Sadiyah, seorang gadis yatim piatu, terpaksa harus menerima perjodohan dengan cucu dari sahabat kakeknya. Demi mengabulkan permintaan terakhir sahabat kakeknya itu, Sadiyah harus rela mengorbankan masa depannya dengan menikahi pria yang belum pernah ia temui sama sekali.
Kagendra, pengusaha muda yang sukses, terpaksa harus menerima perjodohan dengan cucu dari sahabat kakeknya. Disaat ia sedang menanti kekasih hatinya kembali, dengan terpaksa ia menerima gadis pilihan kakeknya untuk dinikahi.
Setelah pernikahan itu terjadi, Natasha, cinta sejati dari Kagendra kembali untuk menawarkan dan mengembalikan hari-hari bahagia untuk Kagendra.
Apakah Sadiyah harus merelakan pernikahannya dan kembali mengejar cita-citanya yang tertunda? Akankan Kagendra dan Natasha mendapatkan cinta sejati mereka?
Siapa yang akan bersama-sama menemukan cinta sejati? Apakah Sadiyah dan Kagendra? Ataukah Natasha dan Kagendra?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raira Megumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. Perjodohan 2
Setelah zuhur, rombongan Pak Musa tiba di rumah keluarga Sadiyah. Pak Musa datang bersama anak laki-lakinya, Yusuf dan menantu perempuannya, Indriani.
“Assalamualaikum.” Pak Musa memberikan salam pada penghuni rumah.
“Waalaikumsalam,” jawab Rostita dan Darmawan kompak.
“Silahkan masuk, Pak.” Darmawan mempersilahkan rombongan Pak Musa untuk duduk di ruang tamu.
Pak Musa duduk di tengah diantara Yusuf dan Indriani.
“Seperti yang sudah saya jelaskan lewat telepon bahwa kedatangan kami ini bertujuan untuk melamar cucu perempuan sahabat saya, Junaidi untuk cucu laki-laki saya. Semoga maksud baik keluarga kami bisa diterima dengan baik oleh keluarga almarhum Junaidi. Bagaimana Nak Ita?” Pak Musa menyampaikan lagi niat untuk menjodohkan cucu laki-lakinya dengan Sadiyah dan menanyakan keputusan yang diambil Rostita.
“Saya sudah menyampaikan maksud baik Pak Musa yang hendak melamarkan Sadiyah untuk cucu laki-laki Bapak. Insya Allah, keluarga kami menyambut baik perjodohan ini. Sadiyah menyambut dengan lapang dada atas lamaran dari keluarga Pak Musa.” Rostita memberikan jawaban yang membuat hati Pak Musa merasa lega dan bahagia.
“Alhamdulillah,” seru Pak Musa, Yusuf dan Indriani berbarengan mengucapkan syukur atas sambutan baik keluarga almarhum Junaidi.
“Boleh kami bertemu Sadiyah?” tanya Indriani tak sabar ingin bertemu calon menantu perempuannya.
Rostita segera beranjak menuju kamar Sadiyah dan menyuruhnya keluar untuk menemui keluarga calon suaminya.
“Neng, bantu Bi Ita di dapur. Bawa minuman dan makanan ringan buat calon mertua kamu.” perintah Rostita sambil berlalu menuju dapur.
Sadiyah mengikuti bibinya ke dapur. Mereka berdua membawa baki-baki berisi makanan ringan dan minuman untuk Pak Musa, Yusuf dan Indriani.
Sadiyah meletakkan piring-piring berisi kue-kue di atas meja sambil sekilas melirik ke arah Yusuf.
“Astaghfirullah, apakah laki-laki itu yang akan menjadi calon suamiku? Dia terlihat sudah agak tua. Apa gak salah Bi Ita menerima laki-laki itu buat jadi suamiku. Walaupun dia ganteng tapi sepertinya dia sudah agak tua. Berapa tahun perbedaan usia kami. Ah, sudahlah, mungkin memang sudah jadi nasibku dijodohkan dengan laki-laki yang sudah agak tua. Mudah-mudahan keputusan aku untuk menerima perjodohan ini bisa membuat ikatan keluarga Aki dan sahabatnya bisa terjalin lebih kuat lagi. Sabar Iyah, sabar.” Sadiyah membatin menguatkan hati menerima perjodohan yang telah dirancang keluarganya.
