NovelToon NovelToon
Hunter System

Hunter System

Status: tamat
Genre:Tamat / Sistem / Kebangkitan pecundang / Epik Petualangan / Solo Leveling
Popularitas:1.3M
Nilai: 4.8
Nama Author: MeowMoe

IG : @_meowmoe_

🥇Juara 1 - lomba menulis : Hunter X Dungeon

Hunter System (Sistem Pemburu)

Di balik sebuah gerbang Dungeon terdapat beragam monster yang berasal dari dunia lain.
Monster-monster yang kapan pun siap menginvasi umat manusia di Bumi.

Alvin, seorang Hunter berperingkat rendah yang selalu diejek oleh teman-temannya saat masih berada di Akademi Hunter, hampir saja tewas di dalam sebuah Dungeon saat rekan dalam tim raid mengorbankannya sebagai umpan pada para monster.

Saat sekarat, Alvin tiba-tiba mendengar suara robot elektronik terngiang di kepalanya.

["Aku adalah Sistem Pemburu, aku akan membantumu memburu para monster dan makhluk apa pun yang mengganggumu."]

Walaupun Alvin meragukan suara dari sistem yang telah masuk ke dalam pikirannya, pada akhirnya ia menerima bantuan Sistem Hunter, yang berjanji akan menjadikannya sebagai pemburu terkuat di dunia. Seorang pemburu yang akan menghabisi seluruh monster di Dungeon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MeowMoe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27 - Berburu Di Dungeon Peringkat C

Setelah melakukan perjalanan selama satu setengah jam naik ke sebuah daerah pegunungan, ketujuh hunter itu akhirnya tiba di depan gerbang Dungeon yang mereka tuju.

Seperti biasa, hunter-hunter yang melakukan raid atau penjarahan ilegal biasanya langsung mengecek energi sihir gerbang sebelum mereka masuk kedalamnya. Namun, tim yang hanya beranggotakan 8 hunter ini, termasuk Alvin, sama sekali tidak memiliki alat pendeteksi gerbang dan itu membuat Alvin sedikit bingung.

“Kalian hanya membawa ransel, ransum dan kapak untuk menambang? Kenapa kalian tidak mengukur energi sihir gerbangnya dulu? Bagaimana jika ini gerbang peringkat tinggi?” tanya Alvin pada Raymond.

Raymond dan hunter lain tampak malu saat Alvin menanyakan hal itu.

“Bro…, tadi aku sudah cerita, kan? Lebih dari setengah hunter yang berada dalam organisasi kami sebelumnya telah memisahkan diri dan mengikuti Lawrence. Sebenarnya, mereka adalah hunter-hunter awal yang biasanya melakukan penjarahan ilegal ini. Jadi, alat pendeteksi itu mereka yang memilikinya.”

Alvin menghela nafas panjang. Ia menanyakan hal itu karena Sistem memberitahu padanya bahwa dia harus berhati-hati dalam menjaga rekan-rekannya itu karena yang berada di hadapan mereka ini adalah gerbang Dungeon berperingkat C.

“Kalau begitu hati-hatilah,” ucap Alvin pada mereka sebelum ia masuk ke dalam gerbang terlebih dahulu.

Ketujuh hunter yang sudah ditinggalkan, saling bertatapan antara satu dan lainnya dengan bingung.

"Apa ada maksud tersembunyi dari kata-katanya?"

......................

Untungnya, keadaan di dalam Dungeon tidak gelap. Andai saat itu malam hari, mereka pasti akan kesulitan di sana karena mereka juga tidak memiliki lampu portabel yang biasanya menjadi salah satu perlengkapan raid utama yang harus di bawa.

"Mereka ini orang-orang yang mempertaruhkan nyawa secara konyol," pikir Alvin, saat mengetahui hal itu.

Cuaca di dalam Dungeon itu lumayan cerah. Jika tidak ada energi sihir yang menghalangi wilayah Dungeon itu di atas sana, mungkin matahari akan menyinari tempat itu dengan cahayanya yang hangat.

Begitu ia tiba di dalam Dungeon itu terlebih dahulu, Alvin langsung membuka peta dari Dungeon tersebut dan melihat lokasi-lokasi keberadaan monster dan kristal sihir lalu menghafalkan letak-letaknya.

Ia bahkan tidak mendengarkan Raymond Wildan, selaku ketua tim, saat memberikan arahan pada mereka.

“Bro, apa kau mengerti apa yang ku katakan?” tanya Raymond, yang menyadarkan Alvin dari keadaan saat ia masih melihat-lihat peta transparan di hadapannya.

Bukannya menyahuti Raymond, Alvin malah bertanya balik, “Apa ada di antara kalian yang membawa tablet?”

Mereka menggeleng.

“Kami hanya membawa ponsel. Membawa benda seperti itu ke dalam Dungeon sangat mengganggu dan lagi di sini tidak ada sinyal.”

“Kalau begitu, apa ada yang membawa kertas dan pulpen?”

Raymond tertawa.

