NovelToon NovelToon
Where Are You?

Where Are You?

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Persahabatan / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Agnettasybilla

Kalea Ludovica—murid paling keras kepala seantro SMA Bintang dan salah satu murid yang masuk dalam daftar jajaran murid paling disegani disekolah. Masa lalunya yang buruk karena sering dikucilkan keluarga sampai kematian sang adik membuatnya diusir dari rumah ketika masih berusia tujuh tahun.
Tuduhan yang ia terima membuat dirinya begitu sangat dibenci ibunya sendiri. Hingga suatu ketika, seseorang yang menjadi pemimpin sebuah geng terkenal di sekolahnya mendadak menyatakan perasaan padanya, namun tidak berlangsung lama ia justru kembali dikecewakan.

Pahitnya hidup dan selalu bertarung dengan sebuah rasa sakit membuat sebuah dendam tumbuh dalam hatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agnettasybilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 28

...- happy reading, dear -...

...***...

Ketiga gadis tersebut mematung tepat di depan pintu yang tertutup rapat. Mereka saling berseru untuk mengetuk pintu besar berwarna hitam pekat di depan mereka. Ragu untuk mengetuk pintu membuat pintu menjulang tinggi itu terbuka lebar menampakkan dua maid tengah tertunduk lalu tersenyum pada mereka.

Ketika mereka dipersilahkan masuk, Letta dan Ana menghentikan langkah mereka sembari mengamati rumah mewah milik nenek dari Kalea. Sebelum menuju ruang tamu, mereka dibuat terpana dengan dua lukisan ditembok kanan kiri. Harganya pasti sangat fantastis.

Kalea terus berjalan di depan diekori Letta dan Ana dari belakang menuju taman belakang dengan melewati ruang tamu dengan gaya klasik namun sedikit modern. Di taman Kalea bisa melihat Omanya bersantai ria ditemani dua maid.

"Rumah impian bangat.." tutur Ana membuat Letta berdehem setuju.

Bagaimana tidak rumah mewah ini tidak cukup dengan sebutan mewah melainkan sebuah mansion megah. Lihat saja kolam berenang dihadapan mereka, ada dua kolam yang luas tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Dari sini mereka bisa menatap pemandangan hutan lengkap dengan lapangan golf.

"Nenek..." Kalea berjalan lebih dekat menuju tempat dimana Oma nya bersantai.

"Lama tidak datang cucu Oma tersayang..." Wanita paruh baya itu bangkit berdiri dengan bantuan dua perempuan di sampingnya.

"Salam Oma. Maafin Kalea baru bisa datang kemari." Kalea memeluknya erat begitu juga dengan Letta dan Ana melakukan hal serupa seperti yang dilakukan Kalea.

Omanya meminta para maid untuk meninggalkan mereka, para maid menunduk lalu pergi ke arah dapur. Omanya meminta Kalea ikut bersamanya sementara Letta dan Ana tidak perlu ikut dan mereka bebas kemana saja asal tidak ikut campur dengan urusan Kalea. Begitulah sikap wanita paruh bayah itu, keras dan tidak bisa dibantah.

"Gak papakan gue tinggal?" tanyanya pada Letta dan Ana.

"Gak papa. Lagian ini kesempatan buat kita, kapan lagi coba jalan-jalan dirumah sebesar ini dikawal para maid lagi," kekeh Ana merentangkan kedua tangannya lalu merasakan semilir angin menyentuh wajahnya.

"Yaudah gue tinggal ya..." ucapnya berlari mengejar langkah Omanya yang sudah menaiki deretan anak tangga.

Omanya adalah Ibu dari papanya. Tidak suka dibantah dan selalu menjadi sosok menakutkan bagi Kalea. Ia merasakan kalau beliau memiliki rahasia yang sama sekali tidak keluarganya tau. Hidup bersama puluhan maid tidak membuat Omanya merasa kesepian tinggal dirumah semewah ini.

Ketika Kalea berusia lima belas tahun, Oma nya lah yang selalu mengajarkan dirinya untuk tidak pernah takut dalam hal kebenaran. Apapun yang berurusan dengan gadis itu, Omanya akan selalu ikut campur. Itu adalah janji seorang nenek pada cucunya waktu dulu hingga sekarang.

Setibanya di sebuah ruangan di dominasi dari bahan kayu, Kalea bingung dan seingatnya ruangan ini tidak pernah ada selama ia berkunjung ke rumah Oma nya.

Kalea duduk di sebelah kanan dan seorang wanita sepertinya sudah berkepala empat datang dari arah tidak mereka lewati tadi.

"Grace..."

Wanita yang baru saja melewati pintu tinggi itu berlari menghampiri Kalea yang duduk di sofa. Kalea cukup terkejut dan nyaris bersandar di sofa karena pelukan tiba-tiba dari wanita di hadapannya.