“Cantik,” ucap Indriani.
Sadiyah hanya tersenyum mendengar pujian dari perempuan yang ia duga kakak atau adik dari calon suaminya.
Setelah selesai memindahkan seluruh piring dari baki ke atas meja, Sadiyah kemudian mencium punggung tangan Pak Musa, Yusuf dan Indriani.
“Neng Iyah, ini Pak Musa, Pak Yusuf dan Bu Indriani. Pak Musa adalah sahabat baik aki. Beliau dan aki bersahabat sejak mereka masih muda.” Darmawan memperkenalkan nama dari orang-orang yang ada di hadapan mereka.
Sadiyah duduk di samping Rostita sambil terus menundukkan kepala karena merasa malu berada di hadapan calon suaminya, ia tidak mendengar dengan jelas perkataan dari Darmawan yang memperkenalkan para tamu mereka.
“Jadi, Sadiyah ini panggilannya Iyah?” tanya Indriani lembut.
Sadiyah mengangguk.
“Iyah,” panggil Pak Musa.
Sadiyah mengangkat kepala demi mendengar Pak Musa yang memanggil namanya.
“Iyah, sudah mendengarkan penjelasan dari amang dan bibi kamu perihal maksud kedatangan kami?” tanya Pak Musa lembut.
Lagi-lagi Sadiyah hanya sanggup mengangguk.
“Iyah boleh panggil Aki dengan sebutan Aki Musa. Aki ini sahabat aki Idi. Kami bersahabat sejak kami masih sangat muda. Selama hidupnya, Aki Idi sangat berjasa buat hidup Aki. Mungkin keluarga Aki tidak akan seperti ini jika tanpa bantuan aki Idi. Aki kamu banyak sekali berkorban buat kami sekeluarga. Sejak muda lalu menikah dan memiliki anak, kami telah mengucapkan janji untuk mengikat persabahatan kami dengan perjodohan anak-anak kami. Sayangnya, takdir berkata lain. Kami tidak berhasil menjodohkan anak-anak kami karena memang Allah tidak mentakdirkannya. Maafkan Aki jika bersikap sangat egois. Jika Iyah sudah memiliki pilihan sendiri, maka Aki pun tidak akan memaksa Iyah untuk menerima perjodohan ini. Apa Neng Iyah sudah memiliki pilihan sendiri?” tanya Pak Musa.
Sebenarnya Pak Musa sudah mengetahui bahwa Sadiyah belum memiliki teman dekat pria dari cerita Rostita, tapi ia ingin memantapkan niat baiknya tanpa menyakiti Sadiyah. Pak Musa akan berlapang dada jika Sadiyah telah memiliki pilihan hati dan harus menolak perjodohan yang ditawarkannya.
“Neng, jawab pertanyaan Aki Musa,” bisik Rostita setelah melihat Sadiyah diam tanpa reaksi.
“Belum, Aki,” jawab Sadiyah pelan sambil menggeleng.
“Alhamdulillah.” Pak Musa mengucapkan syukur.
“Iyah, mau menerima cucu Aki sebagai calon suami?” tanya Pak Musa.
Banyak hal berseliweran dalam pikiran Sadiyah sehingga ia tidak mendengarkan pertanyaan lanjutan Pak Musa.
Rostita menyenggol lengan Sadiyah dengan sikunya.
“Eh, iya apa Aki?” tanya Sadiyah gelagapan.
Yusuf dan Indriani tersenyum melihat kegugupan calon menantunya.
“Iyah, mau menerima cucu Aki sebagai calon suami Iyah?” ulang Pak Musa.
******
to be continued...
semangat