Secret Wedding ( Jimmy & Alisa )

Jimmy menggendong Alisa ala bridal style, raut wajahnya terlihat sangat khawatir, dia berjalan cepat ke ruang UKS. Disana ada beberapa anak PMR yang sedang berjaga.

"Kenapa dia, Jim?" Tanya salah anggota PMR yang memang mengenal Jimmy sebagai anak basket kelas XII. 

"Pingsan, kayaknya kepanasan. Soalnya habis di hukum di lapangan." Jawab Jimmy dengan wajah datar nya, wajah pria itu memang seringkali berubah-ubah. Tadi dia terlihat sangat khawatir, tapi sekarang dia biasa saja. 

"Yaudah bawa masuk." 

Jimmy mengangguk lalu membawa tubuh sang istri ke dalam ruangan yang cukup luas dengan satu ranjang dan kasur yang hanya muat untuk satu orang. 

Jimmy membaringkan Alisa di ranjang, dia mengusap keringat di kening gadis itu. Bibir yang biasa nya kemerahan itu kini terlihat pucat.

"Lo lemah banget sih, jadi istri seorang Jimmy harus kuat." Gumam Jimmy pelan, bahkan tak ada yang bisa mendengar gumaman pria itu kecuali dirinya sendiri.

Dua jam kemudian, Eva datang dengan membawa kotak bekal milik Alisa dan juga milik Jimmy sekalian atas permintaan Farhan. Gadis itu masuk dengan takut-takut, karena pria yang bersama sahabatnya ini adalah ketua geng motor terkenal seantero kampus. 

"Ini kotak bekal punya Lo sama Alisa." Jimmy hanya menatap gadis itu datar, lalu kembali menatap istrinya yang masih belum sadarkan diri juga, padahal sudah lebih dari dua jam dia disini menunggu.

"Ka-lo gitu gue cabut dulu, kalo ada apa-apa telpon gue aja."

"Ya, pergi sana." Jawab Jimmy tanpa menoleh, membuat Eva buru-buru keluar dari ruangan berisi pasangan suami istri itu. 

"Nih anak pingsan atau tidur sih, lama bener." Gerutu Jimmy, dia mengambil minyak kayu putih dan mengoleskan nya ke hidung Alisa, tapi cara itu tak membuahkan hasil.

"Bangun oyy.." 

Nyatanya cara membangunkan ala Jimmy lebih manjur, terlihat kedua mata gadis itu mengerjap pelan dan akhirnya terbuka lebar. 

"Nah, akhirnya bangun juga. Minum dulu," Jimmy menyodorkan air minum dalam botol dengan sedotan. Alisa menurut dan minum seperti orang kehausan.

"Kok bisa pingsan sih? Bikin orang khawatir aja."

"Lo tau sendiri gue kagak sarapan dulu tadi, malah kena hukum." Jawab Alisa ketus. 

"Yaudah, sekarang Lo makan ya. Gue juga laper, sama kayak Lo." Jimmy membuka kotak bekal milik Alisa, dan menyimpan nya di pangkuan gadis itu yang saat ini duduk dengan kaki selonjoran. 

"Makasih udah bawa gue kesini." 

"Dari mana Lo tau kalo gue yang bawa Lo kesini?"

"Soalnya gak mungkin kalo Denis atau Hary, yang ada Lo ngamuk ntar." Jawab Alisa sambil mengunyah sandwich berisi buah stroberi buatan nya tadi pagi. Meski di makan nya siang hari, tapi rasanya tetap enak. 

Sedangkan Jimmy memilih sandwich sayur, karena belakangan ini makan nya tak terkontrol. Tapi saat melihat Alisa memakan sandwich nya dengan lahap, Jimmy jadi ngiler sendiri dan ingin menyicipi rasa sandwich milik Alisa.

"Punya Lo keliatan enak." 

"Emang enak, stroberi nya seger." Jawab Alisa sambil tersenyum, di sudut bibirnya ada krim yang meleber karena saking lahap nya gadis itu makan. 

