan menikahi pria yang belum pernah ia temui sama sekali.
Kagendra, pengusaha muda yang sukses, terpaksa harus menerima perjodohan dengan cucu dari sahabat kakeknya. Disaat ia sedang menanti kekasih hatinya kembali, dengan terpaksa ia menerima gadis pilihan kakeknya untuk dinikahi.
Setelah pernikahan itu terjadi, Natasha, cinta sejati dari Kagendra kembali untuk menawarkan dan mengembalikan hari-hari bahagia untuk Kagendra.
Apakah Sadiyah harus merelakan pernikahannya dan kembali mengejar cita-citanya yang tertunda? Akankan Kagendra dan Natasha mendapatkan cinta sejati mereka?
Siapa yang akan bersama-sama menemukan cinta sejati? Apakah Sadiyah dan Kagendra? Ataukah Natasha dan Kagendra?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raira Megumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Business Trip
Rudi melihat tampilan Bosnya yang cukup segar pagi hari itu. Ia melihat ujung bibir Bosnya yang sedikit terluka dan rambut Bosnya yang masih basah, membuatnya berpikir jika Bosnya itu telah menabung cukup banyak sebelum Bosnya itu melakukan perjalanan dinas selama tujuh hari.
“Bos, minum ini tolak anginnya. Bos habis mandi besar nih, saya khawatir Bos masuk angin.” Rudi memberikan satu sachet ramuan herbal tolak angin pada Bosnya itu.
Kagendra mengambil tolak angin sachet yang diberikan oleh sekertarisnya itu dan tanpa kata-kata ia meminum ramuan tolak angin itu.
Sesampainya di bandara, Kagendra langsung memerintahkan Rudi untuk mencarikan makanan untuknya. Ia merasa sangat lapar karena ia menghancurkan makan malamnya sehingga ia melewatkan waktu makan malam. Ia juga telah menghabiskan banyak tenaga dan energi dalam aktivitas penyerangannya pada Sadiyah. Ia butuh makanan dengan jumlah kalori yang cukup tinggi.
“Bos, cuma ada ini.” Rudi menyerahkan dua tangkup sandwich dan segelas kopi yang didapatnya dari merchant makanan siap saji yang buka 24 jam.
Kagendra langsung menghabiskan dua tangkup sandwich itu hanya dalam hitungan detik.
Rudi hanya bisa membelalakan matanya kaget menyaksikan kelakuan Bosnya yang diluar kebiasaan itu.
“Sepertinya saya butuh beberapa tangkup lagi sandwich seperti ini. Kamu beli lagi beberapa tangkup dan sekalian kamu beli buat kamu sendiri.” perintah Kagendra.
Rudi segera berlari menuju tempat sandwich tersebut dijual dan membeli tiga tangkup sandwich untuk Bosnya dan dua tangkup sandwich dan segelas kopi untuk dirinya sendiri.
Kagendra menghabiskan tambahan tiga tangkup sandwich itu dalam dua menit saja yang membuat Rudi semakin membelalakan matanya tanda tak mempercayai penglihatannya.
“Bos lapar atau kerasukan jin tomang?” tanya Rudi sambil mengeleng-gelengkan kepalanya.
Setelah berada di dalam pesawat, Kagendra memesan sepiring nasi goreng dan segelas susu untuk sarapannya dan langsung menghabiskannya dalam waktu singkat juga. Hal ini tidak luput dari pengamatan Rudi.
“Ya Allah, si Bos itu kerasukan apa sih sampai selera makannya gila-gilaan seperti itu.” Rudi hanya bisa bertanya pada batinnya sendiri.
Setelah menghabiskan sarapannya, Kagendra merebahkan kepalanya dan langsung tertidur pulas hingga pesawat landing.
“Bos, bangun Bos. Sudah sampai.” Rudi berusaha membangunkan Bosnya yang sedang tertidur pulas itu dengan suara agak keras.
Kagendra masih memejamkan matanya dengan rapat dan tidak ada tanda-tanda untuk terbangun sehingga memberikan keberanian pada Rudi untuk mengguncang lengan Bosnya itu dengan sedikit keras.
“Bos. Bangun Bos. Ini pesawatnya sudah berhenti.” Rudi semakin keras mengguncang lengan Kagendra.
Karena kesal usahanya membangunkan sang Bos tidak berhasil, Rudi mencipratkan air mineral ke wajah Bosnya itu.
Merasakan cipratan air yang mengenai wajahnya, Kagendra segera terbangun dan menatap kesal ke arah sekertarisnya yang kurang aj*r itu.
“Maaf Bos. Saya terpaksa melakukan ini karena dari tadi Bos susah sekali dibangunkan.” Rudi segera menerangkan alasan ia mencipratkan air sebelum Bosnya itu mengguyurkan semua sisa air yang ada di dalam botol kemasan itu ke kepalanya.
Kagendra menatap kesal pada sekertarisnya itu tapi tidak bisa menyalahkannya.
***********
Dengan tubuh lelahnya, Sadiyah berusaha bangun untuk mengerjakan kewajibannya di waktu shubuh. Ia memaksakan tubuhnya yang terasa letih untuk bangun dan keluar dari kamar tidurnya.
Ketika Sadiyah melihat keadaan di ruangan dapur, ia melihat piring yang pecah dengan berbagai macam sayuran yang tumpah ruah di atas lantai dapurnya. Ia teringat kembali kejadi tadi malam saat Kagendra marah dan memecahkan piring berisi nasi dan capcay.
