NovelToon NovelToon
Menikahi Tuan Danzel

Menikahi Tuan Danzel

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:229.2k
Nilai: 4.9
Nama Author: Aquilaliza

Penyelamatan yang dilakukan Luna pada seorang Kakek membawanya menjadi istri dari seorang Danzel, CEO dingin yang tak memepercayai sebuah ikatan cinta. Luna yang hidup dengan penuh cinta, dipertemukan dengan Danzel yang tidak percaya dengan cinta. Banyak penolakan yang Danzel lakukan, membuat Luna sedikit terluka. Namun, apakah Luna akan menyerah? Atau, malah Danzel yang akan menyerah dan mengakui jika dia mencintai Luna?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquilaliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kedatangan Ayah Dan Ibu Luna

Danzel menggulingkan badannya ke samping, menjauh dari tubuh Luna. Wajahnya terlihat begitu tak bersahabat. Dia turun dari ranjang dan berjalan mendekati pintu. Sementara Luna, dia menarik nafasnya panjang, cukup lega karena ada yang menolongnya di saat-saat seperti ini. Jujur dia belum siap melakukan hal yang Danzel minta.

"Maaf, Tuan." Terdengar suara Bibi Berna. Wanita itu menunduk tak menatap wajah dingin Danzel. Laki-laki itu benar-benar terlihat menyeramkan sekarang.

Luna yang penasaran bergegas meninggalkan kasur dan menghampiri mereka. Dia memeluk lengan Danzel saat berdiri di sebelah suaminya itu.

"Ada apa, Bi?" tanya Luna lembut.

Bibi Berna mendongak menatap Luna. Dia hendak berbicara, tapi fokusnya langsung tertuju pada leher Luna. Dia kembali menunduk, menyembunyikan senyumannya.

Tuan dan Nyonya.... Akkhhh.... Marry pasti senang saat aku memberitahunya nanti. Batin Bibi Berna.

"Jika tidak ada yang penting, kau kembalilah!" seru Danzel dingin. Rasa kesalnya bertambah saat Bibi Berna tak menjawab pertanyaan Luna.

"Ah, maaf Tuan, Nyonya. Saya kesini untuk memberitahu Tuan dan Nyonya. Di lantai bawah, ayah dan ibu Nyonya datang berkunjung," ucap Bibi Berna.

"Ayah dan Ibuku?" tanya Luna antusias. Dia tersenyum lebar ketika Bibi Berna mengangguk. "Aku akan segera turun," ucapnya, hendak berjalan meninggalkan Danzel dan Bibi Berna yang masih berdiri. Tapi, Danzel dengan cepat menahannya.

"Danzel aku mau ketemu ayah dan ibu," ujar Luna.

"Iya, aku tahu. Tapi...." Danzel menjeda ucapannya, membuat Luna menatapnya dengan kening mengerut.

"Tapi apa?"

Danzel terdiam. Dia sebenarnya ingin mengatakan pada Luna untuk menutup bekas perbuatannya di leher Luna. Tapi, dia tiba-tiba ingin mengerjai istrinya itu.

"Tapi apa, Danzel?"

"Tidak ada. Aku hanya ingin kau menungguku," ucapnya, yang langsung mendapat cubitan kecil di perutnya oleh Luna.

"Ya sudah. Ayo, kita temui ayah dan ibu?"

"Ayo! Aku ambil handphone dulu." Danzel berbalik masuk untuk mengambil handphonenya. Setelah itu, dia keluar dan langsung menggandeng Luna. Keduanya berjalan bersama menuju lantai bawah.

Langkah mereka langsung menuju ruang tamu. Ketika melihat ibu dan ayahnya duduk di sana, Luna melepas genggaman Danzel dan langsung berlari ke arah kedua orang tuanya.

"Ibu, Luna rindu pada Ibu," ucapnya sedikit merengek sambil memeluk sang Ibu.

