Zayn Adzriel, pria berumur 30 tahun yang sulit jatuh cinta karena pernah mengalami gagal percintaan sebab kurang gerak cepat mengungkapkan isi hati ke gadis pujaan. Hingga membuat Zayn akhirnya memilih menjomblo selama bertahun-tahun lamanya.
Hingga pertemuannya tak diduga dengan Lusy Fernandez, membuat cinta tumbuh di hati Zayn.
Namun, ada masa lalu yang membuat Zayn ragu. Akankah Zayn memperjuangkan perasaannya? Ataukah mundur saat tahu Lusy seorang singel Mom?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon din din, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sarapan bersama
Udara di Mittelbergheim pagi itu terasa dingin. Zayn baru saja bangun karena hawa dingin terasa menusuk kulit. Semalam dirinya terus memantau Lusy, tapi tidak berani mendekat karena takut wanita itu tidak merasa nyaman dengan keberadaannya.
Zayn mengingat ucapan Joya, Lusy butuh waktu yang lama untuk mempercayai seseorang karena kekecewaan yang pernah dialami, hingga meminta pemuda itu untuk lebih bersabar dalam mendekati Lusy.
“Jam berapa dia kerja?”
Zayn bertanya-tanya sendiri, hingga kemudian memilih bangun dari tempat tidurnya. Pemuda itu mencuci muka, mengganti pakaian tidurnya kemudian keluar dari kamar hotel. Zayn ingin berjalan-jalan sambil mengetahui apa yang dilakukan Lusy saat pagi hari.
Zayn berjalan dengan kedua telapak tangan masuk ke ke saku jaket. Sesekali Zayn menyapa dan mengangguk ketika bertemu warga sekitar, hingga dirinya sampai di ujung desa, di mana rumah Lusy berada.
“Sedang apa dia kalau di pagi hari?”
Zayn ingin mengetahui lebih dalam tentang Lusy, bahkan dirinya sampai bertanya-tanya ke warga sekitar dan mengetahui jika Lusy sudah tidak memiliki orangtua, maupun sanak saudara di sana.
Saat Zayn sibuk mengamati rumah Lusy yang tampak sepi, dari belakang pemilik rumah berjalan sambil menenteng keranjang berisi roti dan selai, sedangkan satu tangan menggandeng Cheryl.
“Apa yang sedang kamu lakukan?”
Suara Lusy mengejutkan Zayn, pemuda itu langsung menoleh dan melihat wanita yang disukainya berdiri memandang dirinya.
Zayn gelagapan, harus mencari alasan yang pas agar Lusy tak merasa jika sedang diawasi.
“Aku sedang jalan-jalan, kemudian terhenti di sini dan melihat perkebunan anggur itu,” kata Zayn memberikan alasan agar Lusy tak merasa takut atau curiga kepadanya.
Cheryl menatap Zayn sambil mengisap jempol, jelas bocah kecil itu sudah mengenali siapa pemuda yang berdiri di hadapannya itu.
Lusy mengangguk mendengar perkataan Zayn, tampaknya percaya dengan alasan pemuda itu.
“Mau sarapan? Aku baru saja membeli roti dan susu.” Lusy menawari karena tak sopan jika mengabaikan, sedangkan tahu jika pemuda di hadapannya adalah teman dari Joya.
Mendapat tawaran dari Lusy, membuat senyum mengembang di bibir pemuda itu. Tentu saja Zayn takkan menyia-nyiakan kesempatan untuk lebih dekat dengan wanita itu.
Zayn tidak masuk rumah Lusy, memilih menunggu di depan sambil bermain dengan Cheryl. Gadis kecil itu mulai aktif, terus berjalan, mencabut bunga, terkadang berlarian ke sana kemari.
“Lihat, ini cantik jika diletakkan di sini.” Zayn berjongkok dan memeluk untuk menahan tubuh mungil Cheryl agar tidak terus berjalan. Kemudian menyematkan bunga yang dicabut Cheryl ke telinga gadis kecil itu.
“Lihat, cantik.” Puji Zayn sambil menatap Cheryl.
Cheryl tertawa renyah, kemudian melepaskan diri dari Zayn dan kembali berlarian ke sana-sini.
