NovelToon NovelToon
Keluarga Untuk Safina

Keluarga Untuk Safina

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Menikah Karena Anak / Ibu Tiri / Istri ideal
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Windersone

Secara kebetulan aku bertemu dengan keluarga kecil itu, hadir sebagai seorang istri terutama ibu pengganti untuk anak pria itu yang berstatus duda saat menikahiku.

Sungguh berat ujiannya menghadapi mereka, bukan hanya satu, tapi empat. Namun, karena anak bungsunya yang paling menempel padaku, membuatku terpaksa bersabar. Mungkinkah aku akan mendapatkan cintanya mereka semua? Termasuk Ayah mereka?

Kami menikah tanpa cinta, hanya karena Delia, anak bungsu pria itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windersone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Janjiku Kepada Putra Kedua Suamiku

🌻🌻🌻

Kedua putra Mas Lintang kembali ke rumah bersamaku, ku antar mereka kembali ke rumah. Setelah sampai di rumah, aku melihat mobil suamiku sudah terparkir di halaman rumah. Sejenak aku diam, memberhentikan langkah tepat di belakang mobilnya dengan kedua bocah yang tadi bersamaku berjalan lebih dulu memasuki rumah. Tumben Mas Lintang kembali ke rumah di jam kerja. Mungkinkah terjadi sesuatu?

Kakiku lanjut langkah menuju rumah. Kedua bocah yang tadi pulang bersamaku duduk loyo di sofa ruang tamu.

“Kalian kenapa? Itu kenapa Zien? Berkelahi lagi?” tanya Bu Sulis dengan suara kecil.

“Tumben Mas Lintang pulang, Bu,” ujarku.

“Dia diantar teman kerjanya ke rumah karena sempat pingsan di sana. Sekarang dia berada di kamar. Anak-anak kenapa?” tanya Bu Sulis.

“Hanya kesalahpahaman kecil, Bu. Tolong obati Zien, Bu. Aku mau melihat Mas Lintang dulu,” ucapku dan berjalan menuju kamar.

Setelah membuka pintu kamar, aku melihat Mas Lintang berbaring di atas kasur dengan selimut tebal, mungkin pria itu kedinginan. Setelah duduk di tepi kasu, Mas Lintang membuka mata dan tersenyum kepadaku.

“Mas baik-baik saja?” tanyaku.

“Iya. Ibu menghubungimu dan menceritakan kondisiku? Ibu memang tidak bisa diajak kompromi.” Mas Lintang tersenyum.

“Tidak.”

Dengan pembawaan tenang aku berbicara bersama Mas Lintang, menceritakan tentang semua yang terjadi kepada kedua putranya yang berkelahi dan bertengkar di sekolah karena masalah Shani. Entah karena kondisinya yang buruk atau karena pembawaanku yang tenang, Mas Lintang merespons baik, tidak emosi kepada kedua bocah itu.

“Mengenai Shani, sebenarnya anak itu tinggal bersama temannya. Pak Brian selalu memantaunya karena kebetulan rumah teman Shani dan Pak Brian tidak terlalu jauh. Jadi, Mas tidak perlu khawatir,” ucapku, sangat tahu gadis itu jadi beban pikirannya sejak semalam.

“Terima kasih,” ucapnya.

Kepalaku manggut-manggut.

Telapak tangan aku tempelkan ke dahi Mas Lintang, merasakan suhu tubuhnya yang lumayan panas, tetapi kedua tangan dan kakinya dingin. Kedua tangan aku gesek dan menggenggam erat kedua tangannya.

Rasanya aku tidak bisa kembali ke sekolah dan meninggalkan Mas Lintang sendirian dalam kondisi yang buruk. Ponsel yang ada di dalam tas, di atas meja aku ambil, aku menghubungi Bu Tika untuk memberitahukan mengenai aku yang tidak bisa kembali ke sekolah dan memintanya untuk mengisi jam mengajarku.

“Terima kasih, Bu Tika,” ucapku sebelum menutup sambungan telepon.

“Kamu kembali saja bekerja. Aku tidak apa-apa, tidak perlu ditunggu seperti orang sakit parah,” ucap Mas Lintang.

“Tidak apa-apa. Sekarang Mas istirahat,” ucapku sambil membantunya kembali berbaring di kasur.

Setelah membaringkannya, aku memijat kaki dan tangan Mas Lintang sampai suamiku itu kembali tertidur. Barulah aku keluar kamar dan melihat kedua putra Mas Lintang tertidur di sofa dan lebam di wajah Zien sepertinya sudah diobati. Kasihan juga melihat kedua anak itu meskipun sering membuatku kesal.

Melangkah aku menuju dapur, melihat Bu Sulis sibuk mencuci pakaian di kamar mandi. Tidak adanya mesin cuci di rumah itu membuat ibu mertuaku itu kelelahan mencuci pakaian semua anak sambungku.

“Mari aku bantu, Bu,” ucapku.

“Tidak. Nanti seragammu basah. Kembali mengajar saja.”

“Tidak apa-apa. Hari ini aku tidak masuk karena kondisi Mas Lintang. Kasihan dia. Kalau begitu, Fina buka jilbab sama seragam dulu. Mendingan Bu Sulis masak makanan siang saja, aku yang kerjakan itu,” ucapku sambil berjalan keluar dari dapur dengan langkah mundur.

