Kalisha Maheswari diwajibkan menikah karena mendapat wasiat dari mendiang Kakek Neneknya. Dirinya harus menikah dengan laki laki yang sombong dan angkuh.
Bukan tanpa sebab, laki laki itu juga memaksanya untuk menerima pernikahannya karena ingin menyelamatkan harta mendiang kakeknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaJenaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menemui Gadis wasiat
Setelah sekitar empat jam perjalanan menuju kota Raflesia, mereka harus menempuh sekitar dua puluh lima kilometer lagi untuk menuju desa gadis itu. Benar saja, jalanan terlihat semakin menantang dan terjal. Mobil melewati jalan dataran tinggi ke dataran rendah. Belum lagi ada tikungan tajam yang siap menanti.
Perjalanan itu juga diiringi dengan beberapa motor patwal. Hal itu untuk berjaga jaga jika terjadi hal hal yang tidak tidak terhadap Edward.
"Fian, lain kali pakai heli aja! Apa apaan ini!", gerutu Edward.
"Baik tuan.", jawab Sekertaris Fian.
"Hmm.. Padahal dirinya sendiri yang meminta naik mobil." , batin Sekertaris Fian.
Setelah melewati jalan yang naik turun, Edward merasa kepalanya mulai sakit. Sekertaris Fian pun memberi kode kepada sopir mobilnya untuk menepi terlebih dahulu. Namun sebelum mobil itu berhasil menepi, Edward yang tak tahan dengan rasa mualnya pun membuka paksa jendela mobilnya tanpa melihat kondisi sekitar.
Howeekkkk
Edward memuntahkan isi perutnya dan mengenai seorang gadis pesepeda. Gadis itu sedikit membeku dengan apa yang dilakukan Edward padanya sampai akhirnya mobil itu berhasil menepi.
Edward dengan cepat membuka pintu mobilnya dan mengeluarkan sisa sisa isi perutnya.
Gadis yang terkena muntahan Edward pun tidak terima. Sekuat tenaga ia mengayuh sepedanya untuk menemui Edward yang saat itu masih berjongkok.
Huwekk!!
Huwekk!!.
"Hei..", ucap gadis iku yang kemudian tiba tiba menghampiri Edward. Edward yang tak tahan dengan rasa mualnya pun tak memperdulikan gadis itu dan memuntahkan seluruh isi perutnya hingga patwal pun ikut menghampiri Edward untuk melihat keadaannya. Hanya pengacara Teo yang mendekati gadis itu.
"Nona, apa anda tidak papa?",tanya pengacara Teo kepada gadis itu.
"Tidak apa apanya pak! Badan saya bau nggak enak. semua gara gara orang itu!", jawab sang gadis yang menunjuk ke arah Edward.
"Ambilkan kotak P3K!", titah Sekertaris Fian kepada salah satu patwal.
"Hei, saya tidak butuh P3K!", sahut gadis itu dengan sedikit membentak.
"Maaf, ini bukan untuk anda.", jawab sekertaris Fian yang membuat gadis itu semakin menggerutu.
Sebuah kotak P3K pun datang.
"Tidak perlu! Saya tidak apa! Ayo pergi dari sini!",ujar Edward.
"Eeehh eehh tunggu! Jangan main pergi aja dong! Ini saya gimana?!",tanya Gadis itu.
" Tanggung jawab dong!! Ini baju ya bau banget! Ini baju kesayangan saya!",teriak gadis itu.
Edward pun memberi kode sekertarisnya untuk memberikan cek dan menyuruh gadis itu menulis nominalnya sendiri.
"Silahkan anda isi berapapun yang anda minta disini.", ujar Sekertaris Fian menyodorkan cek kuitansi.
"Dasar sombong! Apa susahnya bilang maaf! Dasar orang kaya songong!",gerutu gadis itu yang melempar sebuah bolpoin dan cek tersebut.
"Jaga sikap anda nona!",teriak sekertaris Fian.
"Eh pak polisi, tahan dong orang ini! Dia sudah memuntahkan isi perutnya ke saya!!",seru gadis itu kepada beberapa patwal.
Namun semua patwal yang berada disitu menutup rapat rapat telinganya.
"Eeeehhhh.. kok pada diam sih? Oohh!! Kalian komplotan?! Jadi kelakuan orang kota memang seperti ini ya?! Dasar tidak punya akhlak!!", racau gadis itu.
Pengacara Teo pun tetap berusaha menenangkan gadis itu. Namun tetap nihil hasilnya. Gadis itu tetap membuat keributan dengan Edward.
"Apa yang anda mau nona?, tanya sekertaris Fian.
"Saya mau orang ini meminta maaf kepada saya!",ujar gadis itu dengan menunjuk Edward.
"Aku tidak salah. salah sendiri kau bersepeda tidak pada jalurnya.", celetuk Edward.
"Ayo kita lanjutkan perjalanan!",titah Edward kepada semua rombongan.
Pengacara Teo yang melihat dari kejauhan tidak habis fikir dengan cucu pimpinan itu. Mendiang kakeknya memang kejam, namun hanya kepada musuhnya saja
"Maaf nona! Saya tidak bisa membantu nona!", ucap pengacara Teo yang kemudian melangkah mengikuti rombongan Edward.
Gadis itu pun tetap menggerutu, menyumpahi Edward hingga Edward dan rombongannya tak terlihat lagi. Ia pun berusaha menuntun sepedanya dan berjalan tertatih tatih.
Sepedanya yang semula cantik, kini telah kotor. Sama halnya pemiliknya yang penuh dengan muntahan Edward.
"Apa ini rumahnya tuan?",tanya sekertaris Fian.
"Entah. Kita coba turun dulu.",jawab Edward.
"Lumayan luas juga!",batin Edward dengan matanya yang mencoba menelisik rumah teman kakeknya itu.
Terlihat seorang lelaki tua dan perempuan tua duduk didepan teras dengan menyeruput teh hangat dan menyantap beberapa camilan.
Sekertaris Fian pun menghampiri dua orang paruh baya itu. Terlihat seorang lelaki tua dan perempuan tua duduk didepan teras dengan menyeruput teh hangat dan menyantap beberapa camilan biskuit sederhana.
Sekertaris Fian pun menghampiri dua orang paruh baya itu.
"Permisi tuan, apa benar ini dengan rumah pak Kusumo?",tanya sekertaris Fian kepada paruh baya itu.
"Iya benar. Ada apa mencari saya? Apa cucu saya sudah membuat masalah?",tanya balik mbah Kusumo.
"Maaf ,Tuan Muda saya ingin menemui anda.", ujar Fian.
"Maaf, katakan dulu, anda ini siapa?!", sela mbah Kusumo.
"Saya Edward Baskoro. Cucu Dwi Edi Baskoro. Pemilik Baskoro Grup.",celetuk Edward yang tiba tiba muncul di samping Sekertaris Fian.
Laki laki paruh baya itupun kaget kemudian tersenyum.
"Oohh jadi ini cucu Dwi? Sekarang kamu sudah besar ya! Dulu saat kecil, kamu sering bermain kelereng di depan rumah saya.", ujar laki laki paruh baya itu.
"Silahkan masuk! Ayo nak sini masuk!",pinta Mbah Kusumo.
Edward, Sekertaris Fian dan Pengacara Teo pun masuk kedalam rumah sederhana itu.
anggota mau lapor ketua
si edwar lagi salting ketua
khalisa mau di bawa ke mertua🤣🤣