NovelToon NovelToon
Langit Bumi

Langit Bumi

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Tamat / Perubahan Hidup / Identitas Tersembunyi
Popularitas:488k
Nilai: 4.7
Nama Author: Abil Rahma

Hafidz tak pernah menyangka jika dirinya ternyata tak terlahir dari rahim ibu yang selama ini mengasuhnya. Dia hanya bayi yang ditemukan di semak dan di selamatkan oleh sepasang suami istri yang dia kira orang tua kandungnya, membuatnya syok dengan kenyataan itu.

Sebenarnya dia tak ingin mengetahui siapa orang tua kandungnya, karena dia merasa sudah bahagia hidup bersama orang tua angkatnya saat ini, tapi desakan sang Ibu membuatnya mencari keberadaan keluarga kandungnya.

Mampukah dia menemukan keluarganya?
Bagaimana saat dia tahu jika ternyata keluarganya adalah orang terkaya di ibu kota? Apakah dia berbangga hati atau justru menghindari keluarga tersebut?


"Perbedaan kita terlalu jauh bagikan langit dan bumi," Muhammad Hafidz.


"Maafin gue, gue sebenarnya juga sakit mengatakan itu. Tapi enggak ada pilihan lain, supaya Lo jauhin gue dan enggak peduli sama gue lagi," Sagita Atmawijaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abil Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 26

"Ini alamat yang Om Ari kasih, aku kirim ya Bang. Kalian berdua anterin Mama ke sana dulu enggak apa-apa, kan? Aku pengen tahu kenapa tiba-tiba Tante Sita mau ketemu Tante Arin, hal yang tidak wajar," ucap Gita setelah menerima pesan dari Om Ari, yang isinya sebuah alamat, entah itu alamat siapa.

"Tapi Git, nanti kamu mau alasan apa kalo ketemu Tante Sita di sini?" Hafidz takut Tante Sita mencurigai Gita, tak ingin semua nya berantakan.

"Iya bener sayang, kamu percaya saja sama Tante Arin, dia pasti nanti cerita sama kita," Mama menyetujui ucapan Hafidz yang mengkhawatirkan Gita.

"Mama sama Abang tenang aja, nanti aku akan buat alasan yang masuk akal. Cuma pengen tahu, apa mereka sebenarnya janjian atau memang tak sengaja bertemu, bukannya aku berprasangka buruk sama Tante Arin dan Om Ari, sekarang aku sulit percaya dengan orang lain, setelah mengetahui Papa seperti itu," Gita menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya.

"Yaudah kalo itu mau kamu, hati-hati ya sayang," Mama menyerah, mengijinkan Gita untuk masuk ke dalam restoran.

"Makasih Ma,"

"Bang Indra, pinjem Hoodie nya ya, biar enggak ketahuan," ucap Gita, dia berfikir jika menggunakan Hoodie milik Indra, mereka pasti tidak akan mengenalinya.

"Boleh." Indra melepas hoodie berwarna hitam yang melekat di tubuhnya itu, menyerahkan pada Gita dan diterima gadis itu dengan senang hati.

"Tunggu Git, gue ikut." Indra pun ikut turun dari mobil, dia juga menyamar dengan menggunakan masker.

Setelah kepergian dua orang itu, Hafidz pun berpindah ke kursi belakang, tanpa ke luar dari mobil. Takut jika ada seseorang yang mengenalinya.

"Itu mereka Bang!" bisik Gita saat melihat kedua Tantenya duduk di pojokan.

"Kebetulan banget, meja dekat mereka baru ditinggal, kita ke sana aja." Indra menunjuk meja yang baru saja di tinggal oleh pelanggan, lalu menarik tangan Gita untuk duduk di tempat itu.

Untung saja, Tante Arin dan Om Ari duduk membelakangi mereka, meskipun Tante Sita bisa saja melihat mereka. Tapi Gita menutup kepalanya dengan hoodie tersebut, hingga tak bisa dikenali, jika tak melihat dari dekat.

"Mau pesen apa?" tanya Indra saat pelayan mendekati mereka.

"Minum aja Bang, jus jeruk," ucap Gita.

Mereka berdua memutuskan untuk memesan minuman saja, sambil menunggu tiga orang yang duduk di belakang mereka yang sedang menikmati hidangan makanan. Cukup lama mereka berdua menunggu, hingga Tante Sita memecah keheningan yang tercipta karen mereka menikmati makanan. Sedangkan makanannya sudah lebih dulu habis.

"Mbak, aku baru tahu, kalo Papa punya saham lima puluh persen di perusahaan itu," ucapan Sita, tapi ucapan itu belum menarik di telinga Gita.

Hingga pembicaraan demi pembicaraan keduanya larut, Gita masih menyimak. Saat sang Tante terlihat sedang emosi, dia pun merasakan hal yang sama, tapi tetap bergeming. Ingin sekali mencakar wajah Tante Sita, tapi usapan lembut di bahunya membuatnya tersadar jika tak boleh gegabah dalam mengambil sikap, jika tak ingin Tante Sita yang licik itu mengetahui rencana mereka.

Saat Tante Sita sepertinya sudah menyerah membujuk Tante Arin, di situlah Gita datang mendekati mereka.

"Oh, jadi seperti ini wajah seseorang yang bermuka dua? UPS, maaf, bermuka dua atau berapa ya? Bermuka lima kali, manis kalo dilihat dari depan, tapi dibelakang bagaikan serigala yang siap menerkam," ucapnya menatap sinis Tante Sita yang terlihat terkejut.

"Gita!" mereka berdua serempak memanggil nama Gita.

"Sejak kapan kamu di sini?" tanya Tante Sita.

