naresh membenci nara, begitu pun sebaliknya. tapi apa jadinya jika keduanya menikah karena tak sengaja kepergok tidur bersama?
pernikahan kilat itu membuat naresh marah besar karena satu bulan lagi dia akan menikahi kekasihnya.
dengan keadaan pernikahan yang buruk, bagaimana nara menjalani pernikahan nya apalagi dengan naresh yang malah bertunangan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DnieY_ls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tertukar
Karena mereka tak jadi pergi ke air terjun jadilah kini mereka berada di pantai. Semuanya menggunakan pakaian pantainya masing masing, namun yang membuat mereka salfok adalah nara yang menggunakan bikini seksi.
Tentu saja bunda clara khawatir, apalagi sang anak masih gadis. Buru buru wanita paruh baya itu nenutupi tubuh anaknya dengan kain yang di bawanya.
“Ck, bunda ini apa? Kenapa badan nara di tutup segala?” nara berdecak kesal. Sedang asik asiknya duduk sambil menikmati pantai.
“Gak usah komplain. Pakaian kamu itu loh terlalu terbuka, takut nya ada yang ngapa ngapain kamu” kata bunda clara.
Bahu nara turun dan matanya memutar. “Ini kan pantai bun, udah biasa pakai begini. Lihat! Yang lain juga sama, malah lebih terbuka dari aku” protes nara lagi membuka kain itu.
“Itu mah beda, mereka kan bule. Udah biasa mereka kayak gitu, jangan di samain” bunda clara mengomel.
Nara menghentakkan kakinya kesal, bibir nya cemberut dengan wajah yang murung. Apalagi mendengar suara tawa renata yang menertawakan nya. Wanita itu tengah bermain dengan putrinya.
Semakin dongkol perasaannya, nara mengambil karpet miliknya. Kemudian payung untuk melindungi nya dari sinar matahari dan segera berjalan menuju tempat yang sepi.
Dan dengan polos nya paul membuntuti wanita itu sampai di ujung pantai dekat batu karang. Nara membeberkan kembali karpetnya di sana dan mulai berbaring. Payung yang di bawanya di letakan berdiri.
Terkejut saat menoleh dan melihat paul di sampingnya. Membawa dua kelapa muda yang siap untuk di minum.
“Kamu ngikutin kakak?” tanya nara pada adik naresh itu.
Paul yang berusia sepuluh tahun mengangguk dengan polosnya. “disana ramai banget, aku ngikutin kakak deh kesini. Nih buat kakak” paul memberikan satu kelapa muda itu dengan cengengesan.
Nara mencebikkan bibirnya pelan, urung untuk mengusir nya. Mereka berbaring bersama, tertidur di bawah matahari cerah sambil menikmati pemandangan laut. Kain yang tadi di lilitkan clara pada tubuh nya kini sudah nara pakai sebagai alas kepalanya dan paul.
“Kakak tahu kak vania?” tanya paul tiba tiba.
Nara yang memejam berdehem pelan menjawabnya. “Hmm”
“Kak naresh pacaran sama dia kak. Tapi aku gak suka sama kak vania” paul bercerita.
“Kenapa?”
“Karena dia jelek!” celetuk paul jujur.
Pftt… nara tak bisa menahan tawanya. Dia tertawa di samping adik pacarnya vania, tapi nara tak peduli.
“ohya? Terus kenapa bisa kakak lo pacaran sama tuh orang?” tanya nara mulai tertarik, dia menyampingkan kepalanya menghadap paul.
Paul mengerdikan bahunya. “Gak tahu. Di pelet kali” celetuknya asal.
Tentu saja nara kembali tertawa, vania itu salah satu musuhnya saat kuliah. Cewek centil yang pernah membuatnya berurusan dengan kating kating gila kampusnya. Dan sampai saat ini, nara punya dendam kesumat dengan gadis itu.
“Selera kakak lo tuh jelek. Coba aja kayak gue seleranya, yang tampan, mapan, sixpack, baik, penyayang, dingin, perhatian, greenflag, setia ah pokok nya yang sempurna” imbuh nara. Mulai mengkhayal pria pria gepengnya.
