Putri Sophia, seorang pewaris muda dari Kerajaan Fullmoon, hidup dalam kemewahan dan kebahagiaan di istana. Namun, segalanya berubah ketika ayahnya, Raja Erick, menikahi seorang permaisuri baru bernama Ratu Evelyn. Evelyn memiliki niat jahat untuk merebut takhta Fullmoon dan menjadikan anaknya sebagai penerusnya.
Dalam waktu singkat, Evelyn melahirkan seorang putra. Namun, ia memanfaatkan kesempatan ini untuk menghasut Raja Erick dan memfitnah Putri Sophia. Dengan tuduhan palsu, Sophia dijatuhkan dari takhta dan diasingkan dari istana. Ia harus hidup dalam keadaan yang sulit dan kehilangan segalanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gestiagt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjalanan
"Ikuti Aku, kamu harus beristirahat setelah perjalanan jauh."
Sophia mengangguk, Ia sendiri merasa sangat lelah selama tiga hari ia melewati hutan untuk mencapai tempat ini. Walaupun ia terpukau dengan keindahan Sevia. Namun tubuhnya sudah tidak bisa bekerja sama lagi, ia rasanya ingin beristirahat.
"Baiklah Lilac."Jawab Sophia singkat.
Mereka memasuki sebuah bangunan seperti istana, ia melewati lorong-lorong yang dimana para Elf memperhatikannya.
Ketika Sophia melangkah masuk ke ruangan itu, dua elf perempuan menyambutnya. Satu di antaranya terlihat jutek dengan ekspresi wajah yang serius, sedangkan yang lainnya tampak ramah dengan senyum hangat di bibirnya.
"Jangan pikir bahwa kamu bisa berlaku seenaknya di sini. Ada aturan yang harus diikuti." Katanya dengan dingin, sambil menyilang dada.
Walaupun Sophia merasakan kejutekan dari elf pertama, namun dia memutuskan untuk tetap tenang dan hormat.
"Aku mengerti. Aku sama sekali tidak bermaksud membuat masalah disini" Jawab Sophia dengan ramah.
Elf yang ramah tersenyum menyela percakapan."Namaku Elenia. Jangan pedulikan Fiona, dia hanya agak keras kepala, Tuan Putri."
Namun Fiona mendengus ringan tanpa memberikan respon. Sophia mengangguk menghormati.
Fiona memiliki ciri-ciri seorang elf yang anggun, tinggi, dan memiliki rambut panjang berwarna hitam pekat. Ekspresinya sering terkesan serius, dan matanya yang tajam mencerminkan kecerdasan dan kekuatan.
Di sisi lain Elenia memiliki tampilan yang lebih lembut dan ramah. Rambutnya berwarna pirang cerah, dan matanya penuh dengan kebaikan.
"Senang bertemu kalian berdua, Elenia. Terima kasih atas sambutan hangatnya." Ucapnya lembut.
Sophia merasa perlu membina hubungan baik dengan para makhluk di sana. Setiap langkahnya di dunia ini terasa sebagai ujian, dan sikapnya dapat memengaruhi nasib mereka semua. Ia sadar disini orang orang mungkin masih meragukannya.
Fiona berdiri di depan Sophia dengan tatapan tajam, ekspresinya masih penuh kebencian terhadap manusia. Sophia bisa merasakan aura kesal dan ketidakpercayaan dari Fiona."Kenapa kau baru datang sekarang? Kau menunggu kami musnah?" Tanyanya tajam.
Sophia merasa tertantang oleh sikap Fiona, namun dia memilih untuk tetap tenang."Maaf, Namun aku baru tahu semua ini dan..''
"Fiona kamu sudah keterlaluan!" Sergah Elenia.
Fiona masih terlihat skeptis, tapi Sophia berusaha memahami bahwa kebencian ini mungkin karena pengalaman buruk yang pernah dialami oleh makhluk-makhluk di dunia ini.
"Tidak apa apa Elenia, aku mengerti"
"Kau tahu? Sebenarnya aku tidak percaya manusia lagi!"Desisnya tajam.
Sophia berusaha memilih kata-kata dengan bijak, menyadari bahwa kepercayaan tidak bisa diperoleh dengan mudah."Aku tidak akan memaksamu untuk percaya. Biarkan tindakan aku membuktikan niat baikku"
Sophia berharap dapat merubah persepsi Fiona tentang manusia. Meski sulit, dia bertekad membuktikan bahwa gadis ini tidak membawa malapetaka, melainkan harapan untuk semua makhluk di dunia ini.
Tetapi untuk menghilangkan keraguan mereka, ia akhirnya memutuskan apa yang sebenarnya terjadi Sophia dengan suara lembutnya menceritakan perjalanan panjangnya, bagaimana kehidupannya di kerajaan Fullmoon yang kini dipimpin oleh Ibu Tirinya. Dia menyampaikan rasa kehilangan atas Lady Marie, orang yang selalu ada untuk nya. Dan juga sahabatnya Peter yang tidak tahu nasibnya.
