Briyan seorang pemuda tampan berumur 27 tahun, dia hanya hidup bersama ibunya, dia belum pernah sama sekali bertemu dengan Ayah kandungnya, Ibunya Saraswati selalu menyembunyikan tentang siapa ayah kandung Briyan sebenarnya
Sampai suatu hari Briyan bertemu dengan Liliana dia adalah anak angkat dari seorang laki-laki kaya raya. Hubungan Briyan dan juga Liliana tidaklah mudah, kakak dari Liliana mencoba menghancurkan hubungan Liliana dengan kekasihnya, belum juga Adrian ayah angkat Liliana juga tidak menyetujui hubungan mereka.
Adrian belum mengetahui bahwa Briyan adalah anak kandungnya, dia menyuruh Liliana untuk mengakhiri hubungannya dengan Briyan karena menurutnya Briyan hanyalah pemuda miskin yang hanya menginginkan hartanya saja.
Hingga suatu hari, akhirnya Adrian mengetahui bahwa sebenarnya Briyan adalah anak kandungnya dengan Saraswati
Bagaimanakah kisah selanjutnya? Yuk kawal cerita ini sampai selesai😊
Jagan lupa tinggalkan jejak kalian ya readers........
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indaria_ria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22# Pertemuan
"Apa itu Adrian dan pak Sukarjo?" Saraswati langsung bisa menerka kalau dua laki-laki itu adalah Adrian dan juga Pak sukarjo.
"Pak Karjo, bukankah aku sudah pernah bilang untuk tidak menceritakan keberadaanku pada siapapun termasuk mas Adrian atau yang lainnya, bagaimana bisa? aku tidak mau menemui mas Adrian lagi, bagiku dia sudah tidak ada lagi di kehidupanku."
"Bu, kita lebih baik pulang sekarang kasian orang yang sudah menunggu ibu di rumah."
"Bagaimana kalau kita menginap saja disini Briyan?" pinta Saraswati.
"Tapi bu, rumah ini juga belum bisa langsung kita tempati, kita harus membersihkannya dulu, kita lebih baik pulang dan menemui orang yang sudah menunggu ibu dirumah." sebenarnya Briyan mulai heran ada apa dengan ibunya.
"Ya sudah, kalau begitu nanti ibu saja yang menemui mereka, kamu tunggu ibu di ujung gang ya?" Briyan bertambah penasaran ada apa sebenarnya dengan ibunya kenapa dia tidak diijinkan ikut serta menemui tamunya.
"Tapi bu, kenapa? lebih baik kita temui sama-sama saja, aku takut mereka berbuat macam-macam dengan ibu."
"Tidak Briyan, percayalah ibu tau siapa mereka, tolong kali ini ikuti kemauan ibumu ya?." Briyan tidak bisa lagi membantah.
"Baiklah."
Briyan dan juga ibunya segera pergi dari rumah itu, di sepanjang perjalanan hati Saraswati mulai gelisah, apa yang nanti akan dia katakan setelah dirinya bertemu dengan suaminya.
"Bagaimana jika Briyan mengetahui semua yang sudah aku tutupi selama ini?" timbul kekhawatiran dari Saraswati.
Kini mereka sudah berda didepan gang jalan menuju kerumah mereka, Saraswati memilih untuk turun di ujung gang dan meminta Briyan menunggunya disana, dia meminta Briyan agar kali ini tidak ikut campur dengan urusan ibunya.
Masih sedikit tertatih Saraswati mulai berjalan menuju kerumahnya, dari jauh dia sudah melihat ada dua laki-laki yang tak asing lagi dalam hidupnya sedang duduk sambil memainkan ponsel mereka masing-masing.
"Buat apa kalian kesini?" suara Saraswati langsung membuat dua laki-laki didepannya langsung terkejut dengan kedatangannya, terutama Adrian yang langsung menoleh kearah Saraswati.
"Saras? kamu, kamu sudah pulang?" menatap sendu kearah Saraswati hati Adrian mulai iba, bagaimana dulu seorang Saraswati yang sangat begitu ia cintai dengan begitu saja ia tinggalkan, sekarang setelah bertahun-tahun dia bisa kembali bertemu dengan istrinya.
Kini terlihat wajah cantik itu mulai tertutup dengan bertambahnya usia, selama ini Saraswati tidak begitu memperdulikan penampilannya, tapi di mata Adrian Saraswati tetaplah cantik dan awet muda.
"Pak Karjo, apa bapak lupa dengan pesan saya?" suara Saraswati langsung membuat tubuh pak Karjo menegang, sebenarnya dia juga tidak mau melanggar janjinya sendiri.
"Maafkan saya Nyonya, saya?"
"Tolong panggil saya Saraswati saja pak, saya bukan nyonyamu lagi, dan saya buka Saraswati yang dulu." kembali ucapan Saraswati langsung menusuk hati pak Adrian.
"Saras, aku mohon maafkan semua kesalahanku, aku tau aku salah aku kesini untuk menemuimu dan juga putraku."
"Apa? putramu? dimana kamu selama ini mas? kamu sudah tega meninggalkanku saat aku hamil besar, sekarang dengan mudahnya kamu datang ingin menemui putraku? tidak mas, aku tidak akan pernah mengijinkannya."
"Saras apa kamu lupa dia juga putraku, kamu tidak berhak melarangku!."