"Grace, ini mama Sayang. Apa kamu lupa dengan Mama. Mama sangat merindukanmu. Sekian lama menunggu akhirnya mama bisa melihatmu lagi..."

"Mama—"

"Hentikan!" seru Oma nya membuat wanita asing itu spontan menjaga jarak.

"M-maaf Nyonya. Sa-saya—"

"Apa saya mengatakan sesuatu?" Wanita itu menggeleng ringan membuatnya takut karena ekspresi majikannya. Namun, mata itu tidak bisa menghindar menatap Kalea sedetik pun.

"Maaf tante, saya bukan Grace tapi Kalea.."

"Apa yang kamu lakukan, Danita! Dia bukan putrimu, dia anak dari Audrey, putri saya! Jangan pernah menyentuh cucu saya tanpa seizin saya, mengerti kamu!!"

"Maafkan saya, Nyonya. Saya hanya rindu dengan anak saya. Benar kata Nyonya kalau cucu anda begitu mirip dengan anak saya Grace."

"Jaga batasanmu! sudah sering saya ingatkan Kalea bukanlah Grace dan apa kamu tidak lihat semua foto di setiap dinding rumah ini, Kalea dan Grace sangat berbeda jauh. Tidak sama atau bahkan mirip seperti katamu!"

Kalea benar-benar panik mendengar penuturan Omanya, sampai-sampai pintu ruangan tempat mereka berada saat ini terbuka lebar mendapati Letta dan Ana masuk lalu duduk disebelah Kalea dengan ekspresi bertanya-tanya.

"Ada apa? lo kena marah Oma lo lagi?" tanya Letta

"Wanita itu siapa?" disusul Ana bertanya.

"Putrimu sudah meninggal tiga tahun lalu dan jangan pernah menganggap cucu saya sebagai putrimu kalau tidak kamu bisa angkat kaki dari rumah ini," tunjuknya pada wajah Danita membuat kedua mata wanita itu berkaca-kaca.

Merasa tidak mendapat pembelaan dari siapa-siapa, wanita itu bangkit lalu hilang di balik pintu.

"Kemari dan duduk lebih dekat dengan Oma," ujarnya membuat Kalea duduk lebih dekat pada Omanya. Beliau dengan perlahan membuka kotak berukuran sedang berwarna cokelat tua diatas meja. Selembar foto berwarna hitam putih ia tunjukkan kepada Kalea.

"Kamu tahu siapa gadis ini?" tanyanya pada Kalea dan disambut gelengan dari gadis itu.

"Itu fotonya Grace bukan?" lirih Letta dan Ana mengangguk mengiyakan.

"Ini foto Kalea Oma. Kenapa Oma menanyakan hal itu?"

"Itu bukan kamu Sayang. Gadis difoto ini adalah putri dari wanita tadi."

Bagaimana perasaan Kalea di saat ia mengatakan bahwa itu adalah dirinya tapi Omanya menyangkalnya. Ia benar-benar terdiam lalu mengerjapkan matanya berulang kali merasakan sebuah gejolak dalam hati yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

"Gue punya saudara kembar? Gak mungkin, gue hanya punya satu adik perempuan," lanjut Kalea dalam hati.

"Kalea datang kemari bukan menanyakan soal foto ini Oma, kita kemari untuk mencari pemilik yang tinggal dirumah yang sama dengan Oma."

"Oma tau dan alamatmu sudah benar. Wanita yang kamu cari alamatnya memang tinggal disini," jelas Omanya.

"Apa yang kamu pikirkan atau rasakan tentu Oma tau dan kamu tidak perlu takut dengan semua yang akan terjadi."

"Foto ini putri dari Danita, wanita yang sudah bekerja bersama oma puluhan tahun dirumah ini. Oma tidak tahu kenapa wajah kalian bisa sama begitu padahal sudah sangat jelas kalau kamu dan Grace lahir dari rahim yang berbeda. Menurut Oma ini hanya kebetulan saja," jelas Omanya.

"Kalau begitu dia berada dimana sekarang Oma?" tanyanya membuat Omanya bangkit dari duduknya.

"Grace... putri saya anak yang tidak pernah menyerah dan putus asa. Berkat kegigihannya ia diterima di SMA Bintang dan itu salah satu impian terbesarnya. Kamu pasti tahu sekolah itu bukan sekolah sembarangan bukan," ucap Danita datang tiba-tiba dan berdiri dihadapan mereka membuat Kalea kembali memasang telinganya baik-baik.

"Maafkan saya Nyonya. Ada baiknya saya yang akan menjelaskan putri saya sendiri pada mereka."

"Baiklah..."

