NovelToon NovelToon
Ketika Sakura Mekar Kembali

Ketika Sakura Mekar Kembali

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:464
Nilai: 5
Nama Author: Abdulpro

Shinamura Haruki, seorang siswa SMA kelas dua berusia 16 tahun, baru saja mengalami patah hati terburuk. Empat bulan lalu, cintanya ditolak saat malam Natal. Dalam kesedihan, ia memutuskan untuk membeli kopi sebelum pulang, tapi takdir berkata lain. Ia malah ditabrak oleh Aozora Rin, gadis teman satu sekolahnya. Bagaimana pertemuan tak terduga ini akan mengubah kisah cinta mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdulpro, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sebatas Teman

    Pagi hari datang dengan cahaya hangat matahari musim semi. Haruki melaju dengan motornya menuju sekolah, membiarkan angin pagi menyapu wajahnya. Setelah memarkir, ia melihat Renji menurunkan Yui dari boncengan.

“Wah, serasi banget kalian berdua! Nikah aja sekalian,” goda Haruki sambil tertawa.

“M-mana ada! Kamu jangan aneh-aneh deh!” Yui langsung merona.

“Sudahlah, jangan malu-malu,” timpal Renji, membuat Yui melipat tangan dan membuang muka.

Mereka bertiga berjalan bersama menuju kelas, canda ringan mengiringi langkah mereka.

Di sisi lain, Rin baru saja tiba. Ia langsung disambut Hana dan Aika yang menatapnya dengan senyum penuh arti.

“Gimana kencan kemarin? Lancar?” bisik Hana jahil sambil menyikut Rin.

“Enggak nyangka, Rin udah punya pacar,” tambah Aika sambil menutup mulut, pura-pura kaget.

“Eh!? Kalian kenapa, sih?!” Rin panik, pipinya merona.

“Kemarin kamu habis pulang bareng Haruki, kan,” goda Hana lagi.

Rin memalingkan wajah, memegang ujung roknya.

“Dia cuma ambil jaket, kok… Ibu juga ngajak Haruki ngobrol, makanya agak lama.” Suaranya lirih, nyaris tak terdengar.

Mereka bertiga berjalan ke kelas, hingga akhirnya berpisah dengan Aika. Saat itu, mereka berpapasan dengan Haruki.

“Selamat pagi, Haruki,” sapa Rin lembut dengan senyum kecil.

Haruki tersenyum kikuk. “Pagi juga, Rin.”

Rin buru-buru menunduk. Wajahnya sedikit merona dan malu-malu.

Pelajaran pun dimulai. Hari berjalan seperti biasa: guru menerangkan materi, guru mengajar. Hingga bel istirahat berbunyi, dan Renji serta Yui saling bercanda, menciptakan suasana hangat dan menyenangkan.

Waktu berlalu, tak terasa bel pulang berbunyi. Murid-murid lain mulai meninggalkan sekolah, menyisakan beberapa orang yang mengikuti kegiatan tambahan. Rin, misalnya, mengikuti kelas tambahan untuk memperbaiki mata pelajaran, sehingga ia harus pulang lebih sore.

Sementara itu, Haruki mengikuti ekstrakurikuler robotik. Ia ditugaskan untuk membuat sebuah karya, dan Haruki berinisiatif membuat penyiram tanaman otomatis menggunakan sensor kelembaban tanah dan cahaya.

Haruki membuat struktur rangkaian dan mencatat bahan-bahan yang diperlukan hingga waktu pulang tiba. Saat berjalan menuju parkiran untuk mengambil motornya, matanya tertuju pada seorang gadis. Dia adalah Rin, yang sedang melamun sambil menunggu jemputan ayahnya di trotoar. Kendaraan lalu lalang, tetapi pandangan Rin kosong.

“Tin!” Haruki membunyikan klakson pelan.

“Kok kamu belum pulang?” tanyanya, melihat wajah Rin yang tampak lesu.

