NovelToon NovelToon
I Love Tentara

I Love Tentara

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Murni / Pengawal
Popularitas:8k
Nilai: 5
Nama Author: Clavi Ra

Gadis yang baru saja lulus SMK langsung di kirim orang tuanya ke asrama militer yang sangat jauh dari perkotaan.

Dari situlah kesya bertemu dengan kapten
yang terkenal dingin dan tegas.

"Ih kenapa lo ngikutin gue mulu sih, suka lo sama gue heh"

"Kalo iya kenapa"

"Dasar kapten gila"

"Apa kamu bilang hah"


Mau tau kelanjutan kisahnya burun baca!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clavi Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29

"Aaaaaa..... " Aku berteriak ketika melihat tubuh Sri yang sudah banyak darah di sekujur tubuhnya.

Bau busuk menyengat dan masuk ke Indra pencium ku.

Abi yang berada di belakang ku langsung menutup mataku dan memelukku dengan sangat erat.

"Abi tadi yang aku lihat itu bohong kan itu pasti bukan Sri ka Bi" Aku memeluk Abi dengan sangat kuat.

"Jawab Bi kalo itu bukan Sri jawab Bi jawab.... hiks hiks" Aku semakin mengeraskan tangis ku, bahkan sekarang tangan ku sudah gemetar.

"kamu tenang ya" Abi kembali memeluk dengan sangat erat sesekali dia mengelus rambut ku.

Saat ini kami akan bersiap untuk kembali ke asrama dengan membawa jasad Sri. Agung dia membawa jasad siri dalam gendongannya dan jangan lupakan air mata yang terus mengalir dari pelupuk mata Agung.

Aku juga masih menangis dengan Abi yang selalu berada di sisiku. Kami berjalan menghampiri Kevin yang sedang menjaga orang jahat itu.

Saat kami sudah melihat Kevin dan orang itu Agung menghentikan langkah nya lalu memberikan jasad Sri ke Bayu yang berada di belakangnya.

"Bay gue titip Sri sebentar ya" Bayu hanya diam dan menerima jasad Sri.

"Brengsek lo"

Bug... Bug... Bug...

"Lo lebih hina dari seekor An*ing"

Bug... bug... bug.... bug...

Agung memukul orang itu tanpa ampun, kurasa orang itu memang pantas mendapatkan pukulan itu.

Kami hanya diam tanpa mau melerai perkelahian mereka, bukan bukan perkelahian melainkan hanya Agung saja yang memukul orang itu.

Orang itu hanya diam dengan menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.

"Woy gung berhenti kenapa lo mukulin dia, woy kalian kenapa diem aja ayo bantuin gue misahin Agung" Kevin yang melihat Agung seperti orang kesetanan pun mencoba memisahkan Agung dari orang itu yang sudah pingsan.

"Lo gak lihat hah Sri dia mati di orang biadab ini" Agung melepas cekalan tangannya dari kerah baju orang itu, dengan menunjukkan sebuah tubuh seorang gadis yang di tutupi oleh sebuah jaket dan kemeja milik Ku.

Dan saat ini aku hanya menggunakan kaos polos berwarna hitam.

Kevin melihat seorang yang di gendong oleh Bayu, lalu dia pergi ke arah Bayu dan perlahan-lahan membuka kain yang menutupi wajah itu.

"Sr....Sri" Kevin terkejut ketika melihat wajah Sri yang sangat pucat dan badan yang sudah kaku.

"Gue tau lo masih bingung bang tapi kita harus bawa Sri kembali dan memakamkan nya setelah itu baru kita urus orang itu" Bayu menyadarkan semua orang yang sedang larut dalam kesedihan.

Benar kata Bayu kita tidak boleh membuang banyak waktu hanya untuk bersedih, sebaiknya kita segera kembali.

Kami pun kembali dengan membara jasat Sri dan orang yang sudah membunuhnya.

Di sepanjang perjalanan aku hanya diam dengan tatapan kosong. Aku kembali mengingat kejadian dimana kedua sahabat ku tewas.

Kenapa kenapa semua orang yang aku sayang pergi. Apakah ini karena Aku yang hadir di hidup mereka.

Andai saja waktu itu Aku tidak bertemu dengan Sasa mungkin Bastian dan Sasa tidak akan pernah bertemu, dan mereka akan tetap hidup sampai saat ini.

Dengan itu semua ini tidak akan pernah terjadi, Aku yang tidak akan pernah berteman dengan Sasa, ikut geng motor, Tawuran,berakhir di tempat ini, dan Aku tidak akan pernah bertemu dengan Sri.

