NovelToon NovelToon
Pesona Istri Titipan

Pesona Istri Titipan

Status: tamat
Genre:Tamat / Hamil di luar nikah / Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:382.7k
Nilai: 4.8
Nama Author: Wiji

"Shaka! Nimas sedang hamil anakku. Tolong nikahi dia, jaga dia seperti kau jaga orang yang kau cintai. Ada darahku yang mengalir di janin yang sedang di kandung. Terima kasih."

Itu adalah amanah terakhir dari Bryan, Kakak dari Shaka. Sejak saat itu Shaka benar-benar menjalankan amanah dari sang Kakak meskipun ia sendiri sudah memiliki kekasih yang ia pacari selama dua tahun.

Tidak mudah bagi Shaka saat sedang menjalani apa yang sudah di amanahkan oleh Bryan. Berbagai tentangan dari sang kekasih dan juga kedua orang tuanya tak bisa ia hindari.

Mampukah Shaka menjalani bahtera rumah tangga dengan wanita yang bahkan belum ia kenal? Sampai kapan Shaka kuat menjalankan amanah yang di limpahkan padanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wiji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27. Pertengkaran Pertama

Saat terdengar ayam berkokok, posisi pengantin baru itu masih tetap sama seperti semalam, yakni berpelukan dengan erat. Shaka bangun lebih dulu daripada Nimas. Ia mengulangi apa yang ia lakukan semalam, memandang istrinya dengan lekat. Ia tidak tahu apa yang membuat Nimas begitu menarik di matanya. Nimas adalah wanita yang sederhana, dari segi penampilan maupun dari segi apapun, tapi pesonanya sungguh tidak bisa membuat orang lain berpaling ketika sudah menatap wajah Nimas dari jarak dekat.

Sekarang aku tahu apa yang membuat Kak Bryan sampai melakukan kesalahan fatal.

Saat sedang asik menikmati wajah ayu bangun tidur ala Nimas, tiba-tiba wanita itu menggeliat.

"Kamu udah bangun, Mas? Kok nggak ngebangunin aku?" tanya Nimas dengan suara yang masih serak khas bangun tidur.

"Memang kenapa?"

"Harusnya kamu bangunin aku, biar aku bisa bantu-bantu di dapur. Nyiapin makanan buat kamu. Aku, kan menantu di sini, nggak enak kalau nggak ngapa-ngapain. Bangun kesiangan pula." Nimas beranjak duduk dan hendak menyibak selimut yang menutupi tubuhnya, namun gerakan itu dihentikan seketika oleh Shaka.

"Rebahan dulu di sini, kan ada Bibi. Kamu nggak punya kewajiban untuk membantu pekerjaannya. Kewajiban kamu itu nurut sama aku."

Nimas tak banyak kata lagi. Tak ada alasan baginya untuk menolak ucapan Shaka. Kejadian semalam membuat Nimas benar-benar membuka pikiranya bahwa Shaka layak untuk diperlakukan seperti suami meski benih cinta belum tumbuh di antara mereka. Jika Shaka saja bisa berucap bahwa ia akan memperlakukan Nimas seperti istri, lalu kenapa ia tidak melakukan hal yang sama.

Baru saja Nimas merebahkan tubuhnya kembali di ranjang, namun rasa mual tiba-tiba menyeruak naik ke tenggorokan. Wanita itu pun berlari ke kamar mandi dan disusul oleh Shaka dengan wajah panik.

Entah sudah ke berapa kalinya Shaka melihat pemandangan ini. Melihatnya saja rasanya sangat menyiksa, apalagi berasa dalam posisi Nimas?

"Mualnya sampai kapan, sih? Kok tiap hari kamu begini?" tanya Shaka memijat tengkuk istrinya.

"Tiap orang beda-beda. Ini sudah biasa terjadi pada wanita hamil. Nggak apa-apa kok."

Nimas kembali ke ranjang begitu keadaan perutnya sudah membaik.

"Aku turun dulu minta teh hangat, ya jangan kemana-mana."

Nimas hanya mengangguk.