"Ternyata kamu masih seperti dulu mas, kamu egois, apa kamu punya hati saat meninggalkanku? tidak bukan? kamu bahkan tidak perduli denganku, apa kamu tahu bagaimana keadaanku saat kamu tinggalkan, sekali lagi kamu tidak mencariku, kamu benar-benar jahat mas!"
Sebuah pukulan ringan langsung mendarat di dada bidang milik Adrian, Saraswati benar-benar kesal dengan suaminya, dia ingin sekali memukul lebih keras lagi, tapi tiba-tiba saja tangan kekekar Adrian langsung menangkisnya dan malah kini membawa tubuhnya kedalam pelukannya.
Pak Karjo yang melihat adegan itu langsung tidak berani melihatnya, dia memilih untuk membalikan badannya.
"Apa-apaan kamu mas? lepaskan!" Saraswati mencoba melepaskan dekapan Adrian dia sudah merasa jijik dengan sikap Adrian.
"Dengar Saras, sampai kapanpun kamu masih tetap milikku, kamu belum pernah aku ceraikan, kamu tetaplah istriku." bisik Adrian di telinga Saraswati.
"Tidak mas, pernikahan kita juga hanya pernikahan siri, aku sudah kamu buang sejak dulu, jadi sekarang kamu sudah tidak ada hubungannya lagi denganku!."
"Siapa yang membuangmu? aku hanya salah jalan, tapi dihatiku masih ada kamu, kamu yang selalu dihatiku."
"Bohong kamu mas, kalau aku benar di hatimu aku tidak akan seperti ini! mas, tolong lepaskan aku, aku tidak bisa bernafas." bohong Saraswati sambil sedikit mendorong dada Adrian.
Akhirnya dengan terpaksa Adrian mulai melepaskan pelukannya, dia takut terjadi apa-apa dengan Saraswati, setelah merasa terlepas dari Adrian, Saraswati segera menjauh dari suaminya, sekarang diatara mereka berdua langsung terasa canggung.
"Kenapa dengan kakimu?" tanya Adrian saat dirinya tidak sengaja melihat balutan perban di kaki Saraswati.
"Ini karena ulah istrimu." Adrian langsung terkejut.
"Jadi, kecelakaan waktu itu?" Adrian kembali mengingatnya.
"Jadi apa yang aku lihat waktu itu di parkiran Rumah Sakit itu benar Saras? dan Briyan? apa Briyan itu anak kandungku? tidak salah lagi Briyan memang putraku, tapi? ya Tuhan aku sempat ingin membuat Briyan malu dengan ulahku, dan tentang Lilian? dia kekasih Briyan dan aku malah memisahkan mereka?" banyak penyesalan yang kini ada dikepala Adrian.
Diam-diam Saraswati segera mengambil ponselnya dan mulai mengetik sesuatu, disana dia mengirimkan sebuah pesan pada Briyan agar segera membelikannya obat sakit kepala, Saraswati hanya tidak ingin Adrian bertemu dengan putranya yang sedang menunggu di ujung jalan.
"Ibu memintaku membelikan obat sakit kepala? bukankah dirumah masih ada? ya sudahlah aku belikan saja aku takut ibu marah kalau aku tidak mengikuti kemauannya." Briyan akhirnya menyalakan motornya dan segera pergi dari tempat itu.
"Sudahlah, kalian lebih baik pergi dari rumahku, aku mau istirahat!" usir Saraswati.
"Maafkan aku Saras, maafkan kesalahan Casandra sampai membuat kakimu terluka, tapi aku akan bertanggung jawab atas semuanya.''
"Tidak perlu, aku sudah baik-baik saja, sekarang aku minta kalian pergi, dan tolong jangan pernah kembali lagi." pinta Saraswati.
Disana Adrian bisa mengerti apa yang sekarang Saraswati rasakan, mungkin untuk saat ini dia akan mengalah dan menerima segala kemungkinan buruk yang akan terjadi.
"Baiklah aku akan pergi, tapi aku mohon jangan kamu pisahkan aku dan juga Briyan putraku." mata Saraswati langsung melebar, dia tidak percaya kalau Adrian sudah tau tentang Briyan.
"Sudahlah, kamu tidak perlu cemas, aku sudah menduga kalau Briyan itu adalah putraku, jadi kamu tidak perlu menutupinya dariku."
"Kenapa bisa, kenapa mas Adrian sudah tau tentang Briyan, apa pak Karjo yang sudah memberi taukannya?" timbul pertanyaan pada Saraswati.
"Pak, apa bapak yang sudah?" belum sempat pak Karjo menjawabnya Adrian langsung berbicara.
"Tidak ada hubungannya dengan pak Karjo, dia bahkan tidak pernah menceritakan tentang Briyan padaku, tolong kamu jangan marah sama pak Karjo." pak Karjo terlihat masih tertunduk dan tidak berani menatap ke arah Saraswati, dia tau apa kesalahannya.
Adrian dan juga pak Karjo akhirnya memilih pergi dari rumah Saraswati, Adrian tau bagaimana sifat istrinya, kali ini dia akan mengalah agar menghindari kemarahan Saraswati semakin memburuk, tapi Adrian tidak akan pernah tinggal diam, dia tetap akan menemui putranya kembali, tapi tidak untuk kali ini.
Bersambung.....