“Bro, untuk apa kami membawa benda seperti…”

“Aku membawa buku agenda,” sahut salah satu hunter.

Mereka semua menatap hunter itu dengan tatapan tak percaya karena di zaman ini masih ada seseorang yang masih memiliki sebuah buku agenda.

“Bagus!” seru Alvin.

Setelah Alvin menerima buku itu darinya, Alvin mulai menggambarkan lokasi keberadaan kristal sihir dan lokasi monster yang harus mereka hindari.

“Ini adalah lokasi keberadaan kristal sihir dan lokasi keberadaan monster. Kalian hanya boleh pergi ke daerah yang ada kristal sihirnya dan hindari lokasi yang ku tandai silang ini. Mengerti?”

Raymond mengambil buku agenda itu dari tangan Alvin. Lalu, bersama enam hunter lain, ia memerhatikan coretan-coretan yang berada di sana.

Ketujuh hunter itu menatap coretan dengan dahi berkerut yang kerutannya bahkan mengalahkan kerutan pada dahi kakek-kakek yang sudah berusia senja.

Di sana, Alvin hanya menggambar kotak-kotak yang merupakan lokasi keberadaan kristal sihir.

Ia tidak menggambar jalan atau jarak yang harus mereka tempuh. Tidak ada ciri-ciri benda yang menunjukkan lokasi kristal juga di sana seperti pohon, bukit, sungai dan sebagainya.

Sistem tertawa saat melihat ketujuh hunter itu tampak kebingungan.

‘Apa yang kau tertawakan?’

[“Gambarmu. Apa yang kau gambar? Gambar mu itu justru akan membuat mereka kebingungan dan ragu alih-alih menunjukkan lokasinya.”]

‘Yah, mana mungkin aku bisa mengikuti gambar di peta yang Rimi beri ini?’

[“Ambil kembali buku itu. Pegang saja buku dan pulpennya. Biar aku yang menggambarkan untuk mu.”]

‘Kenapa tidak kau lakukan itu dari tadi?’

[“Aku hanya ingin melihat seberapa bagus skill menggambar mu,”] Sistem tertawa lagi setelah mengatakan itu.

Suara tawanya sebenarnya sangat imut. Tapi apa yang ia katakan selalu berhasil membuat Alvin kesal.

Alvin akhirnya meminta kembali buku agenda tersebut.

Apa yang Alvin gambar selanjutnya membuat ketujuh hunter itu sangat takjub.

Jangankan mereka. Alvin yang menggambar peta itu dengan tangannya sendiri bahkan sangat takjub.

Gambar itu seperti sebuah foto.

“Wow…, kau sangat berbakat melukis, bro! Ini seperti sebuah foto!” puji salah seorang hunter.

“Kau bahkan menggambarnya hanya dalam beberapa menit saja. Gerakan tangan mu yang cepat itu benar-benar seperti seorang maestro seni lukis,” puji hunter lain dengan asal-asalan.

Ia hanya mengatakan itu karena rasa kagumnya saja. Ia bahkan tidak tahu apakah seorang maestro seni lukis bisa menggerakkan jemarinya secepat Alvin atau tidak.

“Tsk… Sudahlah. Pokoknya, ikuti saja peta itu," ucap Alvin yang merasa malu menerima pujian yang sebenarnya bukan miliknya.

“Tapi…, kau tahu dari mana lokasi-lokasi ini?” tanya Raymond.

Alvin terdiam.

‘Benar juga. Karena mengkhawatirkan mereka aku jadi tidak memikirkan jika mereka akan curiga dan bertanya tentang hal itu.’

Alvin menarik nafas panjang. Ia kemudian menatap ketujuh hunter di hadapannya dengan tatapan dingin dan mengancam.

“Kalian tidak perlu mengetahui hal itu. Ikuti saja arah peta nya,” ucap Alvin yang kemudian berbalik pergi meninggalkan mereka. Ia tidak ingin berlama-lama lagi di situ hanya untuk mengarang sebuah kebohongan.

Di tatap seperti itu membuat mereka merasakan tubuh mereka menggigil. Tatapannya bagaikan tatapan seorang hunter peringkat tinggi. Belum lagi auranya yang mengancam.

“Bukankah dia hunter peringkat F? Dia berada satu tingkat di bawah kita, kan?”

Sementara mereka masih saling berbisik, Raymond berlari menghampiri Alvin. Ia kemudian berbicara pada Alvin dengan suara pelan.

“Bro. Kau sendiri…, apa kau akan memburu monsternya?”

Alvin mengangguk. Ia merasa tidak perlu menyembunyikan hal seperti itu dari Raymond yang sudah tahu ia juga memburu semua monster di Dungeon sebelumnya.

“B-baiklah…, hati-hatilah ok?”

“Tentu,” sahut Alvin yang kemudian pergi meninggalkan mereka begitu saja.

......................

Alvin akhirnya mulai berburu monster berjenis lizardman yang menjadi penghuni Dungeon itu.