Bak seorang suami pada umumnya yang memperlakukan istrinya dengan manja saat hamil muda. Shaka dengan tergesa turun ke dapur. Ternyata sudah ada ibunya yang beraktifitas di bawah.

"Kalau menikah dengan wanita yang baik-baik, itu seharusnya membuat para suami bangun lebih pagi, rajin bekerja, dan juga tidak malas-malasan. Itu baru wanita yang baik untuk suaminya, bukan malah sebaliknya," sindir Bu Marissa menyiapkan piring di atas meja.

Shaka tak bergeming, meskipun ia tahu sindiran itu ditujukan untuknya dan Nimas, ia lebih memilih untuk tak menanggapi selagi itu tidak keterlaluan.

"Bi, tolong buatkan aku teh manis yang hangat, ya."

"Memang istrimu ke mana sampai kamu harus minta sama Bibi? Kamu nggak lihat Bibi lagi menyiapkan makanan buat sarapan?"

"Lemes, Ma. Dia habis muntah."

"Namanya hamil muda, ya begitulah. Pasti ada lemasnya, mual, muntah, tapi kalau dimanjain, ya nanti anaknya yang ada nggak sehat. Jadi pemalas juga itu ibunya nanti. Gitu aja kok manja banget."

Shaka masih berusaha untuk tidak marah. Hal ini sangat sulit baginya, mendengar Nimas yang dikatai seperti itu membuat Shaka kesal dan entah kenapa ada perasaan tidak terima.

"Bukannya manja, lagi pula ini aku sendiri kok yang mau. Bukan Nimas yang minta. Dia nggak ngerepotkan atau minta apa-apa sama aku."

"Bukan nggak minta, tapi belum. Keluarganya saja dari kalangan bawah. Mana mungkin dia tidak mau atau tidak menginginkan sesuatu yang belum pernah dia dapat."

"Ma, aku udah dari datang ke sini tadi udah berusaha untuk sabar. Nggak mau merespon sindiran dari Mama ucapan-ucapan dari Mama, tapi semakin dibiarkan kok Mama keterlaluan, ya. Memang kenapa kalau Nimas dari kalangan bawah? Seandainya Mama tahu itu semua tidak penting di mata Tuhan. Yang paling penting itu hatinya."

"Kamu semenjak kenal sama Nimas berani melawan Mama ya, Shaka!"

Tatapan rumah disakiti menajam ke arah Shaka. Tatapan amarah dan kekesalan jelas tergambar di raut wajah dan sorot matanya.

"Kamu itu banyak berubah setelah kenal Nimas. Kamu makin kurang ajar, makin nggak nurut. Kamu baru kenal aja udah dapat pengaruh buruk dari dia. Apalagi kamu sekarang jadi suaminya, kamu akan semakin di kendalikan sama dia."

"Ya kalau Mama mau aku nurut sama Mama, ya Mama jangan menghina istri aku dong. Mau aku baru kenal atau aku kenal lama, Nimas sekarang itu istri aku. Siapapun tidak akan bisa menentang, tidak akan bisa mengubah kenyataan kalau aku adalah suaminya Nimas dan Nimas adalah istriku. Tidak ada satupun seorang suami yang rela mendengar istrinya dihina meskipun itu sama ibunya sendiri."

"Lihatlah! Sekarang kamu lebih membela wanita yang baru kamu kenal seminggu daripada wanita yang melahirkan kamu."

"Maaf Ma. Bukannya aku nggak tahu terima kasih atau durhaka sama Mama. Aku nggak lupa kalau Mama yang melahirkan aku, aku juga nggak lupa kalau aku tumbuh dari air susu yang Mama beri, setiap saat tanganmu menyentuhku dengan kasih sayang, apapun Mama korbankan untukku bahkan nyawa Mama sekalipun. Sumpah demi Tuhan, aku tidak akan pernah melupakan jasa Mama. Tapi aku juga nggak mau kalau Mama melakukan hal yang salah, yang Mama lakukan ke Nimas ini salah. Selagi Mama masih terus-menerus memperlakukan Nimas dengan buruk ataupun hanya bicara hal buruk tentangnya, jelas aku akan berdiri dan memasang badan untuknya."