"Sebulan penuh anak saya selalu dikucilkan karena dia miskin dan tidak pandai bergaul. Sampai pada waktunya, Grace mengenal sosok laki-laki yang membuat hidupnya penuh dengan warna. Hubungan mereka hanya sebentar saja, dua hari dan kamu tau hidup itu sangat singkat, Nona Kalea," ujar Danita sesenggukan sembari mengusap air matanya.

"Tidak akan ada yang tahu apa yang terjadi selepas kamu bahagia. Sama seperti anak saya, ia bahagia hanya sebentar. Malam dimana Grace mengatakan dia lapar dan hendak mencari makan diluar adalah malam dimana saya terakhir kalinya bertemu dengannya. Grace mengalami kecelakaan parah membuatnya harus kehilangan banyak darah karena luka di bagian kepala."

"Saksi yang melihat anak saya kecelakaan mengatakan kalau Grace sengaja ditabrak oleh seseorang menggunakan sepeda motor. Ini nomor motor yang sempat warga lihat saat itu."

Kalea sudah tidak kuat lagi dengan apa yang ia dengar barusan. Mendengarnya saja sudah membuat bulu kuduknya merinding apa lagi membuat wanita itu kembali bercerita masa kelam putrinya. Ia bangkit berdiri lalu memeluk erat tubuh wanita itu.

"Maafin Kalea, Tante. Kalea gak ada maksud menanyakan luka lama tante yang tante kubur selama ini. Kalea janji bakalan cari tau pemilik motor itu, secepatnya. Dan satu lagi, Tante bisa anggap Kalea sebagai anak Tante juga... Kalea tidak akan masalah. Mama juga tidak akan keberatan."

***

"Lo yakin mereka tahu tentang Grace?" ujar Letta pada Kalea.

Selepas Kalea mengetahui siapa Grace itu sebenarnya, ia mulai merasa lega, tapi kelegaan itu hanya sementara.

Jadi selama ini, mereka berlima tau apa yang terjadi dengan Grace dan malah menutup kabar itu darinya. Kalea tersenyum dalam hati. Sementara Letta dan Ana mulai mengerti bagaimana gosip gadis itu lenyap di telan bumi. Semuanya karena pihak sekolah menutup rapat-rapat berita itu dan masalah ini ada kaitannya dengan anak-anak Vesarius.

"Apa dengan lo marah pada mereka, semua amarah lo hilang?"

"Gue gak marah. Gue hanya kecewa ajah sama mereka, kenapa selama ini mereka gak cerita sama gue tentang siapa itu Grace? Dan lo berdua tau gak? Oma gue sempat bilang kalau kakak gue udah tau tentang Grace, tapi dia enggan 'tuk mengatakan yang sebenarnya."

"Gini ajah..." usul Letta. "Lo yakinkan ajah diri lo untuk tidak berurusan dengan mereka. Kalau mereka memang peka gue rasa mereka bakalan kasih tau apa yang sebenarnya terjadi."

"Kakak gue mana betah gak ngomong sama gue, lo tahu sendiri dia sering ngusik gue."

"Itu ajah lo mikir. Jangan pernah kasih kesempatan buat Zion mengatakan sepatah kata, apapun itu. Kalau lo lihat dia, menjauh," tukas Ana memasang sabuk pengamannya.

Setelah Lea sampai dirumah, gadis itu mengamati keadaan sekitar, sepi dan tidak ada siapa-siapa. Zion ternyata belum juga pulang ke rumah. Segera Kalea mengayunkan kedua kakinya menaiki satu per satu anak tangga. Kali ini ia menoleh tepat ruangan kerja Papanya. Ia berjalan dengan mengendap-endap kali saja Papanya di ruangan kerjanya.

Kalea menilik dari balik pintu, tidak ada siapa-siapa disana. Ia masuk dengan perlahan tidak lupa menutup kembali pintunya.

Pertama kalinya selama ia tinggal bersama keluarga Adiwijaya, baru kali ini ia menginjakkan kedua kakinya di ruangan yang begitu memanjakan mata. Didominasi warna cokelat tua dengan bahan dari kayu mahal. Padahal jika dilihat dari luar, dinding ruangan itu terbuat dari beton. Tidak hanya itu Kalea tercengang ketika melihat lemari buku memenuhi penjuru ruangan setinggi lima meter dihadapannya.

Semua laci Kalea cek dan tidak ada satu pun ia temui disana. Meja lain sudah ia periksa dan laci paling bawah hanya ada kotak jam milik Papanya. Ia kembali mencari sesuatu yang mungkin bisa ia jadikan sebagai bukti karena tidak mungkin Papanya tidak tahu informasi kematian murid di sekolah yang sebagian papanya ikut sebagai donatur disana. Walau milik keluarga Gabriel, sekolah Bintang juga berhubungan erat dengan Papanya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!