My Special Queen

“Kenyang ah! Dek, mau?” Surya merasa kekenyangan, tidak sanggup menghabiskan seporsi nasi bungkus itu. Sebelumnya, ia memang sudah makan banyak cemilan makanya, ia ingin makan sedikit saja.

“Mau!” Riska langsung mengambil makanan sisa abangnya lalu dengan cepat menghabiskannya. Surya geleng-geleng, kebiasaan adiknya belum hilang juga. Riska dari dulu memang banyak porsi makannya tapi, badannya tidak kunjung menggemuk karena ia banyak bergerak.

“Ada gorengan–” belum selesai bicara, Riska cepat melahap gorengan yang abangnya tunjuk. Ia memakannya seperti orang yang belum makan berhari-hari.

“Laper banget, ya?” Tanya Surya seraya merapikan bekas makannya. Riska mengangguk sambil tersenyum. Tak lama, semua makanan tersebut habis lalu bumil itu menyenderkan punggungnya di tembok sambil menatap langit-langit kamar.

“Dek, apakah kamu bahagia dengan pernikahan yang kamu jalani?” Tanya Surya. Ia ingin memastikan bahwa adiknya sekarang sudah berbahagia dan jatuh di tangan pria yang tepat. Riska menoleh sebentar lalu mengangguk.

“Yap! Aku bahagia sampai seringkali berpikir, apakah pantas perempuan buruk sepertiku menikmati semua ini?” Jawabnya seraya memejamkan matanya. Surya terkejut mendengar perkataannya barusan.

“Dek! Kok ngomongnya gitu sih?” Tegur Surya, wajahnya berubah ekspresi, ia tidak suka adiknya menjelek-jelekkan dirinya sendiri.

“Kamu pantas, dek. Itu adalah hadiah untuk mu yang sudah berjuang menghadapi ujian hidup. Kamu pantas bersenang-senang dan inilah saatnya. Jangan berkata seperti itu lagi yaaa.”

Riska tersenyum tipis, seketika ia teringat sesuatu yang membuatnya penasaran.

“Yang membawaku kesini, siapa ya?” Tanya Riska. Surya tersenyum.

“Suamimu, Reza sekaligus boss Abang ditempat kerja.”

Riska mengerutkan keningnya, ia berpikir sejenak lalu membelalakkan matanya seakan tersadar.

“Hah? Maksudnya? Tunggu…. Jadi, Abang sudah lama tau kalau–”

“Eiits! Denger dulu penjelasan Abang. Jadi, Abang kerja di perusahaan suamimu di bagian marketing. Naaah, Abang jarang banget ketemu sama suamimu. Abang cuma tau namanya, Reza pemimpin perusahaan itu. Abang gak pernah tau kalau dia suamimu. Begitu juga Reza, dia gak pernah tau kalo Abang tuh kakak mu.”

Riska mengangguk-anggukkan kepalanya, ia paham penjelasan abangnya.

“Hampir saja salah sangka.” Batinnya.

Surya pun melanjutkan ceritanya bagaimana ia dan Reza menjadi dekat, bagaimana kelakuan suaminya di kantor, semua Surya ceritakan. Hal itu membuat Riska makin mencintai suaminya dan…. Makin membuatnya insecure karena ia berbeda status sosialnya dengan Reza.

Ceklek!

Tiba-tiba pintu kamar terbuka, seorang pria dengan wajah sayu karena mengantuk masuk dan langsung membaringkan tubuhnya di kasur. Ia seperti tak peduli di tatap oleh istri dan kakak iparnya.

“Gitu yaa dia kelakuannya.” Kata Surya lirih.

“Bang, aku mau ganti baju tapi gimana?” Tanya Riska yang bingung. Ia ingin bertanya pada suaminya tapi, pria itu tampaknya sedang kelelahan.

“Hei, mana baju untuk adikku?” Tanya Surya sambil menepuk-nepuk punggung Reza. Reza pun membuka sedikit matanya lalu menunjuk ke sebuah lemari kayu estetik. Riska pun membukanya lalu terperangah melihat deretan pakaian yang bagus dan terlihat mahal.

