NovelToon NovelToon
Rahim Sengketa

Rahim Sengketa

Status: tamat
Genre:Tamat / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:7.2M
Nilai: 4.9
Nama Author: Asri Faris

Seorang laki-laki muncul di hadapan Ajeng. Tidak amat tampan tetapi teramat mapan. Mengulurkan keinginan yang cukup mencengangkan, tepat di saat Ajeng berada di titik keputus-asaan.

"Mengandung anaknya? Tanpa menikah? Ini gila namanya!" Ayu Rahajeng

"Kamu hanya perlu mengandung anakku, melalui inseminasi, tidak harus berhubungan badan denganku. Tetap terjaga kesucianmu. Nanti lahirannya melalui caesar." Abimanyu Prayogo

Lantas bagaimana nasab anaknya kelak?

Haruskah Ajeng terima?

Gamang, berada dalam dilema, apa ini pertolongan Allah, atau justru ujian-Nya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4

"Saya keberatan!" tolak Ajeng cukup tenang. Walaupun Abi berstatus sebagai suaminya, namun mereka mempunyai kesepakatan yang tentunya terpaksa Ajeng lakukan.

Tidak mungkin juga berandai-andai menjadi istri sesungguhnya, karena Ajeng tidak pernah akan mau dengan yang namanya menjadi istri kedua, dan lagi, tidak ada cinta di antara mereka berdua. Jadi, alasan penolakan itu sangat logis.

Abi menatap tajam perempuan yang tengah berada di depannya. Bagaimana bisa dia langsung menolak begitu saja.

"Kamu saja bisa merubah kesepakatan pertama, kenapa aku tidak. Bukankah dari kesepakatan yang pertama yang sudah kamu revisi menuju kesepakatan kedua menjadikan hubungan badan kita menjadi sah, dan halal?"

"Menurut hukum agama saya iya, tetapi perempuan bisa saja menolak jika memang memungkinkan. Untuk kasus ini, saya rasa Anda paham!" ucap Ajeng teguh dengan pendiriannya.

"Haha ... sombong, kamu pikir aku sudi menyentuhmu kalau bukan karena keturunan, jangan terlalu naif dan percaya diri," cibir Abi jelas menambah satu sayatan luka kecil di hatinya. Seakan semua yang keluar dari mulut pria itu bagai silet tajam yang menabur luka.

"Bagus kalau Anda berpikir demikian, dengan begitu kesepakatan tetap dilanjutkan sesuai prosedur yang telah kita sepakati."

"Oke, aku memberimu satu kesempatan lagi, kalau ini gagal lagi, jangan salahkan aku yang akan bertindak demikian," ujarnya tersenyum sinis.

Seketika Ajeng terdiam membeku, mencerna dengan kepala berdenyut. Bukankah hamil tidak hamil itu ketentuan sang pemilik kehidupan, sedang dokter saja sudah memberitahukan tingkat keberhasilannya yang pasti berbeda-beda. Bagaimana bisa menargetkan sekali lagi harus langsung hamil?

Abi menurunkan Ajeng di jalan pulang, sepertinya pria itu memang bukan hanya kejam, tetapi berhati tanpa perasaan. Bisa-bisanya di suasana gelap nan sepi seorang perempuan dibiarkan seorang diri, terlebih jalanan sepi.

"Ya Tuhan ... sesulit inikah hidupku, biar aku saksikan untuk mereka suatu saat nanti yang sudah meruntuhkan harga diriku. Dengan balasan yang lebih nyata," batin Ajeng berdoa dengan khusuk.

Jangan menangis, dunia tidak akan runtuh hanya karena satu pria tidak menghargainya. Uang memang sekuasa itu, dirinya bagaikan wayang dikendalikan dalang dalam hal ini. Sebagai lakon, tentu ia akan berjuang menuntut keadilan selagi bisa.

Tak disangka sebuah mobil berhenti tepat di sampingnya. Abi kembali putar balik, entah karena kasihan atau memang masih punya sisi hati sebagai sesama manusia. Karena kalau disebut sebagai istri, tentu itu sangat berlebihan, nyatanya status itu hanya tidaklah begitu berarti untuk pria itu.

"Masuk!" titahnya galak.

Ajeng menatapnya datar, ingin menolak tetapi memang suasana jalanan sepi dan gelap. Tentu saja ia takut, apalagi malam semakin merangkak.

Perempuan itu pun menurut dengan hati kesal, sekaligus lega lantaran berkongsi dengan kegelapan malam di jalan yang rawan.

Tidak ada percakapan di antara keduanya, selama perjalanan pulang mereka lewati dengan saling diam. Pria itu melajukan mobilnya cukup kencang. Membuatnya sedikit pusing tetapi tidak berani protes.