Alisa menggigit roti berisi buah stroberi itu, tiba-tiba saja Jimmy berdiri dari duduknya dan tanpa aba-aba langsung mencium bibir Alisa, memindahkan buah stroberi beserta roti yang tadi dia gigit itu ke dalam mulutnya. Dia juga menyesaap krim di sudut bibir Alisa hingga bersih tak bersisa. 

Alisa mematung, kelakuan Jimmy benar-benar tak bisa di tebak. 

"Makan kayak orang kesurupan Lo, sampe belepotan gitu." 

"Bisa gak sih jangan bikin orang jantungan? Heran, Lo kayaknya seneng ya kalo gue mati gara-gara kelakuan Lo yang sering bertindak tanpa permisi?" Sinis Alisa.

"Gak bisa kalo sama Lo." Jawab Jimmy seolah tanpa dosa. Membuat Alisa ingin sekali menampol wajah tampan suaminya itu, tapi dia masih lemas sekarang. Lagipun rasanya sedikit sayang kalau wajah itu harus jadi korban ke kesalan nya.

Ceklek..

Pintu ruangan itu terbuka, menampilkan Denis dan Harry yang masuk dengan wajah terkejut mereka saat mendapati ada Jimmy di dalam.

"Lo baik-baik aja, Lis?" Tanya Denis sambil mendekat. 

"Huum, ada Jimmy yang jagain gue dari tadi." Jawab Alisa, sengaja menyebut nama pria itu agar dia merasa di anggap. 

"Oh." Jawab Denis singkat, sedangkan Harry memilih untuk diam, menjadi pendengar yang baik. Jimmy sendiri nampak tak peduli, dia sibuk memakan sandwich miliknya.

"Kalian kenapa kesini, bukan nya udah waktunya pelajaran kedua?"

"Iya, tapi gurunya malah rapat. Jadi kelas kosong, kita kesini jengukin Lo." Kali ini barulah Harry yang bicara. 

"Sialan, emang gue sakit apaan sampe di jenguk segala." 

"Gak tau, makanya kita nanya tadi." Jawab Harry lagi. 

"Kalau mau berisik di tempat lain aja," ucap Jimmy membuat Alisa ketar-ketir, kalau pria itu sudah mengeluarkan suara nya, berarti dia merasa tak nyaman.

"Emang nya Lo siapa? Lo aja pergi sana, kalo disini berisik. Ribet amat hidup Lo." Ketus Denis, membuat Jimmy tersenyum smirk.

"Udah Den, sebaiknya Lo pergi aja sama Harry ya. Kalo ada yang nanyain gue, bilang aja gue masih istirahat." 

Denis terhenyak saat mendengar ucapan Alisa yang secara terang-terangan mengusir dirinya, tapi kenapa bukan Jimmy saja yang di usir? Toh mereka musuhan kan, sedangkan dengan nya bestiean, lalu kenapa bukan Jimmy yang di usir. 

'Sangat mencurigakan, kira-kira kenapa bukan Jimmy yang di usir tapi malah gue?' Batin Denis, dia pun memilih pergi bersama Harry tanpa banyak bicara.

Jimmy tersenyum puas saat mendengar kata-kata Alisa, dia senang karena merasa di utamakan.

"Yang tadi itu bagus."

"Apaan? Jangan mulai lah, gue masih pusing." 

"Pulang nanti beli es krim lagi, mau?" Tawar Jimmy, entah kenapa saat melihat wajah berbinar Alisa saat makan es krim selalu membayang dalam ingatan nya. Ekspresi nya sangat menggemaskan di mata nya.

"Bayarin lagi ya, deal?"

"Hmmm.." 

"Yes, makasih Jim. Semoga panjang umur Lo ya."

"Kata-kata Lo kayak ngarepin gue mati cepet gitu." Ucap Jimmy sambil menatap wajah istrinya dengan tajam.

"Haha, isshh gak gitu. Ya kali gue jadi janda muda, ogah." Celoteh Alisa membuat Jimmy terkekeh pelan. Bersama Alisa, dia jadi lebih sering tertawa karena tingkah dan ucapan gadis itu yang sering mengundang tawa. Padahal dulu tak begini, yang ada kalau ketemu pasti berantem gak pernah akur walau semenit. 

.......

🌻🌻🌻🌻🌻