Dengan air mata yang menetes, Sadiyah membersihkan kekacauan akibat kemarahan suaminya tadi malam. Ia juga teringat dengan perlakuan kasar Kagendra terhadap dirinya. Awalnya karena dikuasai oleh amarah, Kagendra memperlakukannya dengan kasar tapi setelahnya, suaminya itu berlaku sangat lembut terhadap dirinya. Mengingat hal itu, semburat merah menghiasi pipinya yang putih.
Setelah selesai mengisi perutnya yang keroncongan, Sadiyah kembali memfokuskan dirinya pada berkas-berkas yang harus segera ia periksa. Rasa kecewa terhadap suaminya sementara terlupakan dengan kesibukannya mengurus usahanya yang semakin berkembang.
**************
“Fai, ada pekerjaan penting buat kamu. Kamu awasi istriku selama 24 jam. Laporkan semua aktivitasnya di luar dan siapa saja yang ia temui.” Kagendra menghubungi anak buahnya yang terbaik untuk mengawasi semua gerak gerik Sadiyah segera setelah ia sampai di tempat ia berencana untuk menemui kliennya. Ia curiga Sadiyah berselingkuh di belakangnya.
“Siap Bos.” jawab seseorang di seberang sana.
*************
Setelah menyelesaikan pekerjaan selama lima hari, Kagendra harus menemui klien besarnya di kantor pusat dengan segera sehingga ia tidak memiliki waktu tambahan untuk menikmati liburannya bersama sang kekasih hati.
Maafkan aku sayang, aku harus kembali ke kantor pusat. Rencana kita gagal.
Kagendra mengirimkan pesan teksnya pada Natasha.
No problem, babe. Tapi kamu harus menggantinya dengan menemani aku sepanjang malam nanti.
Natasha menjawab pesan teks dari Kagendra.
Segera setelah pesawat landing, Kagendra segera menemui klien besarnya itu.
***********
Malam hari setelah Kagendra menyelesaikan seluruh agendanya hari itu. Ia berkunjung ke unit apartemen Natasha. Mereka menuntaskan kerinduan selama lima hari itu dengan saling memuaskan bibir mereka.
Tangan Natasha mulai menjelajahi tubuh kagendra.
“Cukup sayang.” Kagendra menangkap tangan Natasha dari aksi berjelajahnya.
“I miss you babe….” bibir Natasha mulai beraksi kembali.
“Jika sikap kamu seperti ini, sebaiknya aku pulang.” ancam Kagendra.
“Kamu kan janji akan menemani aku sepanjang malam.” rayu Natasha.
“Tapi tidak seperti ini.” Kagendra kembali mencengkram tangan nakal Natasha yang menggerayangi dadanya.
“Semua anggota tubuhku merindukanmu, babe.” Natasha mulai melancarkan aksinya lagi.
“Hari ini aku lelah sekali. Aku butuh istirahat.” Kagendra melepaskan diri dari Natasha dan merebahkan tubuhnya di atas sofa.
“Kamu tidur bareng aku di kasur.” ajak Natasha.
“Aku tidur di sini saja. Sudah aku bilang, kita tidak bisa bertindak lebih jauh sebelum kamu halal buatku.” Kagendra mulai memejamkan matanya.
Natasha mendengus kasar dan berjalan cepat menuju kamar tidurnya.
**************
Pagi harinya….
Kagendra terbangun jam enam pagi, ia melewatkan waktu subuhnya. Selama ini, Sadiyah yang membangunnya untuk sholat subuh. Selama lima hari di Lombok pun, Rudi yang membangunkan dirinya untuk sholat subuh.
Kagendra meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku karena harus tidur tidak nyaman di atas sofa. Ia melongok ke dalam kamar tidur Natasha dan melihat Natasha yang masih terlelap tidur. Ia membayangkan kehidupan pernikahan yang mungkin nanti akan dijalaninya bersama Natasha. Akankah pernikahannya bersama Natasha kelak akan menjadi pernikahan yang sakinah mawaddah warohmah. Ia meragukan hal itu tapi nafsu dan emosinya masih cukup besar untuk bisa mengalahkan akal sehatnya. Ia masih merasa yakin jika perempuan yang dicintainya itu adalah Natasha.
“Sayang, aku pulang dulu.” Kagendra membangunkan Natasha dengan kecupan di bibir Natasha.
“Good morning, babe.” Natasha mengeliatkan tubuhnya dan membalas kecupan bibir dari Kagendra.
“Aku pulang.” pamit Kagendra.
Natasha segera terlonjak bangun karena mengingat sesuatu.
“Sayang, aku lupa memberitahu kamu kalau aku harus pergi ke Italia selama sebulan paling cepat, kalau jadwalnya molor bisa sampai dua bulan. Ada proyek yang harus aku kerjakan di sana.” Natasha menampilkan wajahnya yang bersedih.
“I’ll be missing you.” Kagendra mengecup kening Natasha. “Baik-baik di sana. Cepat selesaikan pekerjaan kamu, aku akan menunggu kamu dengan sabar.” Kagendra menampilkan wajah sedih dan kecewanya.
“Thanks, babe. I love you.” Natasha memeluk Kagendra dengan erat. Entah kenapa, rasa takut menyerangnya. Ia takut kalau kepergiannya kali ini akan mengakibatkan perpisahan yang sesungguhnya dengan Kagendra.
“Kamu janji. You’re gonna wait for me. Promise me.” Natasha semakin mengeratkan pelukannya.
“Hmmm.” jawab Kagendra.
“Perlu aku antar ke bandara?” tawar Kagendra.
“Gak usah. Nanti kalau berpisah di airport malah bakal tambah sedih.” sahut Natasha.
************
semangat