Tanpa sadar setetes air mataku jatuh membasahi pipi ku.

Dug...

Hampir saja aku terjatuh karena aku tidak melihat jalan dan tersandung batu.Untuk nya Abi langsung sigap menangkap ku sebelum aku terjatuh ke tanah.

"Kamu gak papa kan" Abi melihat keadaan ku, Aku hanya diam dan menatap kosong Abi.

"Hey kamu kenapa hm?" Mata kami bertemu seketika dadaku sesak dan pandangan ku mulai kabur dan aku pingsan di pelukan Abi.

Aku membukak mataku ketika cahaya matahari mengusik tidur ku. Aku melihat sekeliling ternyata aku sudah berada di kamar ku.

Seingat ku aku dan yang lain sedang berjalan menuju asrama.

"Oh iya Sri" Aku langsung bangkit dari tempat tidur dan berlari keluar untuk melihat Sri dan yang lainnya.

Aku terlihat seperti orang gila, rambut yang acak acakan, baju yang sangat berantakan, berlari menggunakan kaki telanjang, dan jangan lupakan pipi yang terdapat jejek air liur itu.

Bahkan aku tidak memperdulikan orang-orang yang aku tabrak di sepanjang lorong.

Brak....

Aku terjatuh ke lantai yang sangat dingin itu. Aku bangkit dengan tubuh yang sempoyongan.

Di aula aku melihat banyak orang yang sudah berpakaian hitam semua. Pandangan ku tertuju ke seorang wanita paruh baya yang sedang memeluk tubuh seseorang yang terbaring kaku.

Aku perlahan mendekat ke tubuh kaku itu, suara tangisan semua orang sangat menyayat hati ku.

Tangan ku tergerak untuk membukak kain yang menutupi wajah Sri yang sudah terbaring kaku.

Aku melihat wajah pucat Sri yang terdapat luka di wajahnya. Aku mengusap wajah Sri dengan lembut.

"Tenang di sanah ya Sri, kalo kamu ketemu sama Bastian dan Sasa di sanah Aku titip salam ya"

Aku mengantarkan Sri ke tempat peristirahatannya. Aku terus menguatkan mbok Iyem yang terus menangis sedari pagi.

Mbok Iyem pasti sangat terpukul karena kehilangan putri kesayangannya. Saat jasat Sri akan di masuk kan ke dalam lian lahan mbok Iyem menangis histeris hingga jatuh pingsan.

Melihat proses pemakaman Sri aku jadi inget dengan Bastian dan Sasa. Apa ini semua karena ku atau semua orang yang ku sayangi pergi meninggalkan ku.

Apakah aku tidak berhak bahagia?

Aku menatap awan yang sudah berubah menjadi hitam mungkin sebentar lagi akan turun hujan.

Benar saja rintik-rintik hujan jatuh ke bumi dan membasahi bumi ini. Bahkan rintik-rintik itu sekarang menerpa wajahku.

Sakit itu yang aku rasakan, tapi rasa sakit ini belum sebanding dengan rasa sakit yang ada pada diri ku.

Hujan semakin deras semua orang berlari yan untuk berteduh. Aku tidak bergerak sedikit pun dari tempat ini.

Aku memejamkan mataku dan menikmati rasa sakit ini. Aku membukak mataku ketika Aku tidak lagi merasakan bulir-bulir air yang menerpa wajahku.

Pandangan pertama yang kuliah adalah wajah damai Abi dengan tangannya yang memegang jaket untuk menutupi kami dari air hujan. Beberapa saat kami saling bertatapan hingga suara serak dan berat itu membuyarkan lamunanku.

"Kita pulang ya" Hanya suara itu yang aku dengan, suara yang akhir akhir ini selalu membuat ku yakin pada diri ku sendiri.

Aku memeluk tubuh tegap Abi dengan sangat erat. Abi yang mendapat perlakuan seperti itu secara mendadak sempat tidak bisa menjaga keseimbangan nya untung nya dia langsung sigap dan kami tidak terjatuh.

"Hiks.... hiks... hiks... A..... Abi.... hiks" Tangis ku pecah di pelukan Abi.

"Shut jangan nangis lagi ya kita pulang terus kamu boleh cerita semua oke"

Aku mengaguk dengan mata ku yang terus mengeluarkan air mata. Kami pun pulang dengan Abi yang terus memayungi ku dengan jaket kulit miliknya.

....

1
Anrai Dela Cruz
Suka sejak awal
Dálvaca
Mantap!
vera: makasih kak 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!