Setelah keluar dari dapur, aku kembali memperhatikan kedua anak Mas Lintang. Janjiku kepada Zien kembali teringat yang belum ditunaikan. Dengan semangat aku kembali ke kamar dan mengirim pesan ke nomor Bella, meminta sahabatku itu membantuku untuk membelikan ponsel dan headphone untuk Zien karena aku tidak bisa keluar rumah.

***

Mas Lintang tidak ikut bergabung makan siang bersama kami karena kondisinya, tetapi makan siangnya aku antar ke kamar. Hanya ada aku, Bu Sulis, kedua putra Mas Lintang, dan Delia saja. Gadis kecil itu baru pulang, diantar Bella, sekaligus mengantarkan barang pesananku ke rumah satu jam yang lalu.

Ketika sedang menikmati makan siang, aku mengeluarkan tas belanja berisi ponsel dan headphone yang tadi aku pesan, aku taruh di atas meja dan mendorongnya ke arah Zien sambil menatap bocah itu dengan senyuman menggoda.

“Yang Kakak janjikan saat itu,” ucapku.

Zien melebarkan mulut tas belanjaan itu dan mengeluarkan kotak yang membungkus ponsel di dalamnya. Ia tersenyum dan menatapku, lalu menaruh kotak itu di atas meja, lanjut ia mengeluarkan headphone yang juga sudah aku janjikan padanya.

“Karena Kakak sudah memberikan padamu, kamu harus janji untuk memperbaiki nilaimu ke depannya dan kamu harus lulus dengan nilai terbaik. Kakak yakin kamu bisa. Nanti Kakak bantu,” ucapku. “Kakak tidak melarangmu memainkannya, tetapi atur jadwal untuk belajar juga. Kamu bisa?” tanyaku, lagi.

“Iya,” balasnya sambil membuka kotak yang berisikan ponsel.

“Revan, Kak?” tanya bocah itu, tampak iri.

“Revan masih kecil. Nanti saja. Nanti kalau Revan mendapatkan nilai bagus di raport, Kakak akan belikan apa pun yang Revan inginkan. Tapi, jangan ponsel. Mungkin sepeda,” balasku.

“Kakak serius?” tanyanya.

“Tentu.”

“Delia juga mau …,” sambung putri bungsu Mas Lintang dengan bibir manyun.

“Delia juga sama. Kalian harus janji sama Kakak untuk jadi anak yang baik di sekolah dan mendapat nilai yang bagus, Kakak akan kasih apa yang sudah Kakak janjikan,” ucapku untuk meyakinkan mereka.

“Kalau begitu Delia harus menggambar bagus supaya dapat nilai bagus. Tapi, hari ini nilai Delia bagus,” ujar gadis kecil itu.

“Benarkah? Hmm … karena besok adalah hari Minggu, bagaimana kalau besok kita jalan-jalan sambil belajar di taman?” tanyaku sambil melirik kedua putra Mas Lintang. “Bagaimana Zien? Sesekali kamu bisa refreshing, bawah headphone sepertinya bagus sambil menikmati suasana taman.” Aku berusaha menariknya setuju dengan ajakanku.

“Baiklah.”

***

Selesai makan siang, usai membantu Bu Sulis membersihkan dapur, aku ke kamar untuk melihat kondisi Mas Lintang. Pria itu sudah duduk sambil menggenggam ponsel dan menempelkannya ke telinga kanannya, suamiku itu sedang berbicara bersama seseorang.

Melihat kehadiranku, sambungan telepon diakhiri olehnya dan menaruh ponselnya ke atas meja. Ternyata makanan yang aku bawa tadi belum disentuh oleh Mas Lintang, masih utuh saja di atas meja.

“Kenapa belum makan, Mas? Bagaimana cepat sembuh? Setelah makan nanti, Mas baru minum obat,” jelasku yang sudah pasti diketahui olehnya.

“Aku tidak bernafsu untuk makan.”

“Mas harus makan. Anak-anak sudah makan, Mas juga harus makan. Sini, aku suapin.” Piring yang ada di atas meja aku ambil dan menyendokkan nasi yang ada di piring itu ke mulut Mas Lintang.

Selagi menyuapinya, aku bercerita, menceritakan semua yang terjadi hari ini, yang membuatku merasa semua akan baik-baik ke depannya.

1
LISA
Bener Kak..Shania over dosis bgt kurang ajarnya
Mariyam Iyam
lanjut
Darni Jambi
bagus,mendidik
Ig: Mywindersone: Terima kasih.
🥰🥰
total 1 replies
LISA
ya nih penasaran jg..koq bisa yg menculik itu mengkambinghitamkan Fina..pdhl Fina yg sudah menolong Shani..
LISA
Moga dgn kejadian itu Shani sadar dan tidak memusuhi Fina lg jg mau menerima Fina sebagai Mamanya
Darni Jambi
upnya yg rutin kak,
Darni Jambi
kok ngak up2 to mbk ditungguin, bagus critanya
LISA
Ya nih Kak
LISA
Pasti ibunya anak²
LISA
Ya Kak..Fina bijak bgt..salut deh sama Fina..istri yg pengertian
LISA
Pasti ke rmhnya Delia
LISA
Aq mampir Kak
Rina Nurvitasari
semangat terus thor
Rina Nurvitasari
mampir dulu thor semoga ceritanya menarik dan bikin penasaran...

semangat terus rhor💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!