Cinta memang gila, bahkan aku berani menikahi seorang wanita yang dianggap sebagai malaikat maut bagi setiap lelaki yang menikahinya, aku tak peduli karena aku percaya jika maut ada di tangan Tuhan. Menurut kalian apa aku akan mati setelah menikahi Marni sama seperti suami Marni sebelumnya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28. Santet
Matahari bersinar begitu terik, sekelompok karyawan keluar kantor untuk mencari makan siang.
Amar tampak murung dan tak bergairah. Ia terlihat melamun saat yang lain sibuk menikmati santap siangnya.
"Sudah jangan sedih gitu dong Mar, meskipun kamu gagal, lain waktu kamu bisa mencobanya lagi," Damar berusaha menyemangati Amar yang terlihat murung hari itu
"Bener tuh, gagal itu biasa tapi yang mau bangkit lagi buat berusaha lagi itu baru luar biasa," sahut Ruri
Amar hanya mengangguk saat kedua sahabatnya itu terus memotivasinya.
Saat ketiga sekawan itu tengah menikmati makanannya. Seorang wanita cantik datang menghampiri mereka.
"Boleh aku duduk di sini?" tanya wanita itu
"Silakan," jawab Ruri yang sumringah melihat kecantikannya
Berbeda dengan kedua sahabatnya yang begitu antusias melihat sosok wanita cantik di hadapannya, Amar justru gelagapan melihatnya. Ia sampai tersedak saat melihat perempuan itu.
Wajahnya seketika memucat seolah melihat hantu di siang hari.
"Kamu kenapa Mar?" tanya Damar
"Gak papa, aku duluan ya!" jawab Amar kemudian bergegas pergi
"Kenapa sih dia, kok aneh gitu?" tanya Ruri
"Entahlah, mungkin ada sesuatu," sahut Damar
Amar berjalan tergesa-gesa. Ia buru-buru masuk ke ruang kerjanya dan berkali-kali istigfar.
"Astaghfirullah, apa aku tidak salah lihat??" ucapnya sambil menepuk-nepuk pipinya
"Jika aku tidak salah lihat, apa kejadian semalam itu bukan mimpi???"
Amar berusaha menerka apa yang dialaminya semalam adalah nyata bukan mimpi seperti ucapan Marni.
Pertemuan dengan wanita yang ia temui semalam membuatnya begitu yakin jika apa yang ia lihat semalam adalah nyata bukan mimpi.
Amar bahkan membuka sepatunya untuk memastikan luka di kakinya. Namun ia sedikit kecewa saat melihat luka itu menghilang. Kakinya mulus tak ada bekas luka.
Tidak lama Ruri dan Damar memasuki ruangan.
"Kamu kenapa sih Mar, kok kaya orang ketakutan gitu, ada apa?" tanya Damar
"Jangan bilang Lo panik karena kecantikan Ajeng melebihi kecantikan Marni pujaan hatimu itu!" goda Ruri
"Ajeng???" Amar mengernyit mendengar nama itu
"Iya, wanita cantik yang tadi bersama kita di warung nasi tadi namanya Ajeng. Setelah kita ngobrol sebentar ternyata dia itu manajer pemasaran baru di kantor kita. Sepertinya dia bakal jadi saingan lo Mar!" sahut Ruri
"Manajer baru??"
"Yups, dia itu pindahan dari Jakarta. Ada yang bilang kalau dia sengaja di mutasi ke sini untuk meningkatkan penjualan gula kita," jawab Ruri
"Wah kamu harus hati-hati Mar, karena bisa jadi kamu kalah penjualan drinya," imbuh Ruri
"semoga aja," jawab Amar
*Tok, tok, tok!
Ketiganya seketika berhenti berbincang saat melihat Marni memasuki ruang kerja mereka.
"Sebagai manajer baru, aku butuh bantuan mu, anyway perkenalkan gue Ajeng!" ucapnya sambil mengulurkan tangannya
"Amar!" Tiba-tiba Amar seperti merasakan sebuah kekuatan besar menyerangnya hingga ia merasakan dadanya begitu sakit dan iapun jatuh pingsan.
*Bruughhh!!
"Amar, bangun Mar, Amar!" seru Damar mengguncang tubuhnya
"Sial, sepertinya kita harus membawanya pulang!" seru Damar
Dibantu Ruri, Damar pun menggendong Amar menuju mobilnya. Ia kemudian mengantar Amar pulang.
Setibanya di rumah Surti berteriak histeris mengetahui putra semata wayangnya pingsan di kantor. Ia pun menyuruh Paijo untuk memanggil dokter. Ia takut jika Amar terkena serangan jantung.
"Gak usah bu, Mas Amar hanya kecapean saja kok. Biar Marni saja yang merawatnya," ucap Marni. membuat semua orang yang ada di sana terkesiap dibuatnya
"Bener kata Lek Surti Mar, suami kamu harus diperiksa oleh dokter untuk mendeteksi penyakitnya." sahut Damar
Marni tersenyum kecut mendengar ucapan Damar dan ibu Mertuanya.
"Yaudah terserah kalian mau diapain Mas Amarnya, yang penting dia selamat l," ucap Marni
Ia uanya mengusap wajah suaminya dan seketika Amar bangun kemudian memuntahkan paku sejenisnya.