Paul mengangguk setuju. “Betul. Coba aja pacarnya kak nara aja, jangan kak vania. Pasti aku setuju” ucapnya begitu santai.
Nara yang tengah mengkhayal seketika pecah mendengar ucapan bocil di sampingnya. Dia bangkit dan menatap tajam paul, tak lupa mendengus kesal.
“Heh bocil! Gak usah ngaco yah lo. Ogah gue sama kakak lo” sewot nara bangkit.
“Ya kan seandainya” cicit paul agak takut.
Nara mengibaskan rambutnya, segera berdiri dan melipat payung. “Halah! Mending gue cari bule aja buat di ajak kawin” gerutunya mendumel.
“Bocil! Jangan lupa karpet gue bawa!” teriak nara pada paul yang jauh. Bocil itu mengacungkan jarinya sembari mulai menggulung karpet.
……
Ck ck ck, nara berdecak berkali kali. Kesabaran setipis tisunya kembali di uji saat kunci kamar nya tertukar dengan kamar milik naresh. Ini semua ulah paul, bocah kematian itu tak sengaja menjatuhkan tas nya dan yang lain gara gara jatuh. Alhasil barang mereka tercampur dan kini, kuncinya tertukar dengan pria jelek itu.
Dengan menggerutu mendumeli paul, nara berjalan menuju tempat resepsionis. Dia meminta kunci cadangan kamarnya, meski harus menunggu sebentar akhirnya nara mendapatkannya.
Wanita itu kembali naik ke lantai tiga menuju kamarnya, sebelum masuk dia baru ingat kalau kunci kamar naresh ada padanya. Bagaimana kalau cowok itu mencarinya?
“Apa gue simpan aja ya di depan kamarnya?” tanya nara pada dirinya sendiri.
“ah tapi kalau hilang di colong orang gimana? Gue nanti yang harus ganti” dia menggelengkan kepalanya.
“Ck, kenapa tadi gak sekalian gue kasih ke resepsionis. Ah bodo amat! Gue bawa aja, kalau nanti tuh cowok gak bisa masuk dia bisa minta kunci cadangan. Tapi kalau gak bisa tidur aja di luar, biar tahu rasa!” gerutu nara masuk ke kamarnya.
Katanya naresh tadi pergi sendiri entah kemana, makanya nara gak bisa balikin kuncinya pada cowok itu.
....
Naresh berjalan sempoyongan menuju kamarnya. Susah payah dia berdiri untuk mencapai kamarnya, kepalanya sudah hampir meledak akibat alkohol yang dia minum tadi.
Dengan kaki yang lunglai dia terus berjalan, sampai di pintu kamar dan memasukkan kunci kamar hotelnya. Sialnya, pintu itu tak dapat terbuka membuatnya berdecak sebal dalam setengah sadarnya.
Lalu melihat disana jika kuncinya tertukar dengan milik nara. Ah pria itu ingin sekali mengamuk. Dia sudah tak kuat berjalan apalagi melewati lift.
Dari pada harus kembali meminta kunci cadangan lebih baik naresh tidur di kamar nara. Segera pria itu beralih pada kamar di depannya, lalu memasukkan kunci itu dan langsung terbuka.
Dia masuk, benar benar dengan kesadaran setipis tisunya berjalan sempoyongan ke arah kasur. Terlihat dengan mata nya kabur kabur ada gadis yang tertidur sembari memeluk guling.
Tanpa melepas sepatu nya naresh ikut naik ke atas ranjang dan berbaring di sisi gadis itu. Mencium aroma wangi dari tubuh di sampingnya membuat naresh sontak beralih dan memeluk tubuh gadis itu dari belakang.
“Wangi banget lo” gumamnya memuji.
Tanpa sadar dia mulai menciumi puncak kepala gadis itu. Yang lama kelamaan turun pada lehernya. Sial! Dia keasikan berternak disana.
naresh ketemu nara yh sdg jalan sm adam..posisi jadinya seri ya naresh
lanjut thor