Si Culun, Istri CEO Kejam

Lily kini sedang menikmati masakan spaghetti buatannya dengan damai dan tenang.

Wanita berwajah buruk rupa itu, sedang berada di meja makan seorang diri. Lily tidak memperdulikan suaminya yang harus ia layani sebagai seorang istri. toh, pria itu sedang bersama dengan kekasihnya.

"Wah, nikmatnya!" Seru Lily, setiap spaghetti yang menyentuh lidahnya.

"Sungguh, hari yang begitu tenang dan damai," ucap Lily dengan mata terpejam.

Tidak lama kemudian, pasangan kekasih kini memasuki dapur dengan sikap, arogan.

Selena dan Brian menajamkan tatapan dengan nyalang kepada Lily yang seakan tidak menyadari keberadaan mereka di sana.

Selena terus melipat kedua tangannya di dada bergaya layaknya seorang nyonya rumah dan Brian yang menelan ludahnya melihat Lily menikmati masakan yang terlihat menggiurkan di mata pria itu.

"Ehem!" Brian sengaja berdehem untuk menyadarkan Lily.

Tetapi istrinya itu terlihat menulikan suaranya. Lily bahkan lebih bersemangat menikmati spaghetti di depan wajah pasangan itu.

"Buatkan, satu untukku!" Perintah Brian yang kini duduk di hadapan Lily. Diikuti Selena dengan raut wajah kesal.

Lily menyuapkan makanan di mulutnya sambil menatap, Brian dan Selena. Lily meneguk air yang berada di sampingnya.

"Cepatlah, buatkan aku makanan!" Perintah Brian kembali. Terlihat wajah pria itu begitu datar.

Malas berdebat, Lily pun bangkit dari kursinya dan menuju dapur. Ia pun membuatkan suaminya satu porsi spaghetti dengan beberapa campuran daging potong.

Tidak menunggu waktu lama, masakannya pun sudah jadi dan siap untuk menyajikan untuk suaminya. Meskipun pernikahan mereka sekedar settingan dan kontrak, Lily masih mengingat kewajibannya sebagai seorang istri.

"Ini, makanlah," ujar Lily, meletakkan satu porsi spaghetti di depan suaminya. Tidak lupa segelas susu hangat, karena spaghetti yang ia buat rasa pedas, kesukaan suaminya.

Brian hanya diam dan terus menatap hasil masakan istrinya dengan terus meneguk liurnya.

Tidak tahan, Brian pun ingin menyuapkan langsung ke dalam mulutnya, namun tiba-tiba terdengar sentakan dari samping.

"Milikku mana?" Selena menatap heran ke arah Lily.

"Apa?" Tanya Lily kembali bertanya.

"Makanan untukku!" Sentak Selena kasar.

Mendengar ucapan Selena, Lily mengerutkan keningnya bingung. Entah dimanakah rasa malu wanita ini tersembunyi.

"Hey, nona. Anda siapa? Sehingga saya harus melayani anda?" Lily membalas tatapan Selena dengan santai.

"Saya kekasih Brian. Tuan rumah disini." Selena berkata dengan bentakan.

"Lalu?! Sela Lily.

"Kamu harus melayaniku juga. Bukankah kewajiban kamu seorang istri melayani suami? Jadi…sekarang kau harus melayani ku." Selena tersenyum lebar melihat Lily terdiam.

"Nona, Selena brown, sudah kewajiban saya melayani suami saya. Tapi saya tidak memiliki kewajiban melayani anda. Malahan, saya berhak melemparkan anda dari lantai ini hingga ke dasar." Ucapan Lily terlihat tenang, namun terlihat begitu penuh ancaman buat Selena.

"Kau!" Selena kembali menunjuk wajah Lily.

"Anda pasti tahu batasan seorang kekasih tidak sama dengan hak seorang istri sah. Anda hanya orang asing di kediaman kami. Anda juga seorang perusak rumah tangga orang yang di cap sangat buruk di kalangan masyarakat." Lily kini kembali duduk dan menatap serius pasangan di depannya ini.

Brian sejak tadi hanya bisa diam, dengan tatapan dinginnya. Entah mengapa ia sangat tidak suka dengan ucapan Lily.

"Kau yang menjadi ketiga hubungan kami. Seharusnya aku yang menjadi istri Brian, bukan kamu." Selena terdengar keberatan dengan ucapan Lily

"Anda masih status kekasih, bukan seorang istri. Jadi tidak ada kesalahan untuk menikahinya. Karena anda belum memiliki hak atas dirinya." Lily menjawab telak, perkataan Selena.

"Tapi kamu sudah merebut dariku!" Teriak Selena. Wajah wanita itu begitu merah kelam dan matanya terlihat berair.

Brian yang melihat kekasihnya menitikkan air mata, menjadi semakin geram. Ia menahan amarahnya sejak tadi.

"Saya tidak merebutnya, dia yang menawarkan kepadaku." Lily menjawab lagi dengan sangat tepat.

"Omong kosong!" Bentak Selena.

"Kau wanita murahan." Lanjut wanita itu dengan wajah marah.

"Saya istrinya dan saya bukan wanita murahan. Lain dengan anda yang menjadi orang ketiga, berarti siapa yang murahan di sini?"

"Cukup! Prag!" Brian berteriak dan mengibas piring berisi makanan di depannya dan kini masakan Lily berserakan di lantai.

Selena terkejut, namun tidak dengan Lily yang hanya menatap tajam ke arah Brian.

Brian berjalan dua langkah untuk mendekat kepada Lily. Brian lantas, meraih kedua rahang pipi Lily dan mengapitnya kencang.

Tatapan Brian juga begitu terlihat mencekam dengan sorotan mata menakutkan. Namun Lily terlihat masih diam dengan wajah dingin.

Selena yang berada di belakang Brian terlihat tersenyum puas dan menatap Lily sinis.

"Cukup, kamu sudah keterlaluan menghina wanitaku. Asal kamu tahu, kamu hanya sebatas istri panjangan buruk. Setelah aku mendapatkan semua yang menjadi hak ku, aku bersumpah akan melenyapkanmu." Brian berkata dengan wajah garang di depan wajah Lily yang terlihat biasa saja.

Tidak ada rasa takut di raut wajah Lily. Yang ada tatapan penuh arti.

"Kamu hanya wanita murahan dan akan tetap menjadi wanita murahan dan licik," bisik Brian.

"Kamu tidak ada bedanya dengan wanita malam yang sering menjajakan dirinya," lanjut Brian dengan nada mencemooh.

"Plak, plak!" Tanpa berpikir lama, Lily melayangkan tamparan di wajah Brian.

"Apa yang kau …."

"Plak,"

"Hey …."

"Plak, plak."

"Dasar wanita gila dan murahan!"

Lily terlihat menatap dingin suaminya, ia tidak akan berpikir dua kali untuk melukai suaminya sendiri, apabila kesabaran wanita itu sudah di luar batas kesabaran nya.

"Bugh!" Kali ini Lily menyikut perut Brian dengan lutut kakinya. Bukan itu saja, Lily juga menghempaskan suaminya di atas meja. Membuat meja makan mewah itu hancur.

Selena hanya bisa tercengang dengan wajah shock, melihat kemarahan Lily. Wanita itu juga begitu panik melihat keadaan Brian yang tidak berdaya di atas serpihan kaca meja makan.

"Honey!" Teriak Selena.

"Hey, kau …."

"Plak, plak."

Belum selesai Selena berkata, tamparan Lily kini mengenai tepat di kedua pipi wajahnya.