Vaela tersenyum dan balas memeluk putrinya. Luna masih saja manja. "Ibu juga merindukanmu," balas Vaela.

"Kau tidak merindukan ayah?"

Luna melepas pelukannya dari sang ibu, dan beralih pada Ayahnya. Tapi, saat dia hendak memeluk, sang Ayah malah menahannya untuk tidak memeluk. Hal itu membuat Luna menatap sendu Ayahnya.

"Kenapa?" tanya Luna sedih. "Ayah tidak merindukanku?"

"Ayah merindukanmu. Tapi...." Basil menjeda ucapannya lalu menoleh pada sang istri sambil tersenyum. "Bu, sepertinya kita akan segera mendapat kabar baik mengenai calon cucu kita," ucap Basil, Ayah Luna dengan perasaan senang.

Vaela tersenyum dan menatap Luna. Dia sudah melihat tanda di leher putrinya itu. Dia sengaja berpura-pura tidak tahu. Tapi malah suaminya yang berbicara.

"Ibu sangat senang, Yah. Tidak sabar Ibu mendengar kabar baik itu," sahut Vaela.

Luna yang tidak paham maksud kedua orang tuanya pun menatap bingung kedua orang itu. Sementara Danzel, dia hanya diam tak menampilkan ekspresi apapun. Tapi, dalam hatinya, dia benar-benar ingin tertawa melihat ekspresi bingung Luna.

"Ayah, Ibu, siapa yang kalian bicarakan? Siapa yang akan memberi kalian kabar baik tentang calon cucu?" tanya Luna. Dia penasaran sekaligus ikut merasa senang. Mungkin dari keluarga besarnya akan memberikan kabar baik mengenai kehamilan.

"Siapa?" tanya balik Basil pada putrinya yang dibalas anggukkan oleh gadis itu. "Putri Ayah dan Ibu hanya kau. Jadi, kami akan mendapatkan kabar baik mengenai calon cucu kami dari kau dan Danzel."

"A-aku?"

"Iya. Kenapa? Ada yang salah?" ucap Vaela.

"Ibu, Ayah, aku dan Danzel—"

Ucapan Luna langsung terhenti saat melihat jari sang Ayah mengetuk-ngetuk lehernya sendiri sambil menatap ke arah lehernya. Spontan Luna menyentuh lehernya dan mulai sadar, jika tadi Danzel melakukan sesuatu pada lehernya. Wajahnya seketika memerah karena malu.

Dia lalu menoleh pada Danzel dengan perasaan kesal. "Danzel," ucapnya sambil mencubit perut Danzel.

"Shh.... Sakit, Luna," ucapnya. Tapi detik berikutnya dia terkekeh melihat ekspresi Luna.

Basil dan Vaela terdiam sambil menahan senyum. Kedekatan Danzel dan Luna membuat hati mereka bahagia. Kebahagiaan semakin membuncah kala melihat tawa Danzel terurai. Mereka sudah menganggap Danzel seperti putra mereka. Mengingat masa lalu Danzel yang kurang beruntung, dan melihat Danzel yang sekarang tersenyum bahagia membuat mereka merasa sangat senang.

Luna langsung berjalan meninggalkan Danzel dan kedua orang tuanya. Danzel hendak mengikutinya. Seolah tahu, Luna menghentikan langkahnya dan berbalik.

"Jangan mengikutiku!" peringatnya, kemudian melanjutkan jalannya.

Danzel kembali menahan senyumnya. Luna terlihat sangat menggemaskan. Jika tidak ada kedua orang tua Luna sekarang, dia mungkin tidak akan mengindahkan peringatan Luna.

"Kalian hidup dengan baik, kan?" tanya Basil, sekedar memastikan walaupun hatinya sudah benar-benar yakin, bahwa hubungan Luna dan Danzel semakin baik.

"Tentu saja, Ayah," jawab Danzel mendudukkan dirinya di sofa, bersama dua mertuanya. Basil dan Vaela tersenyum. Mereka begitu senang ketika Danzel memanggil Ayah dengan santai tanpa rasa canggung seperti sebelumnya.

