Pertemuan antara lelaki bernama Saddam dengan perempuan bernama Ifah yang ternyata ibu kosnya Ifah adalah gurunya Saddam disaat SMA.
Ingin tau cerita lengkapnya, yuk simak novelnya Hani_Hany, menarik loh... jangan lupa like, komen, dan ajak para readers yang lain untuk membaca. yuks
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28
"Gak usah diambil hati yank." ucap Saddam ketika mereka sampai di rumah.
"Iya yank." jawab Ifah singkat, tapi dalam hati dan pikirannya tidak sinkron. Sebagai seorang isteri memikirkan adanya anak dalam keluarga itu tentu, sebagai salah satu pengikat keharmonisan keluarga. Pada tahun 2021, tepat tiga tahun pernikahan Saddam dan Ifah, mereka masih asyik berdua.
"Dam, ada undangan dari Galang. Tadi mamanya habis menelfon sama ibu." chat ibu Setya.
"Alhamdulillah. Kapan bu?" tanya Saddam.
"Bulan November." chat berakhir. Beberapa pekan kemudian tiba saatnya pernikahan Galang dan Yuli di kampungnya.
"Weh kalian pada datang. Kirain gak datang." Sapa Hasyim pada teman²nya dulu yang pernah tinggal dengannya. Ada Saddam dan Ifah, Farid, Alam dan Nita, Ikbal, dan Rizal. Ternyata Saddam adalah teman Hasyim, sedangkan Hana adalah teman Ifah di S1.
"Ifah, Hay. Kamu kenal aku gak?" tanya Hana.
"Maaf ya, kayak gak asing sih tapi jujur aku lupa. Hehehe." jawabnya sambil cengengesan.
"Aku Hana, kamu Ifah Prodi PAI Kan?? Aku Prodi MPI. Kita satu kampus Ifah." ujar Hana semangat.
"Iya kah? Ya Allah maaf ya Hana aku gak begitu ingat, hanya wajah kamu gak asing." ucap Ifah merasa tidak enak sambil menutup mulutnya menggunakan telapak tangannya.
"Udah gak apa. Lagian emang dah lama kita gak pernah ketemu bahkan dulu juga kita gak begitu akrab kan?" tanya Hana memastikan.
"Hhmm bener banget. Mungkin karena beda prodi jadi kita gak begitu akrab." jelas Ifah lagi. "Tapi suami kamu kenal sama suami aku ya?" tanya Ifah lagi.
"Iya. Suami kamu alumni mana? IAIN kah?" tanya Hana.
"Bukan. Suami aku alumni Universitas Andi Djema. Suami kamu?"
"Loh sama dong, mungkin mereka satu kelas kali ya!" ucapnya sambil tertawa.
"Bisa jadi." mereka asyik ngobrol kesana kemari sebelum akhirnya menuju rumah keluarga Hana.
"Ifah. Kamu kapan nikahnya? Maksud aku tahun berapa?" tanya Hana.
"Tahun 2018. Kamu ya?" tanya Ifah balik.
"Aku nikah tahun 2017. Berarti duluan aku! Kamu udah ada momongan?" tanya Hana sendu. "Aku belum dikasih." imbuhnya.
"Sama Hana, aku juga belum. Sabar ya! Aku sudah berobat kesana kemari Hana tapi belum rezeki." ucap Ifah tersenyum.
"Ayo ikut aku program? Mau k pergi urut ini di rumah Mbah Jawa. Nanti kami akan kesana." ajak Hana.
"Boleh deh. Eh, tapi aku tanya suami dulu ya!" jawab Ifah.
"Ok." jawab Hana singkat. "Aku duluan ya, suami sudah memberi kode tuh." ucapnya sambil tersenyum lalu berpamitan pada Ifah dan semua.
"Nanti lain kali ku kabari." jawab Ifah lalu bertukar nomor hp dengan Hana.
***
"Yank, kita ikut program seperti Hana yuk?" tanya Ifah.
"Dimana? Apa di Mbah Urut itu?" tanya Saddam.
"Hhmm betul. Mereka berangkat kesana sekarang."
"Ok. Kita susul saja mereka. Tapi singgah dulu di rumah keluarga ya!" ajak Saddam.
"Iya boleh. Singgah beli yang segar² juga enak."
"Mau apa? Es cincau?" tanya Saddam lagi.
