"Setelah menghancurkan hidupku, kau malah melupakan ku dan memilih bersama wanita lain! aku hamil anakmu!"
Ucapan lantang Enza membuat suasana pertunangan Orlando semakin kacau. Bahkan keluarga besar Gultom dan Arnold terkejut mendengar perkataan lantang Enza.
Kemunculan ayah kandung Enza secara tiba-tiba mengungkapkan satu rahasia besar yang selama ini keluarga besar Arnold maupun Gultom tutup-tutupi.
Enza tiba-tiba meminta cerai kepada Orlando karena suatu hal dan setelah perceraian itu. Enza tiba-tiba menghilangkan bagaikan di telan bumi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Enza menyilang hari pertama tinggal tanpa Orlando di kalender akademiknya.
"Hari pertama tanpa suami." lirih Enza menatap kalender dengan wajah lesu.
Enza harus menunggu beberapa hari lagi sebelum bertemu dengan suaminya.
Tiba-tiba Enza menerima sebuah notifikasi dari nomor Orlando.
[Aku sedang sarapan. Apa yang sedang kamu lakukan?]
"Aku sedang menghitung tanggal kalender sebelum hari pertemuan kita. Rasanya aku ingin memeluk mu saat ini juga."
Enza memotret setengah tubuhnya saat sudah mengenakan pakaian kantor formal.
"Hari ini merupakan hari pertama ku magang. Apa aku terlihat cantik?"
Enza kembali mengirim foto dan sebuah kalimat kepada suaminya.
[Kamu mau berdandan cantik seperti itu untuk siapa? Aku tidak menyukai penampilan mu hari ini.]
Balasan Orlando dengan tambahan sebuah emoticon jengkel.
"Aku harus datang dengan pakaian kantor formal. Aku ingin berpenampilan menarik di hari pertama ku magang. Meskipun aku hanyalah anak magang. Tapi aku harus menghormati atasan tempatku bekerja." balas Enza tersenyum tipis. Ia senang Orlando bersikap posesif kepadanya.
[Tapi aku tidak menyukainya.]
Jawaban singkat Orlando membuat Enza merasa sedikit khawatir. Ia takut Orlando marah dengan penolakannya.
"Apa kamu marah?"
Orlando tidak menjawab pertanyaan Enza.
Tiba-tiba Orlando menghubungi nomor Enza melalui video call.
[Apa kamu mau berangkat?] tanya Orlando sembari menatap jalan raya.
"Iya. Aku akan sarapan di dalam perjalanan." sahut Enza tersenyum manis. Ia cukup kagum saat melihat penampilan Orlando dari layar video call.
[Baiklah. Kabari aku jika kamu sudah sampai di kantor. Hati-hati dijalan.]
"Apa kamu akan mengakhiri panggilan ini?" tanya Enza dengan raut wajah tidak rela.
[Apa kamu masih ingin mengatakan sesuatu?] tanya Orlando menatap wajah sedih istrinya.
Enza diam membisu tanpa menjawab pertanyaan suaminya.
[Kita masih bisa berbincang nanti malam. Apa kamu tidak takut telat datang ke kantor di hari pertama mu magang?]
"Oops! Aku baru sadar!"
Enza menepuk dahinya sedikit pelan. Ia memutuskan keluar dari kamar dan turun ke lantai 1.
Seorang pelayan menghampiri Enza dan menyerahkan bekal sarapan pagi padanya.
"Nona! Sarapan Anda." ujarnya melangkah kearah pintu keluar.
"Aku buru-buru berangkat ke kantor, Bibi. Terima kasih sudah mengingatkan ku." kata Enza menerima kotak bekal yang diberikan maid kediaman Gultom.
[Hati-hati di jalan. Jangan ngebut.] ulang Orlando mengingatkan istrinya.
[Aku sudah tiba di kantor. Aku akan menghubungimu nanti malam.] tambah Orlando menunggu jawaban istrinya.
"Baiklah. I love you." balas Enza sebelum panggilan masuk berakhir.
"Lama banget nunggu l love you too nya." celetuk Enza menggeleng pelan menatap layar ponselnya sekilas.
"Ternyata panggilan berakhir."
Enza lalu menghidupkan mobil sportnya dan mulai melaju meninggalkan halaman mansion Gultom.
