NovelToon NovelToon
Tawanan Tuan De Santis

Tawanan Tuan De Santis

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Identitas Tersembunyi / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Komalasari

Damien De Santis merupakan pembuat senjata dengan spesifikasi luar biasa. Dia jadi pemasok beberapa organisasi mafia Italia. Namun, dirinya dibuat jengkel, saat berurusan dengan Patrizio Mazza. Damien yang hilang kesabaran memutuskan menghabisinya, kemudian membawa pergi adik tiri pria itu yang bernama Crystal Guida Mazza.

Crystal dijadikan tawanan, hingga rahasia besar tentang gadis itu mulai terkuak. Damien bahkan rela melindungi, setelah mengetahui jati diri Crystal yang ternyata akan sangat menguntungkannya.

Siapakah sosok Crystal? Mengapa dia jadi incaran mafia lain? Lalu, apa alasan Damien mati-matian melindungi gadis itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Komalasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Buku yang Hilang

Selesai memasangkan kalung, Damien mundur beberapa langkah. Dia memberi jarak dari Crystal, yang terpaku sambil memegangi kalung itu.

"Aku tidak melihat kalung seperti ini di leher Nyonya Eleanor," ucap Crystal pelan, berharap Damien menjelaskan sesuatu.

Akan tetapi, Damien justru tak menanggapi. Dia memilih berbalik, lalu keluar dari kamar.

"Jangan kunci pintunya," ucap Crystal, saat Damien hendak menutup pintu.

Pria tampan bermata hazel itu menoleh, tapi tak mengatakan apa pun. Dia langsung menutup pintu, lalu pergi dari sana.

Sepeninggal Damien, Crystal langsung mendekat ke pintu, kemudian memutar gagangnya. Wanita mupda bermata biru tersebut dapat bernapas lega, sebab Damien menuruti permintaannya tadi.

Sementara itu, Damien melangkah gagah menuju ruang kerja. Namun, belum sempat tiba di sana, Eleanor lebih dulu melaporkan sesuatu.

"Ada tamu untuk Anda," ucap Eleanor sopan.

"Siapa?" tanya Damien datar.

"Tuan Enzo Marchetti," jawab Eleanor.

Damien terdiam sejenak, sebelum membalikkan badan. Dia mengubah tujuan jadi ke ruang tamu.

Seperti yang Eleanor katakan tadi, di ruang tamu sudah menunggu seorang pria tampan berambut cokelat tembaga. Dialah Enzo Marchetti, putra tunggal seorang pengusaha manufaktur yang sangat terkenal di seantero Italia, yakni Luca Marchetti.

Namun, tak ada yang tahu bahwa Luca Marchetti juga aktif di dunia hitam. Dia biasa memasarkan senjata secara ilegal.

"Apa kabar, Kawan," sapa Enzo, saat melihat kehadiran Damien di ruang tamu. Pria itu berdiri, lalu menyalami sang tuan rumah.

"Baik. Kau sendiri?" balas Damien, seraya kembali mempersilakan Enzo duduk.

"Aku baru kembali dari Jerman dua hari yang lalu. Kau masih ingat Alden Metzelder?"

Damien terdiam sejenak, memikirkan nama yang Enzo sebutkan tadi. Sesaat kemudian, pria tampan berambut gelap tersebut mengangguk samar. "Dia pernah memesan senjata padaku. Namun, aku tidak terlalu menyukai berbisnis dengannya."

"Kau benar. Alden agak licik. Akan tetapi, dia memiliki jaringan pertemanan yang sangat luas di wilayah Eropa Barat. Kelebihan itu bisa kumanfaatkan dengan baik," ucap Enzo tenang.

Damien menggumam pelan, diiringi anggukan samar. "Jadi, kau menjalin kerjasama dengannya?"

"Belum," jawab Enzo, seraya mengeluarkan kotak rokok. "Kami baru sekadar berbasa-basi."

"Semoga perjalananmu tidak sia-sia," ujar Damien menanggapi.

Enzo tersenyum kalem, setelah menyulut sebatang rokok. "Bagaimana dengan penjualan senjatamu?" tanyanya basa-basi.

"Biasa saja. Kau tahu aku tidak memproduksi secara massal. Lagi pula, banyak yang menilai harga jual yang kuterapkan terlalu tinggi," jawab Damien datar.

"Menurutku sepadan dengan barang yang kau hasilkan," ujar Enzo menanggapi.

"Tidak semua orang memahami serta menghargai kualitas suatu barang. Namun, itu bukan masalah besar bagiku, selama mereka mengikuti aturan yang ditetapkan dalam bertransaksi."

"Ya, kau benar. Terkadang, kita dihadapkan pada konsumen yang sangat menyebalkan," ucap Enzo, seraya membuang abu rokok di asbak. Pria tampan berkemeja putih dengan lengan yang dilipat tiga per empat itu, terdiam beberapa saat.

"Kau ingat tanggal berapa sekarang?" tanya Enzo kemudian.