Walaupun ia sering melihat gambar mereka saat masih mengikuti pelatihan di Akademi dulu, namun ini adalah pertama kalinya ia bertemu monster itu langsung.

Lizardman bertarung layaknya manusia. Mereka menggunakan pedang, tombak dan panah sebagai senjata. Mereka baru akan menyemburkan racun dari mulut saat sudah dalam keadaan terdesak.

Di sini, Alvin bertarung menggunakan job Warrior nya atas instuksi dari Sistem Pemburu. Sistem memintanya untuk melatih teknik bertarung menggunakan tombak yang baru ia pelajari dari quest bulanan yang juga baru didapatkannya.

Alvin juga kebetulan ingin mencoba tombak baru yang sudah Sistem tempa untuknya.

Dengan tombak panjang di tangannya, walaupun ia di keroyok oleh puluhan lizardman, Alvin yang kini sudah berada di peringkat B itu dapat mengalahkan semua pengeroyoknya dengan mudah. Ia bahkan tidak terlalu banyak bergerak dari tempatnya berdiri seperti biasanya yang harus bertarung sambil berlarian kesana-kemari.

Alvin hanya menunggu monster-monster mendatangi dan mengepungnya, sebelum akhirnya menghabisi mereka semua.

Setelah memastikan kemampuannya bertarung di 6 lokasi berbeda dan sudah membunuh ratusan monster, Alvin akhirnya mengambil waktu untuk duduk beristirahat.

‘Aneh... Setahuku, untuk bisa memenangkan pertempuran di Dungeon peringkat C, sebuah tim harus memiliki setidaknya 5 hunter peringkat B, 10 hunter peringkat C dan sisanya boleh hunter peringkat D dan E. Kenapa aku bisa membunuh mereka semua seorang diri?’

Karena bingung dengan Dungeon yang tampak sangat mudah baginya, Alvin akhirnya memutuskan untuk menanyakannya saja pada Sistem.

“Sistem. Apa sebenarnya peringkat ku sekarang?”

[“Tsk… apa kau tidak lihat di jendela status mu? Kau peringkat B.”]

“Aku bertanya jika peringkat ku dikonverensikan dengan zaman ini.”

[“Kau tidak perlu tahu. Kau malah akan malas berlatih nanti.”]

“Tsk… aku tahu kalau kau pasti akan mengatakan itu.”

Saat masih berdebat dengan Sistem yang berada di kepalanya, Alvin tiba-tiba mendengar suara pergerakan dari dalam semak belukar di belakangnya.

Ia mengambil kembali tombak yang tadi diletakkannya di samping tubuhnya, lalu berdiri perlahan dan berlari secepat mungkin ke arah semak dengan tombak di tangannya.

1
Akbar
Luar biasa
Nika: thank you kak 💖🙏
total 1 replies
Argon wisnu handoko
good
Argon wisnu handoko
keindahan mata-mata
Akbar
Luar biasa
𝒮🍄⃞⃟Mѕυzу​​​᭄
.
AHMAD BAIHAKI
Luar biasa
Nika: thank you kak 💖🙏
total 1 replies
Another Heaven
good!
Madara_kw
Aku madara mengakui novel ini sebagai novel terhebat pernah kubaca
karyaku: hi kk, mampir yuk di cerita author." transmigrasi menjadi istri mafia " jangan lupa ya, di jamin seru deh.
Nika: terharu 😭
total 2 replies
Madara_kw
novelnya seru kak endingnya juga ok kok
Nika: terima kasih kak 💖🙏
total 1 replies
Madara_kw
seru terus happy ending?hahaha liat sendiri lah/Chuckle/
Nika: thank you kak 💖🙏
total 1 replies
Madara_kw
nah ini nih yang dikatakan happy ending,kalo sad ending alvin hilang orh dicintai,kalo bad ending dunia musnah,kalo perfect ending ga ada yang mati ato kehilangan orang tersayang kayak alvin kehilangan mina #INEEDPERFECTENDING/Sob/
Madara_kw
kok nangis ya ketika tau angka 10 itu
Nika: ada cerita tentang Mina kak di novel satunya Godess Of War
total 1 replies
abdillah musahwi
banyak kali ESnya, nggak kedinginan tuh😁
Nika: wkwkkwk /Joyful/
total 1 replies
abdillah musahwi
selamat meninggal Shiva🙋
Nika: /Smirk/
total 1 replies
Razfiqh
hrs nya begitu kan? "hingga kini ia berada di level 62" kl gini kan kek kurang pas aja "hingga ia kini berada di level 62"
Ridwan Maulana
Luar biasa
Nika: thank you kak 🙏💖
total 1 replies
abdillah musahwi
sistem geblek😁
abdillah musahwi
sistemnya nakalan 😁😁😁😁
Razfiqh
Bodoh.... knp ninggalin surat njingg....kan bisa nanti ngomong berdua
Tatang
makin lama baca makin ga ngerti inti cerita nye kasihan otak gue yg minimalis ini...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!