Shaka mengambil teh yang berada di meja dapur lalu beranjak pergi dari hadapan ibunya. Baru pertama kali ini ia melakukan hal yang tidak sopan seperti itu. Jadi wajar jika Bu Marissa sakit hati dengan perubahan anaknya.

Semua wanita yang berada di posisi dan juga cara berpikir Bu Marissa mungkin akan sakit hati melihat perlakuan anaknya.

"Maaf menunggu lama aku tadi ke kamar mandi dulu." Shaka menyodorkan secangkir teh hangat pada istrinya.

Nimas diam tak bergeming setelah menyeruput teh hangat itu hingga tandas. Ia tau Shaka berbohong, suaminya itu tidak pernah ke kamar mandi saat di lantai bawah tadi. Semua perdebatan suaminya dengan ibu mertuanya ia dengar dengan jelas. Karena pada saat kejadian itu Nimas berada di anak tangga yang paling atas. Telinganya masih cukup sehat untuk mendengar pembelaan-pembelaan dari suaminya.

"Kamu mau mandi? Akan aku siapkan air hangat biar badan kamu enak."

Alih-ali menjawab pertanyaan Shaka, Nimas justru memeluk pria itu dengan erat. Hal itu membuat Shaka bingung dan sedikit terkejut.

Tidak ada hal lagi yang bisa dikatakan oleh Nimas selain memberikan rasa terima kasih dalam bentuk tindakan.

"Kamu nggak marah, kan Mas kalau aku begini? Aku cuman pengen meluk kamu aja, nggak tahu kenapa."

"Kenapa harus marah? Kan yang dipeluk suami sendiri." Shaka lalu membalas pelukan Nimas dengan hangat.

Terima kasih sudah membuatku merasa tidak kekurangan cinta seperti yang kamu bilang semalam. Sepertinya tidak ada alasan untuk membuatku tidak belajar mencintaimu.

1
Ratih Hermansyah
part ini mengandung bawang/Sob/sedih jg jadi bryan
Ahmad Nashrullah
aneh,,,,,berzina,,,,meninggalkan aib n anak tak bernadab ke dirinya mo metong malah meninggalkan wasiat g genah,,,,,anehhhh
Yani Mulyani
Biasa
Ogi Ngatama
baik
Marlina Pardede
p
Erlinda
nimas ini super super goblo..hadeeeh sorry Thor aq stop sampai disini
Erlinda
yg aq ga ngerti kenapa author nya selalu menciptakan sosok wanita bodoh dan lemah disiksa dan dilecehkan jujur aq yg sudah ratusan membaca novel online ini baru 7 novel yg luar biasa karakter cewek nya.ga lebay ga bodoh .ini seperti sinetron ku menangis deh
Erlinda
ya Allah dasar mertua iblis semoga kau mati ditabrak mobil sampai hancur berkeping keping..
Erlinda
si nimas ini kenapa sih kok keras kepala banget ga nurut kata suami .lama lama benci jg aq dgn sikap nimas yg bodoh bin tolol ini
Erlinda
hei pak Malik itu adalah calon cucumu darah daging Bryan ..jadi orang kok seperti ga punya hati..ntar klo cucumu udah lahir dan besar jgn kau akui dia cucumu .seperti kebanyakan novel
Sri Sunarti
,lanjut
Dafila Nurul
bagus ceritanya tp banyak typo nya.
ayu irfan
Bu Marisa tega, pdhal ke cucu sendiri lo😢
ayu irfan
Shaka, kamu langka.
Susi Andriani
cintanya saka bikin aku baper😃😃😃
Susi Andriani
semangat mas saka💪💪💪
Susi Andriani
owalah ibu ibu jadi ibu itu ya mbok jangan jahat
Susi Andriani
mau aja aku mencekik ibunya saka
fifid dwi ariani
trus ceria
fifid dwi ariani
trus sehar
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!