"Kegelapan merayap di setiap sudut kerajaan Fullmoon Rakyat tak lagi bebas. Aku merasakan keadilan terkoyak dan diinjak-injak. Kehidupanku yang tenang hancur dalam sekejap mata. Dan kemudian aku tiba di sini, di dunia ini yang penuh misteri." Sahutnya penuh emosi.
Sophia merinci pertemuannya dengan Thalia, petualangannya di hutan, dan upayanya untuk mencari kebenaran. Wajahnya penuh dengan ekspresi penderitaan, dan matanya mencerminkan keinginan untuk mendapatkan dukungan dan pemahaman dari makhluk-makhluk di sekitarnya.
"Maafkan sikapku sebelumnya, Putri Sophia. Aku tidak tahu betapa sulitnya perjalananmu." Ucapnya penuh penyesalan.
"Kau tak sendiri, Putri Sophia. Kami di sini untukmu. Perjuanganmu adalah perjuangan kami juga." Kata Elenia dengan penuh simpati.
" Maafkan aku, Fiona,Elenia. Seharusnya aku tidak membebani kalian dengan cerita kesedihanku di tengah penderitaan yang kalian alami di sini."
" Tidak perlu meminta maaf," Jawab Fiona.
Sementara Elenia tersenyum lembut dan menggenggam tangan Sophia."Kau adalah bagian dari kami sekarang.kita bersama-sama mengatasi segala rintangan."
Sophia merasa hangat dengan penerimaan dan dukungan mereka. Meskipun perjalanan menuju pewaris sah belum berakhir, dia merasa memiliki teman-teman sejati di dunia yang baru ini.
Akhirnya Lilac bersama Sophia berjalan menuju ruangan yang tenang dan nyaman, dipenuhi dengan bau harum bunga-bunga yang mengisi udara. Ruangan itu dihiasi dengan rumbai-rumbai hijau yang melambai di langit-langit, yang menciptakan suasana damai.
"Mau tidak mau, kau harus terbiasa dengan dunia ini." Sahut Lilac. Peri kecil itu selalu terbang mengelilinginya.
Sophia mengangguk kecil, merasakan keterbukaan dan keramahan dari makhluk-makhluk di sekitarnya. Ia berjalan melintasi kamar ini Ada tempat tidur berbalut selimut lembut dan jendela besar yang membiarkan cahaya masuk ke dalam.
"Terima kasih, Lilac. Aku sangat berterima kasih atas segala bantuannya."
Lilac tersenyum ramah, memahami bahwa beban tanggung jawab telah turun ke pundak Sophia.
"Kau harus kuat Putri! Aku akan selalu membantumu!"
Sophia duduk di tepi ranjang, menatap bulan yang bersinar cerah di langit malam. Cahayanya menyinari wajahnya yang penuh pemikiran. Dalam kedamaian malam, ingatannya membawanya kembali ke masa lalu .
Bayangan eksekusi Lady Marie, pengkhianatan, dan kehilangan orang-orang yang dicintainya terus menghantuinya. Penderitaan dan keputusasaan terasa begitu nyata. Sophia merasa sendirian di tengah malam yang sunyi.
Seiring air mata mengalir, Sophia berbicara pada bulan, "Mengapa takdirku membawaku ke sini? Apakah aku benar-benar gadis yang ditakdirkan untuk menyelamatkan fullmoon?" Suara bisikan di dalam hatinya mencari jawaban dari bulan yang bersinar begitu terang.
Dalam keheningan malam, Sophia merenung tentang Peter, Sahabatnya yang telah bersumpah untuk menyelamatkannya. Keprihatinan dan kerinduannya terhadap Peter menyatu dalam kegelapan.
"Apakah Peter baik-baik saja?" gumamnya pada dirinya sendiri. Hatinya dipenuhi kekhawatiran, tidak tahu di mana sahabatnya berada. Sophia berharap dengan segenap hati bahwa Peter juga menemukan jalan menuju kebebasan, seperti yang telah dijanjikannya sebelumnya.
Ia sama sekali tidak ingin berpikir bahwa Peter sudah tiada, Tidak. Ia tahu Peter bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Apalagi ada Ayahnya yang seorang jenderal, Malam itu ketika Peter berjanji akan kembali Sophia merasakan tekad pria itu. Ia tidak akan berkhianat kan? Dari kecil mereka sudah bersama.
Sophia menggenggam erat kalung warisan dari ibunya, sebuah peninggalan berharga yang selalu ia kenakan. Kalung itu menjadi simbol kekuatan dan kenangan, mengingatkannya pada ibunya yang telah tiada. Dalam kegelisahan dan keheningan malam, Sophia merasa kehadiran ibunya seperti melindungi dan memberinya keberanian untuk melangkah maju.
"Aku tidak akan menyerah! Evelyn kau harus membayar apa yang telah kau lakukan!"
bagus dan mudah di pahami alur
critanya..
ayo berjuang menjd gadis yg kuat dan cerdas Shopia serta punya
strategi yg pintar untuk melawan evelyn