Ini tentang Naomi si gadis cantik ber-hoodie merah yang dibenci ibu dan kakaknya karena dianggap sebagai penyebab kematian sang ayah.
Sejak bertemu dengan Yudistira hidupnya berubah. Tanpa sadar Naomi jatuh cinta dengan Yudistira. Pria yang selalu ada untuknya.
Namun sayangnya mereka dipisahkan oleh satu garis keyanikan. Terlebih lagi tiba-tiba Naomi divonis mengidap kanker leukimia.
Apakah semesta memberikan Naomi kesempatan untuk memperjuangkan cintanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gulla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Yudistira menunggu Naomi di depan pintu masuk Cafe. Biasanya cafenya akan tutup pukul sembilan tapi khusus hari ini ia majukan jadi setengah delapan malam. Ia ingin mengajak Naomi ke pasar malam. Ada sesuatu yang ia
rencanakan.
“Kak Yudis belum pulang?” tanya Naomi terkejut melihat Yudistira yang masih ada di kafe. Padahal ia tadi sengaja keluar lama agar tidak bertemu Yudistira.
“Belum, aku mau ajak kamu ke suatu tempat,” balas Yudistira.
Deg!
Naomi merasa aneh dengan sikap Yudistira. Cowok itu semakin berani mendekatinya mulai dari mengatakan jika ia adalah milik Yudistira dan juga memberikan hadiah. Kemana Yudistira akan membawanya pergi? Lalu untuk apa mereka pergi.
“Ke mana kak?”
“Pasar malam. Mau kan?” tanya Yudistira sambil tersenyum.
Naomi menganggukkan kepalanya antusias. Sudah lama sekali ia tidak pernah ke pasar malam. Terakhir kali ketika ayahnya masih hidup. Naomi jadi merindukan ayahnya. Siapa tahu dengan ini ia bisa mengobatinya rasa
rindunya.
“Ayo.” Yudistira menggenggam tangan Naomi. Menuntun gadis itu ke perkiran motor.
Motor yang dikendarai Yudistira melaju membelah jalan raya. Kebetulan sekali jalanan tidak macet. Hanya dalam waktu lima belas menit mereka tiba di pasar malam. Naomi memandang takjub tempat tersebut. Ia selalu suka jika
di ajak ke tempat seperti ini.
“Mau naik apa?” tanya Yudistira ketika mereka memasuki kawasan wahana permainan.
Pasar malam begitu ramai. Banyak sekali pedagang makanan, pakaian, aksesoris dan lainnya. Naomi berbinar menatap beberapa wahana. Rasanya ia ingin menaiki semuanya. Mulai dari kora-kora, komedi putar, kincir angin dan lainnya.
“Terserah Kak Yudis,” balas Naomi. Ia tidak ingin dibilang serakah. Yudistira yang mengajaknya kesini, jadi ia hanya akan menurut keinginan cowok itu.Ia tidak enak hati jika terus-menerus merepotkan Yudistira. Ia tidak
ingin dibilang sebagai parasit.
“Jangan sungkan,” Yudistira paham Naomi pasti menganggapnya sebagai atasan. Padahal Yudistira ingin lebih.
Pada akhirnya Yudistira menuntun Naomi ke salah satu stand jualan. Bagi Yudistira kata terserah sangat merumitkan. Ia bingung dan tidak tahu isi hati Naomi. Matanya tadi tak sengaja melihat aksesoris yang menarik.
Kening Naomi berkerut bingung, untuk apa Yudistira membawanya ke tempat aksesoris gelang. Cowok itu nampak memilih beberapa gelang. Gelang yang dipilih Yudistira adalah gelang couple. Yang biasa dibeli untuk
orang-orang pacaran. Untuk apa gelang itu? Mereka tidak memiliki hubungan apapun.
“Mana tangan kamu..” Naomi menurut menjulurkan tangannya. Lalu Yudistira memasangkan sebuah gelang berwarna hitam.
“Buat apa kak?”
“Pakai aja.” Yudistira ternyata juga memakai gelang yang sama untuk dirinya sendiri. Jangan bilang kalau ini gelang couple. Pipi Naomi terasa panas. Membayangkan mereka berdua memakai gelang yang sama.
“Mau boneka?”
“Nggak usah Kak.” Tolak Naomi segera. Ia tidak enak hati. Karena yudistira selalu memberikannya barang-barang. Bahkan kotak beludru tadi saja belum Naomi buka isinya.