Lusy keluar dengan nampan berisi roti isi dan susu, berdiri di ambang pintu dan melihat apa yang dilakukan Zayn. Hingga wanita itu berjalan ke meja yang ada di teras, lantas meletakkan nampan di sana.
“Sarapannya sudah siap,” kata Lusy.
Zayn menoleh, lantas mengangguk. Dia kemudian mengajak Cheryl menghampiri Lusy.
“Oh ya, Joya menitipkan salam untuk kalian,” kata Zayn saat mereka mulai sarapan.
Lusy langsung memandang Zayn, kemudian membalas perkataan pemuda itu hanya dengan sebuah anggukan, sebelum kemudian menoleh Cheryl yang duduk tenang menikmati rotinya
“Kamu ke sini karena urusan bisnis apa?” tanya Lusy mencoba mengalihkan pembicaraan tentang Joya. Dia hanya merasa bersalah karena telah membawa Cheryl dan tak memberi kabar kepada temannya itu.
Zayn kebingungan mendengar pertanyaan Lusy, hingga otaknya harus berpikir dengan keras mencari alasan yang masuk akal agar Lusy tidak curiga kepadanya. Dia hanya ingin hubungan yang akan dijalinnya terlihat alami, sehingga berusaha membuat Lusy percaya jika pertemuan mereka adalah sebuah ketidaksengajaan.
“Papaku memintaku ke sini mencarikan anggur terbaik. Kata kolegaku, Mittelbergheim adalah tempat penghasil anggur terbaik, sebab itu aku datang ke sini, tapi tidak menyangka juga bisa bertemu denganmu,” jawab Zayn sekenanya.
Untung saja Zayn sudah mencari tahu tentang desa itu, sehingga pengetahuannya kini bisa digunakan untuk membuat alasan ke Lusy.
Lusy mengangguk-angguk paham, alasan Zayn memang masuk akal. Dia pun memilih sarapan, sambil memperhatikan Cheryl yang sedang makan.
Zayn pun memakan sarapan yang dibuat Lusy, sesekali melirik wanita yang membuat jantungnya berdebar. Sungguh hati pemuda itu rasanya diobrak-abrik oleh satu wanita yang bagi sebagian orang tidak spesial sama sekali. Namun, bagi Zayn yang sudah jatuh cinta, wanita di hadapannya itu sangat spesial dan tidak ada duanya.
“Apa kamu tidak berkeinginan atau tinggal di kota? Aku dengar kamu dulu asisten desainer?” tanya Zayn mencoba mengulik lebih dalam tentang kehidupan Lusy.
Lusy tersenyum getir mendengar pertanyaan Zayn, memilih tak langsung menjawab, tapi mengusap permukaan bibir Cheryl yang belepotan.
“Ada hal yang membuatku tak ingin tinggal di kota, serta saat ini aku ingin menghabiskan waktu bersama Cheryl berdua. Ada masa yang harus aku tebus, masa di mana aku tidak bisa memberikan yang terbaik saat Cheryl membutuhkanku,” ucap Lusy sambil memandang Cheryl.
Lusy merasa menyesal tidak bisa merawat Cheryl saat bayi, kini dirinya hanya butuh waktu sebentar untuk berdua dengan putrinya itu, setidaknya sampai hatinya yakin untuk kembali bekerja sebagai wanita karir.
Zayn pun mencoba memahami, serta tak bertanya lebih lanjut karena sudah tahu semua tentang Lusy.
Mereka melanjutkan sarapan, hingga terdengar suara lantang memanggil nama Lusy. Wanita itu menoleh, begitu juga dengan Zayn, hingga Lusy terkejut saat melihat siapa yang kini berdiri memandang dirinya.
tapi belum tentu juga sih itu penyebabny, tinggal nunggu hasilnya dulu berarti 🏃🏃
yang sabar, mungkin ga semudah itu
kali aja bisa sekalian jodohnya zahra hahahah
bodyguard++(++nya itu maksutnya suami) hihihihi
nah, bagus sih kalau Zahra masih mau model dikasih bodyguard.
tapi semoga aga Zahra ga khilaf pergi ke club lagi mentang² udah ada bodyguard, karna kan kita ga tau orang² yang iri dengan kita bakalan berbuat apa
🏃♀🏃♀🏃♀🏃♀🏃♀
my bodyguard my lovely