NovelToon NovelToon
Catatan Hanna

Catatan Hanna

Status: tamat
Genre:Teen / Tamat / Keluarga / Persahabatan / Kontras Takdir
Popularitas:10.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rijal Nisa

Saat tidak ada teman yang dapat mendengar keluh kesahnya, Hanna menorehkan semua uneg-unegnya di buku hariannya. Tentang cinta, teman, dan keluarga, semua ada di sana.

Hidup Hanna yang begitu rumit, membuat dia kadang-kadang frustasi, namun dia tetap harus kuat menghadapi ombak kehidupan yang terus menghantam.

Ikuti kisah hidup Hanna di "Catatan Hanna."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rijal Nisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ada Sesuatu Di Antara Mereka

Aku masih terpaku membisu, menatap wajah tampan lelaki di depanku. Aku bahkan lupa akan kesedihan yang tadi ku rasakan, kak Yuni sudah berada di sampingku sekarang.

"Hei! Malah bengong, minta maaf cepat!" suruh kak Yuni.

"Dokternya yang salah, Kak. Bukan Hanna," jawabku membantah.

"Kamu yang nabrak saya kok," ujar dokter Mirza.

"Maaf, Dok. Adek saya memang agak keras kepala," ucap kak Yuni.

Aku melirik ke arah kakak, tapi dia hanya senyum-senyum saja melihat tatapan kesal aku.

"Ya sudah, terserah kalian. Saya tidak ingin buang-buang waktu di sini, saya ada janji sama pasien saya." Dokter Mirza pergi begitu saja, kak Yuni buru-buru menahannya.

"Dok, tunggu!"

Dokter Mirza berbalik arah, dia menatap kak Yuni dengan tatapan yang sulit diartikan.

Awalnya aku pikir kak Yuni ingin mengatakan kalau kami adalah orang yang ingin bertemu dengannya hari ini, tapi ternyata bukan.

Kakak berjalan lebih dekat, dan kemudian mereka berdua sama-sama tersenyum seolah baru menyadari sesuatu.

"Mirza si cupu itu kan?"

"Mbak Yuyun?"

Keduanya sama-sama tertawa, hanya aku yang merasa seperti orang bodoh dengan berdiri bengong di sini.

Hei, aku tidak salah dengar tadi kan? Kak Yuni memanggil dia cupu? Huffh, kakakku emang dasar ya.

Sepertinya mereka berdua sudah saling kenal sejak lama, mungkin teman satu sekolah dulu.

"Wah, aku pangling lihat kamu, Mbak. Hampir enggak kenal, tambah cantik aja sekarang," puji dokter itu.

"Eh, bisa aja kamu mah."

"Mbak, ngobrolnya nanti aja ya, aku lagi buru-buru."

"Mir, orang yang mau kamu temui itu adalah aku," ucap kakak.

Dokter Mirza mulai kebingungan.

"Maksudnya Mbak itu anaknya bu Erni?"

"Iya," jawab kakak dengan tatapan sedih.

Mereka berdua terus berbincang, aku yang melihat Ayu dan Rian berjalan dari arah belakang kak Yuni, segera saja kuambil langkah seribu untuk cepat-cepat keluar dari rumah sakit.

Aku berhenti di dekat sebuah warung kecil, menunggu angkot yang akan membawa aku pulang ke rumah. Aku tidak mau menunggu kakak lagi, saat ini aku hanya ingin menenangkan pikiran dulu.

Entah kenapa masalah datang bertubi-tubi, belum lagi air mata dan kesedihan ini pergi, kini harus ditambah lagi dengan sebuah kenyataan menyakitkan.

Perselingkuhan Ayu dan Rian sangat membuat aku terluka.

"Hanna!"

"Oh, Tuhan. Apa lagi ini? Kenapa mereka harus melihat aku dalam keadaan kacau begini?" lirihku.

Aku masih tidak menoleh ke asal suara, bersikap pura-pura tuli adalah yang terbaik.

"Hann! Hanna!"

Kalau sudah begini, aku cuma bisa pasrah. Aku sedang tidak mau bicara sama mereka berdua, tidak mau juga melihat wajahnya.

Haruskah mengakhiri hubungan ini sekarang juga? Tapi aku masih cinta sama Rian.

Gimana ini? Aku sampai keringetan menunggu angkot yang tidak kunjung datang. Sedangkan Ayu dan Rian mulai berjalan menghampiriku, dan jarak mereka semakin dekat.

Yeah! Akhirnya sebuah angkot lewat juga di depanku, aku buru-buru menyetopnya, begitu angkot berhenti aku langsung melompat naik.

"Hanna, tunggu!"