"Iya. Ayo." mereka menuju penjual es cincau sebelum ke rumah keluarga.
"Es cincau dua Mbak." pesan Ifah.
"Ini Mbak." datang pelayan membawakan dua gelas es cincau.
"Terima kasih Mbak." ucap Ifah sopan lalu Mbaknya pergi. "Hhmm segernya yank." imbuhnya.
"Nanti disana sebentar saja ya!" usul Saddam.
"Baik lah. Tidak masalah, singgah dulu di masjid ganti baju sekalian shalat dzuhur yank." ucap Ifah.
"Iya. Jamak ki saja karena masih jauh perjalanan." usul Saddam lagi.
"Iya." usai menikmati segarnya cincau mereka singgah di masjid ganti baju dan shalat lalu melanjutkan perjalanan mengunjungi rumah keluarga.
"Hay Ridho. Mana mamak nak?" sapa Ifah ketika sampai.
"Mamak di dalam bi. Masuk lah." lalu Ifah masuk ke dalam rumah.
"Mbak maaf baru datang. Apa kabar?" tanya Ifah basa basi.
"Alhamdulillah mendingan Fah. Kamu dari mana?" tanya Mbak Siami.
"Aku dari rumah teman yang menikah namanya Galang." jawab Ifah dan Mbak Siami hanya mengangguk saja. "Maaf ya Mbak kalau aku hanya sebentar karena mau langsung pulang jangan sampai kemalaman." ucap Ifah sedikit berbohong.
"Makasih Fah sudah singgah. Sehat² ya semoga segera memberikan adik buat Ridho." ucap Mbak Siami penuh harap.
"Aamiin." ucap Ifah lalu pamit. Mereka menuju rumah Mbah Urut yang sama dengan tempat Hana.
"Mbah. Aku Ifah dan ini suamiku. Kami mau urut Mbah supaya bisa hamil." ujar Ifah jujur.
"Iya. Ayo masuk!" ajak Mbah Urut. "Ini dari mana?" tanyanya.
"Saya teman Hana Mbah, dari Palopo. Tadi mereka kesini duluan makanya saya nyusul ternyata dia sudah pulang."
"Iya mereka baru saja pulang." ucap Mbah. "Ayo saya urut didalam." ajaknya dan Ifah ngikut.
"Ini kering kandungan, kayak yang tadi datang. Kamu harus minum daun sirih dicampur ketumbar ya, disaring baru minum airnya!" jelas Mbah sambil mengurut.
"Iya Mbah. Berapa takarannya?" tanya Ifah.
"Ya satu gelas satu kali minum, minumnya bisa dua atau tiga hari sekali. Pakai daun sirihnya ganjil bisa tiga, lima atau tujuh yang satu ruas, begitu juga ketumbarnya harus ganjil." jelasnya lagi.
"Iya Mbah. Terima kasih." usai diurut Ifah duduk lalu keluar menuju suaminya.
"Gimana?" tanya Saddam.
"Sudah. Semoga sukses." jawab Ifah sambil tersenyum.
"Nanti kamu minum jamu juga suaminya. Bagus minum kuning telur campur madu dan kunyit biar kuat." saran Mbah Urut. "Campur saja perkirakan takaran satu gelas cukup sebelum melakukan hubungan suami isteri." imbuhnya.
"Iya Mbah terima kasih kami pamit." ucap mereka lalu pulang ke Palopo.
***
"Hay Hana. Ini aku Ifah. Apa kabar?" chat dari Ifah.
"Oh Ifah, dia chat apa ya?" lalu Hana membacanya dan membalasnya.
"Hay Ifah aku kabar baik. Kamu sudah program?" tanya Hana.
"Iya. Tempo hari setelah kamu pulang dari Mbah Urut aku juga kesana." balas Ifah. "Gimana sudah ada hasil?" tanyanya lagi.
"Kalau aku belum haid Ifah. Kamu gimana?"
"Aku belum haid juga Hana, dan AlhamduLillah waktu diurut aku aman. Semoga kita berdua segera hamil ya! Aamiin."
"Aamiin. Semangat Ifah." lalu menutup percakapan chat mereka. Bisa bisa kami hamil bersamaan ini.
"Bisa² aku hamil bersamaan dengan Hana." batin Ifah. "Gak masalah. Semoga rezeki." imbuhnya.