“Eh, Haruki. Iya, tadi aku ikut kelas tambahan,” jawab Rin. “Kamu kok pulang sore juga?”

“Aku tadi ada ekstrakurikuler, baru selesai buat proposal rangkaiannya,” jelas Haruki.

“Ayo, pulang bareng?” Haruki menawarkan sambil melambaikan tangan.

“Eh? Beneran enggak apa-apa?” Rin berdiri dan menghampiri Haruki.

“Sudah, enggak apa-apa,” jawab Haruki.

Rin mengangguk, lalu naik ke motor Haruki.

“Terima kasih, ya,” bisik Rin pelan, sambil memegang pinggang Haruki.

Motor melaju melewati jalanan kota. Angin sore mengibaskan rambut Rin.

Di perjalanan, Rin bertanya tentang kegiatan ekstrakurikuler Haruki.

“Tadi kamu bilang sedang bikin proyek robotik, memangnya kamu buat apa?” tanyanya penasaran.

“Aku lagi bikin alat penyiram tanaman otomatis. Sederhana aja, pakai sensor kelembaban,” jawab Haruki.

Rin seketika kagum dibuatnya. “Benarkah? Pasti rumit buatnya, ya?”

“Enggak juga, sih. Besok baru mulai beli bahan-bahannya,” kata Haruki.

Mendengar itu, Rin menyandarkan kepalanya di bahu Haruki. Ia merasa tenang dan nyaman.

“Oh, ya, besok kamu ada kegiatan, enggak?” tanya Haruki.

“Besok aku mau belanja, beli bahan adonan kue,” jawab Rin.

Haruki mengambil kesempatan.

“Kalau kamu mau, besok kita pergi bareng?” tawar Haruki.

Wajah Rin langsung berbinar.

“Iya, aku mau! Kebetulan besok aku belanja banyak.”

Mereka berdua berjanji untuk belanja bersama keesokan harinya. Sedikit demi sedikit, mereka mulai saling percaya dan mencari kesempatan untuk bersama, walau hanya sebentar.

Keesokan harinya, di pagi yang cerah, Haruki datang ke rumah Rin dengan pakaian kasual. Rin tampak cantik dengan gaun putih berhiaskan pita merah muda di pinggangnya. Mereka saling memandang, lalu Rin menghampirinya.

Haruki tertegun. “Dia… cantik sekali.”

“Ayo, berangkat!” Rin tersenyum cerah.

Mereka berangkat, menikmati pemandangan kota yang megah. Sesampainya di tempat tujuan, mereka memeriksa daftar belanjaan masing-masing.

“Haruki, kamu beli apa aja?” tanya Rin.

“Aku beli timah, kabel, sama beberapa komponen elektronika lain di toko bagian timur. Kalau kamu?” tanya Haruki balik.

“Aku beli tepung, mentega, vanili, sama bahan untuk krim,” jawab Rin.

Haruki mengusulkan, “Bagaimana kalau kita berpencar? Aku ke toko elektronik, kamu ke toko bahan kue. Nanti kita ketemu di kursi taman, gimana?”

Rin setuju. Mereka pun berbelanja keperluan masing-masing. Dalam perjalanan kembali, mata Haruki menangkap kilauan perhiasan di etalase toko aksesoris.

Seketika, ia teringat ucapan ibu Rin, "Bulan depan Rin ulang tahun…" Haruki ingin memberinya hadiah perhiasan yang minimalis, sesuai gaya Rin. Ia pun masuk ke toko dan melihat-lihat. Perhiasan yang berkilau membuat matanya terkesima.

“Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?” tanya pemilik toko dengan senyum ramah.

“Saya mau beli aksesoris untuk teman cewek saya,” jawab Haruki.

“Kira-kira aksesoris apa yang cocok untuk hadiah ulang tahunnya?”