"Kenapa?" Damien balik bertanya.

"Hari ini bertepatan dengan peringatan 15 tahun, pembantaian kejam yang dilakukan terhadap Fausto Allegra dan keluarganya," jawab Enzo.

"Legenda pembuat senjata terbaik sepanjang masa," gumam Damien.

"Ya. Dia terkenal dengan senjata-senjata mutakhir dan mematikan. Kudengar, Fausto Allegra menyimpan semua ilmunya dalam sebuah buku. Akan tetapi, buku itu menghilang di malam dirinya tewas," terang Enzo, terdengar sangat meyakinkan.

"Dari mana kau mengetahui cerita itu?" Damien menatap ragu.

"Ayahku. Dia mengetahuinya dengan baik."

Damien terdiam sejenak, sebelum menanggapi ucapan Enzo. "Aku juga pernah mendengarnya. Namun, jika memang buku itu ada dan dicuri seseorang, seharusnya kita bisa menemukan jenis senjata yang identik dengan buatan Fausto Allegra," ucap pria itu ragu.

"Lalu, di mana kira-kira buku itu berada?" Enzo menaikkan sebelah alisnya.

"Kau bertanya padaku?"

Enzo berdecak pelan. "Berita itu sudah ada sejak lama di kalangan para produsen senjata. Kita tahu siapa Fausto Allegra. Nama besarnya begitu melegenda. Namun, anehnya tak ada siapa pun yang bisa meniru senjata ciptaannya."

Damien tak menanggapi. Dia hanya tersenyum samar. Lagi pula, dirinya tidak begitu tertarik dengan apa yang sedang mereka bahas.

"Apakah kedatanganmu kemari hanya untuk membahas masalah itu?"

"Oh, tentu saja bukan," bantah Enzo. "Ayahku berencana membuka jalan kerja sama dengan beberapa produsen di luar Eropa. Dia tertarik dengan senjata buatanmu yang memiliki ciri khas khusus. Jika kau mau, kita bisa melakukannya bersama. Keuntungan yang didapat pun akan jauh lebih banyak," tawar pria itu serius.

Akan tetapi, Damien tak segera menanggapi. Dia menatap lekat pria di hadapannya. Damien sudah cukup lama mengenal Enzo dan Luca Marchetti. Namun, dia tak pernah berpikir untuk bekerja sama dengan mereka.

"Luar Eropa? Di mana tepatnya?" tanya Damien dengan sorot penuh selidik.

"Amerika. Negara itu merupakan pasar dagang yang akan memberikan banyak sekali keuntungan. Aku rasa, tak ada salahnya menerima tawaran ini. Lagi pula, kita sudah saling mengenal cukup lama. Aku dan ayahku tak mungkin berbuat curang. Kami tidak mau berurusan dengan Tuan Damien De Santis." Enzo tersenyum penuh arti, setelah berkata demikian.

"Akan kupikirkan terlebih dulu," balas Damien menanggapi. Tiba-tiba perhatiannya teralihkan, ketika ada pergerakan dari belakang.

"Siapa wanita muda itu?" tanya Enzo, saat Crystal masuk ke ruang tamu.

1
Aurizra Rabani
kyanya ada yang sengaja nabrak deh
Aurizra Rabani
pinjamin cd mu atuh ceu, kasian tar masuk angin 🤣🤣🤣
Anellakomalasari: 𝚃𝚎𝚛𝚕𝚊𝚕𝚞 𝚔𝚎𝚛𝚊𝚖𝚊𝚝, 𝙼𝚊𝚔
total 1 replies
Aurizra Rabani
lanjut
Aurizra Rabani
Eleanor patuh nya kebangetan
Aurizra Rabani
crystal ngompol haist pesing dong 🤭
Anellakomalasari: 𝙳𝚒𝚝𝚊𝚑𝚊𝚗 𝚋𝚊𝚑𝚊𝚢𝚊, 𝙼𝚊𝚔. 𝙱𝚎𝚋𝚊𝚜𝚒𝚗 𝚊𝚓𝚊
total 1 replies
Aurizra Rabani
wow bab awal sudah berdarah darah,...
Titik pujiningdyah
jangan2 isinya bumbu dapur
Aurizra Rabani: itu alat cukur bu
Anellakomalasari: 𝚂𝚎𝚙𝚎𝚛𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊𝚝 𝚊𝚕𝚊𝚝 𝙺𝙱, 𝙼𝚊𝚔
total 2 replies
Titik pujiningdyah
aiiih!!!
Shanty Yang
masuk dalam antrian daftar baca dulu ya thor 🥰❤️😘
Anellakomalasari: 𝚂𝚒𝚊𝚙, 𝙺𝚊𝚔
total 1 replies
Titik pujiningdyah
asal gk dijadikan santapan buaya masih aman
Dunia hiburan
Luar biasa
Anellakomalasari: 𝚃𝚎𝚛𝚒𝚖𝚊 𝚔𝚊𝚜𝚒𝚑, 𝙺𝚊𝚔
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!