Teriakan Rian masih terdengar, kenapa juga dia memanggil aku saat sedang bersama Ayu? Apa dia ingin memperlihatkan kedekatannya dengan Ayu?

 ~~~

"Mbak, maaf ya, Hanna pulangnya kelamaan," ucapku meminta maaf pada mbak Santi.

Aku sengaja mengambil waktu di jam makan siang untuk pergi menemui dokter Mirza, tapi semuanya malah kacau dan aku pulang terlambat juga.

"Enggak apa-apa, Hann. Tadi Erick ke sini, jadi ada yang bantuin mbak sebentar."

"Dia sepertinya suka sama kamu, Mbak."

"Erick sukanya sama kamu, Hann."

"Bukan, dia sukanya sama kamu, Mbak." Aku duduk lesehan di dekat rak buku. Hari ini tidak ada yang perlu diberesin, karena semuanya sudah tersusun rapi.

"Wajahnya enggak semangat gitu kenapa? Udah ketemu belum sama dokternya?" tanya mbak Santi yang ikut duduk di dekat aku.

"Aku langsung pulang, Mbak. Aku pergi gitu aja dan ninggalin kak Yuni sama dokter Mirza. Aku nyesal udah ke sana, tadi aku ngelihat Ayu dan Rian."

"Mereka ngapain ke rumah sakit?" Mbak Santi begitu kaget mendengar ceritaku.

"Dia nemenin Ayu, Mbak. Ayu kan dalam beberapa hari ini dia sakit, setahu aku dia cuma demam biasa, tapi Rian perhatiannya sampe begitu."

"Kamu enggak usah pura-pura enggak tahu, Mbak. Aku yakin kamu sudah curiga dari awal kalau Rian dan Ayu punya hubungan."

Tiba-tiba Gadis muncul di depan kami, kedatangannya tak disangka-sangka.

"Gadis?" Mbak Santi tercengang melihat Gadis.

"Ngapain kamu di sini?" tanyaku, aku juga tak kalah kagetnya.

"Sekarang kamu pasti sudah yakin kalau Rian bukan yang terbaik untuk kamu kan?"

"Gadis, kenapa kamu ngomong gitu?" tanya mbak Santi.

Aku baru ingat, Gadis tidak suka sama Ayu, apa karena dia mengetahui sesuatu tentang Ayu?

"Mbak Hanna, aku sayang sama kamu. Aku peduli sama kamu, Mbak. Aku juga tahu kamu sama mas Rian udah tunangan, dan sebentar lagi akan menikah. Mbak Ayu adalah senior aku di kampus, aku sering dengar dia cerita tentang mas Rian. Katanya dia dan mas Rian pacaran, dari situlah aku mulai tidak suka sama mbak Ayu, bisa-bisanya dia menodai persahabatan kalian."

Ternyata itu alasan Gadis tidak suka sama Ayu, dan aku baru tahu kalau Ayu mengaku kepada semua temannya tentang dia yang memiliki hubungan sama Rian.

Jelas aku marah, karena Rian adalah tunanganku dan kami akan segera menikah.

"Gadis, tak sepenuhnya Ayu bersalah. Aku juga ikut bersalah karena sudah memberikan celah untuk dia masuk dalam hubungan kami. Aku yang menyuruhnya untuk menggantikan posisiku kalau Rian lagi butuh teman curhat," jawabku terus terang.

Apa yang sekarang aku katakan, semua itu terkesan seolah aku membela Ayu. Jelas bukan, aku hanya sedang mencoba mengikis rasa sakit hati ini.

"Putuskan hubungan kamu sama Rian, Hanna!" suruh mbak Santi.

"Iya, aku juga setuju, Mbak."

Gadis dan mbak Santi begitu ngotot ingin supaya aku meninggalkan Rian.

"Aku tidak bisa!" ucapku tegas.

"Bersama dia hanya akan membuat kamu sakit hati, Mbak."

"Untuk apa bertahan dengan seseorang yang bahkan dia sendiri tidak punya pendirian yang kuat. Hann, lihat Mbak!" Mbak Santi memegang wajahku dan mengarahkan aku supaya menatap wajahnya, "Rian itu tidak bisa memberikan yang terbaik untuk kamu, mungkin ini petunjuk dari Allah, kalau memang kamu ingin bahagia, sebaiknya dengerin saran dari kami," lanjut mbak Santi.

Yah, aku memang sangat beruntung dikelilingi oleh orang-orang yang sangat peduli dengan kebahagiaanku. Aku tahu mbak Santi dan Gadis hanya menginginkan yang terbaik untuk aku. Namun untuk kali ini, aku ingin mengikuti saja arus permainan mereka. Aku ingin tahu bagaimana Rian mengakhiri sendiri hubungan kami berdua.

Sudah berkali-kali aku menelpon Rian, tapi tidak dijawab sama sekali. Aku heran, ada apa lagi sama dia, aku melihat sekali lagi kapan terakhir kali di aktif di Wa-nya. Dua menit yang lalu, itu artinya dia memang sengaja tidak mengangkat telpon dari aku.

Sudahlah, aku beralih menelpon Ayu. Nah, sahabatku ini juga sama, dia juga tidak merespon. Pesan dari aku juga tak kunjung dibalas, aku terus menunggu, berharap ada kabar dari mereka berdua.