"Nggak usah GR, kamu masih punya tanggung jawab padaku, sekali lagi, dan aku tidak mau gagal," tekan pria itu setelah mobil itu sampai di depan jalan menuju rumahnya.

"Saya orang yang menepati janji, apa yang telah disepakati itu yang saya lakukan buat acuan. Jadi, marilah kita sama-sama sabar agar misi Anda bisa terwujud, tanpa aku harus menunggu lama rasa tidak nyaman ini," jawab Ajeng cukup tenang.

Abi akui, Ajeng bukanlah type wanita yang pasrah dan siap tertindas. Dari sorot matanya yang tajam, dia bisa menilai seberapa besar keberaniannya menatap dirinya.

"Hemh ... kamu pikir aku nyaman, saya justru sudah tidak sabar mempunyai anak darimu dan hubungan kita berakhir," jawabnya cukup menohok.

Pria itu berlalu begitu saja, sementara Ajeng langsung masuk ke rumahnya. Hanan yang cukup khawatir sengaja menunggunya.

"Kamu belum tidur? Ini sudah malam, sebaiknya istirahat!" titah Ajeng setelah memberi salam menemukan adiknya termenung di ruang tamu sembari membaca buku.

"Aku sengaja menunggu Mbak Ajeng pulang, aku cemas," ujarnya jujur.

"Aku nggak pa-pa, Nan, jangan khawatiran gini, biasanya juga pulang malam, 'kan? Apalagi kerja di kafe kalau lagi ramai."

"Ayo istirahat, saya antar ke kamarmu!" ujar Ajeng membantu memposisikan kruk di tangannya. Hanan masih belum lancar berjalan, dan dalam tahap pemulihan.

Selama beberapa hari ini, Ajeng dituntut untuk tidak stres dan meminum vitamin kesuburan. Padahal, kadang tekanan dan beberapa pesan dari Abi yang begitu cerewet malah kadang yang memicu tekanan. Ajeng benar-benar harus pandai mengolah perasaannya. Tentunya agar misi kedua berhasil, setidaknya ia telah melakukan yang terbaik dan cukup berusaha. Ajeng benar-benar takut dan terngiang dengan ancaman Abi yang seakan-akan tak mau tahu.

"Harus banget minum ini, yang di rumah masih ada," ujar gadis itu ketika Abi menambah vitamin untuk kesuburan kandungannya.

"Iya, kenapa jadi banyak protes, bukankah ini bagus, pilihan terakhir untukmu? Atau kamu berubah pikiran?"

"Maksudnya?"

"Tentu saja dengan metode alami, itu pun sangat terpaksa!" tekannya menjengkelkan.

"Tidak, terima kasih, aku akan pastikan minum dengan benar," jawabnya cepat.

1
Nita Talia
Luar biasa
yuiwnye
nebak nih seblm ke episode lanjut nya: Vivi LG jln sama selingkuhannya waktu nabrak Hanan 🤔🤔😁
Ndinlisaa
Luar biasa
echa purin
/Good//Good//Good/
Fatamorgana
cerita hanan
MY BOOSTER
Luar biasa
Sulis Tyawati
aby awas jatuh cinta
Tasnim thufaila Qotrunnada
dikasih rahim minta hati..
dikasih hati minta jantung...
dasar egois..sebel...
Oka Mur
Lumayan
Oka Mur
Kecewa
Yuli Demmausa
Meski pun Abi menyebalkan, tidak seharusnya Ajeng meminta Dennis yg tinggal apalagi mengatakan lbh percaya pd Dennis. Abi itu suaminya, terlepas bagaimana proses pernikahan itu bisa terjadi. Lagi pula walau jutek, Abi tetap menunjukkan tanggung jawab terhadap bayi dan ibunya. Bentuk menjaga hati u/ tdk jatuh cinta bukan dgn selalu bersikap kasar. Dia istri, sdh seoantasnya berbuat baik pd suami, walau itu hanya seulas senyum tipis. Capek juga baca setiap ketemu selalu mereog.
Delna Tatika: lsnjut
total 1 replies
Wy Ky
k
Umi Umi
Luar biasa
Jamaan Jamaan
sangat bagus
RithaMartinE
luar biasa
Zizie Malek
yesssssss 👍🏻. Dedek Ruby, oma is coming 😜
W Sri Sunarsih
Luar biasa
nuraeinieni
aq mampir thor
Desak Jegeg
Luar biasa
Sintia Dewi
duh gw kok kesel ya sm aje ma anan jg, harusnya tau diri lah batesin gitu berhu ungan sm denis...meski dia mau nerima ajeng tp keluarganya gmna? sadar jeng km udj jd ibu status msih istri abi janganlah mau nerima tamu laki2 meski kalian saling suka...gemes gw/Grievance/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!