Mobil Ferrari itu melaju dengan kecepatan tinggi. Enza merasa hidupnya kembali bebas setelah sebulan lebih hidup dengan suaminya.
"Meskipun aku bisa kembali hidup seperti Enza yang dulu. Namun, rasanya kehadiran Orlando selama sebulan ini cukup berpengaruh ke kehidupan ku." gumam Enza memarkirkan mobilnya di parkiran khusus karyawan.
Beberapa karyawan menatap Enza dengan tatapan kagum. Namun, ada juga yang menatapnya dengan tatapan iri dan judes.
Enza melangkah ke meja resepsionis dan memperkenalkan dirinya sebagai salah satu mahasiswi yang akan magang di kantor itu.
"Anda bisa langsung datang ke lantai 3. HRD sudah menunggu Anda disana." kata resepsionis dengan ramah.
"Baik. Terima kasih." balas Enza dengan ramah.
#
#
#
Di lantai 3
Enza menarik nafas beberapa detik sebelum mengetuk pintu ruangan HRD tempatnya magang.
Tok
Tok
Tok
"Masuk"
Enza langsung masuk setelah dipersilahkan masuk oleh manajer HRD.
HRD perusahaan itu cukup terkesima saat melihat wajah cantik Enza. Ia tersenyum ramah menyambut kedatangan wanita itu.
Ia mempersilahkan Enza duduk di kursi kosong di seberangnya dan mempersilahkan Enza memperkenalkan diri.
"Silahkan perkenalkan nama mu."
"Nama saya Vicenza Maxima. Anda bisa memanggil saya Enza, Pak." sahut Enza dengan ramah. Ia tidak menyelipkan nama Arnold di belakang namanya.
"Enza." ulang manajer HRD mengangguk pelan.
Enza hanya diam sembari menatap raut wajah pria paruh baya yang duduk di seberangnya.
"Kamu akan ditugaskan di lantai paling atas dari gedung ini. Kebetulan CEO perusahaan kita sedang membutuhkan asisten baru." kata Manajer HRD setelah membaca CV dan biodata pribadi Enza.
Enza hanya bisa patuh. Bagaimanapun Enza sangat ingin belajar bisnis seperti kedua kakak kembarnya.
"Baik pak."
"Kamu bisa memanggil ku Manajer Philips. Aku akan memperkenalkan mu dengan sekertaris Tuan Branson." kata Manajer Philips tiba-tiba berdiri dari duduknya.
"Ayo ikut aku ke lantai 20." tambahnya keluar dari ruangannya.
Enza mengikuti langkah pria itu dari belakang.
Tak butuh waktu lama. Mereka tiba di lantai 20. Ruangan itu hanya dihuni oleh seorang karyawati dan seorang CEO yang memiliki kepribadian introvert.
"Nona Abigail. Aku membawa karyawan magang yang akan ditugaskan sebagai asisten Tuan Branson selama bertugas di Roma." kata pria itu dengan ramah.
Abigail terlihat tersenyum senang mendengar penuturan pria itu. "Akhirnya aku memiliki seorang rekan yang akan bekerja di lantai sunyi ini bersamaku, Manajer Philips." ujar wanita itu menatap wajah cantik Enza dengan ramah.
Abigail langsung menyapa Enza dan mengajaknya berkenalan.
"Abigail."
"Enza."
"Nona Abigail yang akan menjelaskan beberapa tugas penting yang akan kamu lakukan selama magang disini. Aku menyerahkan Nona Enza padamu Nona Abigail." ujar Manajer Philips.
Abigail tersenyum tipis mengangguk mendengar penuturan Manajer Philips.
"Baik Manajer Philips. Terima kasih sudah menugaskan Enza di lantai ini." Abigail tersenyum tipis menatap kepergian pria paruh baya itu.
"Enza. Aku tahu hari ini merupakan hari pertama mu turun langsung ke perusahaan. Aku akan menjelaskan beberapa pekerjaan yang rutin aku lakukan"
"Kita akan menyambut tamu-tamu penting perusahaan yang datang ke lantai satu dan menemani CEO melakukan pertemuan penting di luar kantor."
"Selain itu, kamu harus berdiri setengah meter dari Tuan Branson. Karena beliau memiliki alergi terhadap wanita."
Ucapan terakhir Abigail membuat Enza merasa bingung.