“Tidur ya, dek. Kamu sudah banyak menangis hari ini. Abang juga mau tidur di kamar tamu. Ingat! Berbahagialah dan jangan merendahkan diri sendiri.” Riska mengangguk mendengar ucapan abangnya. Surya pun keluar dari kamar, tak lupa menutup rapat pintunya.

Riska yang masih kebingungan tentang kamar itu, menelisik penjuru kamar mencari kamar mandi. Sebuah pintu yang cantik dan menarik perhatiannya membuat wanita itu penasaran, ia pun berjalan mendekat lalu membukanya.

Ceklek!

“Hah? Ini kamar mandinya?” Batinnya saat membuka sebuah pintu yang penuh dengan hiasan bunga.

“Bagus sekali kamar mandinya! Kamar mandi lhooo gimana ruangan lainnya!” Wanita itu terperangah melihat kamar mandi yang mirip dengan buku dongeng tuan putri yang pernah ia baca.

“Aah! Lega rasanya!” Katanya sambil menyenderkan tubuhnya didalam bathtub yang penuh dengan busa wangi.

Tanpa ia sadari, ia lupa menutup pintu kamar mandi. Masuklah seorang pria yang telah merindukan sosoknya. Dengan perlahan, pria itu berjalan mendekat ke arahnya dengan tubuh yang sudah polos tanpa sehelai benangpun.

“I Miss you, My Queen.” ucapnya dengan suara yang seksi. Riska terkejut dan hampir berteriak. Dengan sigap, pria itu langsung menutup mulutnya lalu menggeleng pelan.

“Ini aku. Jangan takut begitu, My Love. Maaf sudah membuatmu kaget.” Katanya sambil membalikkan tubuh istrinya yang berisi dan seksi.

Riska berkaca-kaca, ia juga merindukan sosok suaminya yang telah ia hindari karena merasa malu, setelah mengetahui masa lalunya.

“Hiks! Mas, aku juga merindukanmu. Maaf, yaa aku menghindarimu. Aku hanya merasa tidak pantas untuk seorang pria yang baik seperti Mas. Hiks! Mas, kamu gak membenci aku, kan? Aku sendirian, gak punya siapa-siapa lagi.”

Reza mengeratkan pelukannya, sedikitpun ia tidak pernah membencinya hanya karena masa lalunya.

“Aku mencintaimu, sayang. Selalu mencintaimu. Jangan sampai prasangka buruk menguasai pikiranmu. Sudah ya, Riri. Kita senang-senang saja. Jangan terpengaruh dengan omongan-omongan orang-orang yang membencimu. Mereka hanya iri. Kamu pantas menikmati semua kebahagiaan ini. Kamu wanita yang baik dan cantik. I love you, My Queen."

Tubuh Riska bergetar hebat di dalam pelukan suaminya. Ia menangis bahagia mendengar ungkapan cinta tulus dari suaminya. Kesedihan yang selama ini terpendam, akhirnya ia tumpahkan semua. Reza pun dengan sigap menutupi tubuh polos istrinya dengan bathrobe supaya tidak kedinginan.

Setelah merasa lega, bumil itu mengangkat wajahnya sudah acak-acakan. Matanya sembab dan hidung mancungnya merah. Ia berusaha meraup oksigen sebanyak-banyaknya setelah menangis lama.

"Sekarang, mari kita bersenang-senang selagi aku libur panjang! Jangan bersedih lagi ya, cintaku. Jangan pedulikan orang-orang yang tidak menyukai hubungan kita. Ingatlah! Aku yang menginginkan pernikahan ini. Aku yang memilihmu menjadi pendamping hidupku. Jadi, kalau ada yang bilang kamu gak pantas untukku, jangan didengar yaa."

Muach!

Riska mengangguk senang sambil menunjukkan wajah cerianya. Reza terkekeh melihat wajah istrinya yang sehabis menangis. Pria itu mencium kedua pipi tembemnya bergantian.

Dalam hati, Riska membenarkan semua perkataan suaminya dan bertekad untuk menjadi dirinya sendiri dan berusaha untuk tidak terpengaruh oleh ucapan-ucapan buruk dari orang luar yang sok tau tentang dirinya.

"Terimakasih ya, Mas. Sudah memilihku. Aku bersyukur memiliki suami hebat seperti mu. I love you."