"Ibu dan Ayah senang melihat kalian seperti ini. Tapi, yang tadi di leher Luna.... Apa kalian...."

Danzel menarik sudut bibirnya membentuk senyum. Dia lalu menggeleng pelan, menjawab pertanyaan sang Ibu mertua. "Aku hanya sekedar menjaili Luna. Kami tidak melakukan apapun."

"Melakukan apapun juga tidak masalah. Kalian adalah pasangan suami istri," sahut Basil yang memiliki harapan besar pada putrinya dan sang menantu.

Ketiga orang itu sedikit berbincang. Tak lama, Bibi Marry datang dengan membawakan minuman.

Sementara di kamar, Luna menatap dirinya di cermin sambil merengut kesal. Danzel benar-benar membuatnya malu di depan orang tuanya sendiri.

"Awas saja! Aku tidak ingin berbicara denganmu lagi!" gumam Luna, sambil mengoleskan foundation di lehernya, tepat di tanda yang Danzel buat. Setelah itu, dia kembali ke ruang tamu menemui kedua orang tuanya.

Melihat kedatangan Luna, membuat Basil dan Vaela kembali menahan senyum. Apalagi melihat tanda di leher Luna yang sudah tak terlihat. Mereka sangat ingin tertawa.

Danzel menatap Luna yang berjalan acuh melewatinya. Ia yakin, istrinya itu pasti sedang kesal padanya.

"Luna merindukan Ayah dan Ibu," rengek Luna, memeluk kedua orang tuanya secara bersamaan.

"Ayah juga merindukanmu. Tapi, sekarang kau sudah menikah. Kurangi sikap manjamu," ucap Basil menasihati.

"Tidak apa-apa Ayah. Aku justru menginginkan Luna bersikap manja seperti itu padaku."

Luna melirik suaminya sekilas, kemudian membuang wajahnya ke arah lain. Dia tidak ingin menatap suaminya itu. Dia sedang kesal pada Danzel.

"Jangan dengarkan orang lain, Ayah," ucap Luna, membuat sang Ibu langsung mencubit lengannya. "Shh... Ibu, kenapa mencubitku?"

"Itu karena kau mengatai menantu Ibu orang lain," balas Vaela, membuat Luna memanyunkan bibirnya kesal.

Setiap tingkah Luna bersama kedua orang tuanya tak sedikitpun terlewat dari pandangan Danzel. Istrinya terlihat sangat menggemaskan. Jika tak mengingat bahwa yang datang adalah kedua mertuanya, sudah dia pastikan akan membawa Luna kembali ke kamar.

1
Rai
gak twins ya...
Mamake Zahra
mampir thor kelihatannya seru durasinya panjang 👍👍👍
Yolanda_Yoo
🥰🥰
rosalia puspita
Luar biasa
Rai
disokong
Rai
jadikan anak danzel dan Luna twins ya Thor supaya adil, kembar tidak identik lelaki dan perempuan, naa adil tu
Jenny Jn Johnny
Luar biasa
🍏A↪(Jabar)📍
next
🍏A↪(Jabar)📍
*Suasana
🍏A↪(Jabar)📍
*si suster 🙏
Aquilaliza: Makasih atas koreksinya kak 🙏
total 1 replies
Diana
bangun tidur cap cup pede banget. luna tidurnya ileran gak sih? 🤭
Entin Wartini
lanjuuuut thor
RoSz Nieda 🇲🇾
❤️
Christine Liq
Luar biasa
Entin Wartini
lanjuuuuuuut
Entin Wartini
lanjut thor
🍏A↪(Jabar)📍
up
Diana
baru ketemu cerita ini langsung gak bisa berhenti baca walaupun mata sdh sepet krn baca sampai dini hari🧐
🍏A↪(Jabar)📍
lanjut
Diah Anggraini
guut danzel
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!