"Emang ada pria alergi dengan wanita? Sejak kapan pria alergi dengan wanita? Sepertinya alasan itu hanya alasan kamuflase seorang pria cassanova." gumam Enza dalam hati.
Tak beberapa lama interkom di depan wanita itu berbunyi.
"Tuan Branson memiliki sebuah pertemuan dengan seorang klien dari luar negeri di restoran Aroma. Kamu bisa ikut bersama kami."kata Abigail memasukkan beberapa dokumen ke dalam tasnya.
Tak beberapa lama seorang pria berusia kira-kira 35 tahun keluar dari ruangan CEO.
"Apa kamu sudah menyiapkan dokumen yang aku minta?" tanya pria itu dengan wajah dingin.
"Sudah, Tuan. Saya juga akan membawa Enza ikut bersama kita."kata Abigail dengan ramah.
Enza merasa gugup saat bertemu pandang dengan tatapan dingin pria itu. Tatapan pria itu mengingatkan Enza dengan suaminya.
"Aku tiba-tiba merindukannya lagi." gumam Enza dalam hati membayangkan wajah tampan suaminya.
"Enza! Ayok!" ujar Abigail mengikuti langkah Tuan Branson dari belakang.
"Jangan terus melamun!" sindir Tuan Branson tiba-tiba sudah berada di dalam lift.
Enza menggaruk kepalanya tidak gatal dan langsung berlari masuk ke dalam lift.
Enza duduk di samping supir. Sementara Tuan Branson dan Abigail duduk di kursi penumpang.
"Kita akan pergi ke restoran Aroma, Pak." kata Enza dengan cepat saat pria itu ingin bertanya kemana tujuan mereka.
Sepanjang perjalanan Enza tak henti-hentinya berpikir aneh dengan ucapan Abigail sebelumnya.
"Bukankah pria itu alergi dengan wanita? Lalu mengapa Abigail bisa duduk di sampingnya?" gumam Enza melirik sekilas kearah keduanya dari balik kaca spion.
"Sudahlah. Ngapain aku pusing memikirkan hidup orang lain. Lebih baik aku fokus menjalani magang ini agar hari-hari ku tanpa Orlando dapat aku lalui dengan cepat."
Enza menghela napas sebelum mengalihkan perhatian kearah jalan raya.
Tak beberapa lama mereka tiba di restoran Aroma. Abigail langsung keluar dari dalam mobil dan melangkah masuk ke dalam restoran bersama Tuan Branson.
"Terima kasih, Pak." ujar Enza sebelum turun dari dalam mobil.
Enza buru-buru masuk ke dalam restoran mencari keberadaan kedua atasannya.
"Dimana mereka? Mereka melangkah terlalu cepat." gumam Enza menelusuri area restoran.
Tiba-tiba Abigail sudah berdiri di sampingnya dan memintanya kembali ke parkiran mengambil ponsel Tuan Branson yang tertinggal di kursi belakang.
"Enza! Tolong ambilkan ponsel Tuan Branson di kursi belakang. Kami menunggu mu di lantai dua. Maaf merepotkan mu." ujar Abigail dengan wajah menyesal.
"Baiklah. Tidak perlu sungkan. Aku akan mengambilnya." Enza kembali ke parkiran mengambil ponsel atasannya.
Sekembalinya dari parkiran. Enza tanpa sengaja berpapasan dengan seorang pria bertato dan memiliki perawakan tinggi dan besar. Dia dikawal oleh tiga pria berpakaian serba hitam.
Enza hanya menatap pria itu sekilas. Namun, tidak dengan sebaliknya. Pria itu malah terkejut saat menatap wajah familiar Enza.
"Dia..."
"Nona!" panggil pria paruh baya itu. Namun, Enza keburu naik ke lantai 2 dan tidak mendengar panggilan pria itu.
Pria itu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.
"Tuan, kami sudah menemukannya."
aku kalau suka sama ceritanya gak nanggung nanggung ngasih hadiah tapi author pilih kasih ngasih cetrita nya nanggung muluk😌😌
setelah dewasa bukannya Orlando menikahi lupa nama istrinya tp bkn Enza bahkan istri Orlando hamil kembar 5. Sean kembarannya tdk menikah n kembaran perempuan Orlando terjebak urusan dg mafia lain saat menjauh dari keluarganya.
jk bener maka kemana istri Orlando n anak-anaknya g salah Elle nama istri Orlando klo g salah y, dah lama sih bacanya