NovelToon NovelToon
TAKDIR CINTA GADIS KEMBAR "Twins Z"

TAKDIR CINTA GADIS KEMBAR "Twins Z"

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Mafia
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: DEWI ARIYANTI

Kisah ini mengisahkan tentang kehidupan kedua gadis kembar bernama Zahra dan Zavina keduanya memiliki karakter yang cukup berbeda, Zahrayang memiliki sifat bar bar dan tangguh, berbeda dengan Zavina yang memiliki sifat pandiam dan irit bicara, keduanya terlibat cinta pada ketua pemimpin organisasi keduanya yang suka tantangan jelas tak merasa takut, tapi satu tragedi membuat salah satu dari cinta mereka pergi, bisakah keduanya terus bahagia atau malah sebaliknya?


YUK..... IKUTI KISAH TWINS Z....?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DEWI ARIYANTI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

25

   Sesampainya di meja makan Leo menatap para tamu nya dengan intens.

     "Kenapa?", Zaidan bertanya sebab dia melihat Leo yang tanpak kebingungan.

   " Heran aja! Perasaan belom di konfirmasi tapi kalian sudah di sini aja?", Leo menjawab sambil mengeser kursi di bagian ujung.

     "Nanti lagi debatnya sekarang kita makan dulu", Renita menimpali perdebatan keduanya.

    Selama sesi makan tidak ada obrolan hqnya suara denting sedok yang terdengar, hampir 30 menit mereka menikmati makan siang hingga akhirnya mereka memutuskan berkumpul di ruang santai sambil membahas soal tambang.

      Renita sendiri memutuskan pergi ke kediaman Wijaya untuk menjenguk Ardi.

    ******

    SELAMAT DATANG PAPA TWINS, ucap mereka serentak saat Tuan Andi dan juga Tuan Ardi membuka pintu rumah mewah Wijaya. Senyum manis tercetak jelas di wajah Zahra dan Zavina mereka berdua senang karna cinta pertama mereka sudah sehat walau masih harus banyak-banyak istirahat.

     "Kami seneng Papa udah sehat", ucap keduanya sambil memeluk tuan Andi erat.

   " Papa juga seneng ketika Papa pulang kalian sehat dan baik-baik saja", balasnya dengan mencium kedua kening putrinya.

    "Sepertinya tak ada yang menyambut kepulangan Opa", Tuan Andi berucap sambil menunjukan wajah yang di buat sedih.

    " Udah tua Opa gak usah drama", Arya menyahuti ucapan tuan Andi dengan senyum tengilnya.

     "Kanapa cuma kalian yang nyambut kami? Zaidan dan Jacob mana?", tuan Andi bertanya sambil melihat sekitar area ruang tamu.

      " Mereka di rumah ku Yah", Renita menjawab sambil mengajak keduanya duduk.

    "Apa ada masalah Nak?"

    "Gak ada Yah, hanya membahas sesuatu aja", Renita menjawab sambil tersenyum, tak mungkin dia mengatakan bahwa tambang emas mereka hampir di musnakan oleh musuh, bisa-bisa tuan Andi akan syok dan jatuh sakit.

     " Apa kalian yakin? Tak ada yang kalian sembunyikan atau tutupi dari pria tua ini", Tuan Andi berkata sambil menatap ke tiga wanita yang tak lagi muda itu.

    "Sudah lah Yah! Ardi yakin jika pun ada masalah mas Zai dan mas Jac mampu mengatasinya", Ardi menimpali karna dia dapat melihat raut wajah gelisah dari ketiga wanita itu.

      "Oh... Ya Ren! Apa kau sudah menerima kabar jika Kania jatuh sakit?", Ardi bertanya sambil menatap ketiganya.

     "Kania? Mamanya mbak Ai dan bang Zero?", Zahra menimpali sambil menatap Ardi sang Papa, entah mengapa dia sedikit tertarik dengan kisah seorang Kania.

    "Bagaimana kau tau tentang Mama kandung mbak Ai, Zah?", Arya ikut menimpali sebab dia juga penasaran.

     "Oh... Mbak Ai pernah cerita katanya dia di telpon dari lapas sebab tante Kania sakit", Zahra menjawab dengan lugas, dia tak tau bahwa apa yang baru dia ucapkan akan membuat Aira dalam masalah.