Pemilik toko menyarankan, “Kalau masih baru kenal, lebih baik beli yang bisa dipakai sehari-hari.”

Haruki melihat kalung dan jepit rambut. “Kira-kira lebih cocok kalung atau jepit rambut, ya?” tanyanya sambil memandangi kedua aksesoris itu.

“Menurut saya sih jepit rambut lebih cocok, karena kalung biasanya untuk hubungan yang lebih serius,” saran pemilik toko.

Haruki menerima saran itu. Ia membeli jepit rambut dengan model bunga melati, karena ia merasa itu cocok dengan kepribadian Rin yang anggun dan sederhana, tapi tetap menarik.

Haruki kembali berjalan, waktu terasa begitu cepat. Tas belanjaan mereka sudah penuh. Mereka bertemu di kursi taman sesuai kesepakatan.

“Maaf, ya, sudah menunggu lama,” kata Haruki terengah-engah setelah berjalan lumayan jauh.

“Enggak kok, aku juga baru sampai,” jawab Rin.

Ia kemudian membuka tas plastik, menyodorkan sebuah es krim pada Haruki.

Senyumnya malu-malu.

“Kamu suka rasa cokelat, kan?”

“Iya, aku suka. Terima kasih, ya,” Haruki menerima es krim itu.

Rin duduk, menikmati pemandangan kota saat senja.

“Terima kasih juga, ya, sudah menemaniku belanja. Maaf sudah merepotkanmu.”

Haruki tersenyum, “Enggak apa-apa… Jalan bareng kamu aja udah bikin aku senang, kok.”

Rin yang sedang makan es krim tersedak. Ia terkejut mendengar ucapan itu. Rin menundukkan wajahnya, pipinya memerah, tangannya menggenggam erat tali tas selempangnya.

“Rin, kamu kenapa?” tanya Haruki dengan wajah polos, seakan tidak menyadari apa yang terjadi.

“Enggak kok… aku cuma kaget aja”

Haruki menggaruk kepala, polos tak menyadari dampak ucapannya.

“Ih Haruki, kamu bikin salah paham aja deh” gumamnya Rin dalan hati.

Dalam hati, Rin merasa sangat nyaman berdua dengan Haruki. Mereka duduk di taman, suasana senja yang hangat dan hembusan angin membuat momen itu terasa seperti kencan.

"Padahal kita baru kenal beberapa hari, kok rasanya mulai akrab ya?" Ucapnya Haruki, dia menatap Rin yang sedang memakan es krimnya.

"Entahlah, tapi aku senang bisa kenal denganmu, terimakasih sudah membantuku" Rin membalasnya, sambil tersenyum.

Waktu pun terasa cepat berlalu.

Setelah itu, Haruki pulang dengan hati yang hangat dan menyenangkan. Hingga malam tiba, Rin mengiriminya pesan, menanyakan tentang proyek robotik yang dibuatnya.

“Proyek ekstrakurikuler kamu akan dikumpulkan kapan?” tanya Rin.

“Sekitar dua minggu lagi,” jawab Haruki.

“Nanti kalau sudah jadi, aku boleh, enggak, mampir ke rumahmu?” tanya Rin.

Haruki yang melihat pesan itu tersenyum tipis, merasa girang.

“Iya, boleh kok, nanti aku kabari,” jawab Haruki.

“Asyik! Terima kasih, ya,” balas Rin.

Semua yang mereka lalui membuat hubungan mereka semakin dekat. Setiap canda tawa menjadikan mereka nyaman dan melupakan masalah masing-masing. Hari demi hari berlalu, mereka menjalani aktivitas seperti biasa, berangkat sekolah, bertemu teman-teman, dan mengobrol, semakin mempererat hubungan mereka.

(Bersambung…)

1
Felipa Bravo
Characternya bikin terikat! 😊
Abdul Jabbar: Nantikan terus bab selanjutnya, upload setiap hari Selasa dan jumat
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!