Namanya bukan Yudistira kalau menerima penolakan. Karena cowok itu sudah sibuk memilih boneka tanpa meminta pendapatnya. Naomi terkejut ketika Yudistira memberikannya boneka Mei-mei dan Mail salah satu karakter di serial upin-ipin. Naomi tahu sekali karakter mereka, saling suka tapi keyakinan mereka berbeda. Apa ini tanda jika Yudistira benar-benar menyukainya?
“Kamu pegang yang ini. Satunya biar aku saja.” Entahlah Yudistira terlihat lucu memeluk boneka Mail. Imut sekali untuk ukuran cowok pekerja keras dan angkuh seperti Yudistira.
“Makasih, Kak.”
Yudistira tersenyum lalu melepas jaketnya memakaikannya ke pundak Naomi. Perhatian kecil itu membuat Naomi terkejut. Ia tidak menyangka jika Yudistira begitu manis hari ini. Apa yang sebenarnya terjadi?
“Biar kamu nggak masuk angin,” bisik Yudistira sambil menggenggam tangan gadis itu erat. Naomi tersipu, pipinya terasa panas. Ia tidak sanggup lagi dengan keuwuan ini. Andai saja ada kamera ia ingin melambaikan tangan menyerah.
Yudistira menuntunnya ke arah wahana bianglala. Berjalan beriringan dengan Yudistira membuat Jantung Naomi berdebar seiring langkah kakinya. Tak pernah ia merasa sebahagia ini.
Mereka duduk saling berhadapan di dalam salah satu biang lala. Langit malam berbintang terlihat lebih indah dari atas sini. Mereka berada di posisi paling atas sekarang. Naomi jadi ingat dulu ayahnya sering membawanya
kesini. Naomi jadi merindukan ayahnya.
“Masih sering niup korek api?” tanya Yudistira tiba-tiba.
“Masih kak,”
“Aku tahu kamu pura-pura membenci Tuhanmu. Kamu hanya kecewa bukan sama dia.” Naomi menoleh menatap Yudistira. Bagaimana pria itu tahu?
“Aku pernah denger kamu sering berdoa dan berharap setiap niup api. Itu artinya kamu masih mengganggap Tuhan itu ada, bukan?”
Naomi terdiam, ia selalu menyalahkan Tuhan atas kesulitan yang terjadi padanya. Ia hanya kecewa kenapa Tuhan harus merenggut nyawa ayahnya? Ayahnya orang baik bukan?
Yudistira tiba-tiba berlutut lalu menghapus air mata Naomi yang jatuh. Hal itu membuat tubuh Naomi kaku. Ia masih canggung dengan sentuhan Yudistira.
“Semua akan indah pada waktunya. Ikhlaskan kepergian ayah kamu. Doakan dia dan sekarang tugas kamu adalah membuatnya bangga memiliki anak sekuat kamu.” Ucapan Yudistira semakin membuat Naomi menangis. Airmatanya turun begitu saja membasahi wajahnya.
“Sekarang ada aku Yudistira Calvin Anggara yang akan menggantikan peran ayah kamu. Aku akan buat kamu bahagia dan menjaga kamu, kelinci kecilku.”
“Aku ingin menjadi orang yang akan mendukungmu tanpa batas dan mencintaimu tanpa akhir. Apakah kamu akan membiarkan aku menjadi orangnya?”
Naomi terpaku, lidahnya terasa kelu dengan pernyataan cinta Yudistira. Apakah yang yudistira katakan itu benar? Atau hanya ilusi semata. Naomi terlalu takut. Jarak mereka begitu jauh dan berbeda. Ia tidak ingin apa yang dulu terjadi di keluarganya terjadi padanya.
“Jawab Naomi, Apakah kamu akan membiarkan aku menjadi satu-satunya laki-laki yang dicintai kamu?” mata Yudistira menatapnya dalam dan penuh harap. Bagaimana bisa Naomi menolaknya? Ia tidak bisa membohongi perasaannya sendiri. Ia juga mencintai Yudistira. Mau tidak mau Naomi mengangguk.
Yudistira tersenyum senang. Ia langsung mencium kening Naomi dalam dan penuh cinta. “Terima kasih, kelinci kecilku. Aku janji akan selalu melindungimu...” Lalu memeluknya dengan erat. Seakan takut kehilangan.
Malam itu menjadi saksi cinta mereka. Meski mereka tidak pernah tahu bagaimana akhir dari kisah cinta mereka. Paling tidak mereka jujur dan tidak membohongi perasaan mereka sendiri. Setiap orang berhak bahagia
bukan? Meski hanya sekejap.
***