      " Lalu apa Aira menemui wanita itu?", kini Areta lah yang bertanya. "Engak!, mbak Ai katanya masih enggan menemui tante Kania", bukan Zahra yang menjawab tapi Zavina.

     " Jangan memarahinya Ren! Kau tau luka masa kecilnya mungkin sangat menyakitkan untuk Aira", Tuan Andi berkata sambil mengusap kepala Renita.

     "Apa yang di bilang tuan Andi benar nak! Kita gak bisa memaksa Aira dan Zero menemui Mamanya, tapi setidaknya mereka sudah mau berdamai dengan memaafkan Nak Kania", Davit menyahuti obrolan mereka, tak bermaksud menguping namun saat mereka ingin mengucap kan salam tak sengaja mendengar percakapan mereka yang membahas soal mama kandung kedua cucu sambung mereka.

     "Sampai kapan Pa? 18 tahun tak cukup kah mereka menghukum Kania?"

      "Tidak semudah itu nak, bahkan Zaidan yang sudah cukup umur kala itu tak mampu mengobati rasa sakit hatinya, jika saja dia tak terjebak dengan Angle Papa yakin sampai saat ini dia akan masih sendiri, lalu Aira dia kala itu sudah berumur 5 tahun dia sudah menanamkan rasa sakit hatinya di jiwanya maka seumur hidup jika bukan dengan keinginannya sendiri maka akan sangat sulit", lag-lagi ucapan tuan Andi mereka benarkan, sebab tak ada yamg tau tentang isi hati Aira kecuali dirinya sendiri dan sang pencipta.

  Obrolan terus berlanjut, tanpa merek tau ada dua orang yang mendengar obrolan mereka, gadis itu menangis sesegukan di pelukan seorang pria, saat ini dia benar-benar butuh sandaran.

      "Menangislah untuk saat ini, tapi janji setelah ini harus kembali tersenyum", Fadli berucap lirih di telinga Aira.

    " Apa salah jika aku tak mau menemui wanita itu Fad?", ucap Aira di tengah rasa sedih bercampur kesal. "Kau tau dia meninggal kan Aku, Zero dan juga Papi di saat Papi sakit! Dia membawa aku dan Zero ke Indonesia hanya untuk di jadikan pengemis, bahkan Zero sampai kelaparan saat itu, untung Papi datang bersama Mami Renita sehingga aku dan Zero selamat", Aira bercerita setelah dia merasa cukup tenang.

     "Apa kamu masih menyimpan rasa dendam sayang?", Fadli bertanya sambil mengusap sisa air mata di pipi Aira.

    " Engak, Mas. Tapi untuk bertemu sampai saat ini aku belum mampu", Aira menjawab sambil menunduk kn pandangannya.

     Fadli tak lagi bertanya dia hanya mengusap bahu Aira memberi sedikit ketenangan, bukan tak ingin memberi nasehat hanya Fadli tau Aira masih menyimpan sedikit trauma karna perbuatan sang mama kandung.

      "Sudah lega? Sudah lebih baik?", Fadli bertanya sambil menatap bola mata Aira. Aira sendiri hanya menganguk sebagai jawaban.

     "Kalau begitu kita pulang hari sudah semakin sore", ajak Fadli pada Aira. Mereka tak jadi menjenguk Ardi karna insiden tadi.

*******

 Sementara di kantor polisi sedang terjadi ke hebohan sebab ada salah seorang NAPI wanita yang tiba-tiba pingsan dan harus segera di rujuk ke RS.

    Aira, Zero, maaf kan mama nak?, gumaman lirih itu terucap dari mulut napi wanita itu.

    "Kasian buk ini sudah18 tahun dia di pejara tak ada satu pun yang menjenguk beliau", petugas sipir itu berucap pada rekannya.

    " Ya, kau benar! Mungkin mereka terlanjur sakit hati makanya tak perduli lagi pada beliau", sahut rekan petugas itu.

     Obrolan keduanya terhenti saat mereka sampai di rumah sakit tempat pasien napi di rujuk.

1
Delita bae
bintang buat cerita hebat ini😇😁👍🙏
Delita bae: 👌👌👌👍🙏
Dewi Arianti: terima kasih☺☺☺☺
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!