Yang datang malah pesan dari Gadis, aku merasa enggan untuk membuka pesan darinya. Perasaanku juga mulai enggak enak, aku memilih menyingkirkan ponselku dan meletakkannya di atas meja.

Nasi dalam piringku masih tersisa separuh lagi, selera makan tiba-tiba saja menghilang.

Ponselku berdering, nama penelpon terlihat jelas di layar ponsel. Itu panggilan dari Gadis, sengaja pesannya tidak aku balas, eh sekarang malah dia menghubungiku lewat telepon.

Akhirnya setelah berpikir sekian lama, aku pun menjawab panggilan dari Gadis. Penasaran juga melihat dia lama-lama menghubungi aku, seperti ada yang penting.

"Mbak, temui aku di taman yang dekat dengan cafe Dinta," ucap Gadis. Belum sempat aku menjawabnya, dia langsung memutuskan panggilan.

"Dasar! Kurang kerjaan banget."

Aku cuma bisa ngomel-ngomel karena kesal dengan tingkah Gadis.

Meski kesal, tapi aku tetap menuruti perintah dari Gadis yang menyuruh aku untuk pergi ke cafe Dinta.

Aku sudah tiba di cafe Dinta, namun Gadis tidak terlihat batang hidungnya.

Aku mulai curiga, jangan-jangan Gadis sudah membohongi aku.

Daripada menunggu di luar, aku memutuskan untuk masuk ke dalam. Ternyata yang aku dapati bukanlah Gadis, melainkan Rian dan Ayu.

Kali ini mereka tertangkap basah di depanku, Rian sedang berpegangan tangan sama Ayu.

Mereka berdua juga tak kalah terkejutnya, aku marah, kesal, dan semua rasa sakit ini bercampur menjadi satu.

Meski sudah tahu sejak lama tentang perselingkuhan mereka, tapi aku masih mau menutup mata, mungkin Rian bisa berubah. Namun aku salah, semakin ke sini dia semakin jelas cintanya untuk siapa.

"Rian, Hanna juga di sini," ucap Ayu, wajahnya berubah tegang.

"Hanna." Rian langsung bangun dan menghampiri aku yang masih berdiri mematung.

Aku tersadar dan langsung berlari keluar, Rian dan Ayu mengejar aku dari belakang.

"Hanna, tunggu!"

"Hann, dengerin kita dulu!"

Aku sengaja mengarahkan mereka ke tempat yang sepi dari lalu lalang orang ramai.

"Jelasin apa?" tanyaku, wajah mereka masih saja tegang.

"Hann, kenapa kamu lari? Kamu jangan berpikir yang bukan-bukan soal kami."

Aku tersenyum sinis mendengar omongan cowok di depanku, bisa-bisanya dia berkelit sesudah tertangkap basah.

"Sudah berkali-kali aku melihat kalian jalan berdua, di toko, di cafe, di pantai, di rumah sakit, dan sekarang di sini lagi. Aku berusaha untuk menutup mata, aku membiarkan saja semuanya. Aku tidak ingin memikirkan apa pun, awalnya semua tampak biasa. Semakin ke sini aku semakin yakin kalau cinta kamu berakhir untuk siapa," ucapku sambil menatap wajah dua sejoli yang tengah dimabuk cinta ini.

1
* bunda alin *
dan indah pada waktu nya 🥰
P 417 0
semoga kita semua selalu di berikan kesehatan ,kebhagiaan dan keberkahan/Pray//Pray/
P 417 0
hmmm.bner2 di tamatin/Sleep//Sleep/
P 417 0
perasaan yg mbulet/Drowsy/
* bunda alin *
tap tap tap ..
P 417 0
tamat/Sleep/
* bunda alin *
tegang bgt ,, 😱
P 417 0
/Drowsy//Drowsy/tuh kan akibatnya klo terlalu baik
P 417 0
/Proud//Proud//Proud/hmmm bner2 polos
P 417 0: ntah/Silent/
🥑⃟Riana~: apanya yg polos/Sweat/
total 2 replies
P 417 0
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/rekomendasi yg bgus
P 417 0
ajaran yg baik bkl jdi baik hasilnya/Smile/
* bunda alin *
malang nya Hanna,,, selalu di hinggapi hal yg tdk terduga
ayo donk .. kapan Hanna bisa bahagia ... 💜
P 417 0
hmmmm .berarti ada dalng lain juga/Speechless/
🥑⃟Riana~: Anda/Shame/
P 417 0: sapa🙄
total 4 replies
P 417 0
oooo.ternyata bgas /Sleep//Sleep/
🥑⃟Riana~: hooh 🤧
total 1 replies
P 417 0
sapa sih sebnernya/Drowsy//Drowsy/
P 417 0
ooh tk kira abis gitu aja/Facepalm//Facepalm/
P 417 0
sepertinya obrolan di atas sedikit kurang mnurt aku/Silent/
🥑⃟Riana~: Harus ditambah lagi? kamu aja yg nambah kk/Sweat/
total 1 replies
* bunda alin *
tq sdh up ,, next thor
P 417 0
kita udah berapa tahun ya🤣🤣🤣🤣
P 417 0
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/klo ngliat di reel mngkin lbh seru kali ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!