"Sejak kalian makan," jawabnya singkat yang langsung membuat Tante Sita salah tingkah.

"Ingat ya Tante Sita! Aku enggak akan biarkan Tante mengambil hak Mama, Tante udah hidup enak selama ini. Seenaknya sendiri merebut suami orang, sekarang hartanya juga mau direbut? Wanita macam apa Tante ini?" Gita tak kuasa untuk tidak memakai wanita berpakaian glamor itu.

"Kamu tadi manggil Mama apa? Tante? Pasti Tante kamu ini yang ngajarin, kan? Oke tidak masalah, Mama akan adukan ini semua ke Papa kamu, biar mencabut semua fasilitas yang kamu punya." Ancam Tante Sita, dia berdiri dari duduknya, kesal dengan Arini. Lebih kesal saat Gita sudah mengetahui akal busuknya.

"Aku enggak takut, silakan saja lapor Papa. Aku juga akan lapor Papa tentang masalah ini, aku punya rekaman pembicaraan tadi. Satu lagi, soal panggilan Tante, karena memang kamu Tante ku, bukan Mama ku. Hanya wanita yang tidak tahu diri, dengan mudahnya menggantikan posisi Mama," Gita balik mengancam, membuat wanita itu berdecak, sekaligus geram dan langsung meninggalkan restoran tersebut.

Mungkin jika hanya ada mereka berdua, Sita sudah menampar mulut Gita yang sudah membuatnya geram dengan ucapan sarkas gadis itu.

Sejak dulu, Tante Sita selalu saja mengancamnya seperti itu, jika mengetahui sesuatu yang Papa tak boleh tahu atau Gita melawan Tantenya itu. Dan itu berhasil, membuat Gita hidup dalam tekanan sang Tante serta manja terhadap sang Papa, ketika lelaki itu ada di rumah, tapi saat sang Papa keluar kota, dia akan mengalihkan kehidupan di rumah dengan berkumpul bersama teman-temannya.

Gita menghembuskan nafas kasar, sesak di dadanya mengingat pengkhianatan yang dilakukan sang Papa dengan Tante Sita, saat melihat wanita itu tadi.

"Sekarang kalian pesan makan dulu aja, kita makan di rumah. Terlalu riskan kalau makan di sini," titah Om Ari, mengalihkan ketegangan yang sempat terjadi.

"Biar aku aja yang pesan makanannya Om," ucap Indra.

"Kamu mau makan apa Git?" tanya pemuda itu pada Gita.

"Apa aja Bang, disamakan saja semuanya," jawabnya lalu pergi meninggalkan ketiga orang itu.

"Aku sakit Tan, kalau liat Tante Sita. Sakit karena mengingat pengkhianatan yang mereka lakukan, mengingat dia juga yang memisahkan aku sama Abang, tak bisa membayangkan bagaimana hancurnya Mama ketika itu, kehilangan anak dan di khianati suami, dan itu terjadi karena satu wanita yang sialnya adiknya sendiri,," ucapnya pada sang Tante. Tak kuasa menahan air mata yang tiba-tiba jatuh tanpa komando.

"Tante tahu, kamu boleh sakit hati sama dia, tapi jangan biarkan itu terjadi terlalu lama, karena justru akan mengganggumu. Pasrahkan semua sama Allah, insyaallah, Allah yang akan membalas perbuatannya Jika tidak di dunia, pasti akan mendapat balasan di akhirat. Tante tidak mau keponakan cantik Tante menjadi wanita pendendam." Tante Arin mengusap punggung Gita yang menelungkup kan wajahnya di atas meja.

"Sudah hapus air mata ini, nanti Mama kamu khawatir melihat anak gadisnya menangis," tambahnya.

Gita pun menghapus air mata yang tak terlalu banyak itu, dia tak ingin Mama khawatir melihat keadaannya yang seperti ini.

"Soal harta yang tadi Tante kamu bicarakan, nanti malam Om akan undang pengacara yang selama ini menyimpan semua syarat menyurat tentang peninggalan Kakek kamu, yang di peruntukkan untuk mu dan Mama mu. Sudah saatnya kamu mengetahui semuanya," ucap Om Ari.

"Biar beliau sekalian bertemu sama Mama kamu," tambahnya.

Gita setuju, dia juga tak ingin warisan sang kakek jatuh ke tangan Tante Sita. Mungkin lebih baik diberikan ke panti asuhan, jika dia tak mau menerimanya. Tapi itu tergantung nanti keputusan yang akan Mama ambil. Dia akan menurut semua yang Mama inginkan, tentunya.

Bersambung...

🍁🍁🍁

1
Reksa Nanta
sebenarnya ini sekolahnya Ziva atau Revan ?
Reksa Nanta
BUMN tidak menjual saham
Reksa Nanta
tunggu sampai Ziva dewasa
Reksa Nanta
KKN dan Praktek Kerja Lapangan itu dua hal yang berbeda.
Reksa Nanta
anak yang merundung anak lain kebanyakan adalah anak yang sering dirundung oleh orang tuanya sendiri.
Reksa Nanta
Adrian masih bebas berkeliaran padahal Sita sudah mendekam di penjara .
Reksa Nanta
apartemen atau kost elite ?
Reksa Nanta
sebenarnya nama sopir yang mengantar Sita membuang bayi itu namanya Karno atau Tio ?

karena di bab awal seingatku nama sopirnya Tio, dan setelah itu disuruh kerja ke Padang.
Reksa Nanta
bukankah pak Karno mau menikah dengan bik Atun ? kok sudah punya anak ?
Reksa Nanta
di rumah sakit jiwa sudah pasti ada psikolog yang menangani. tapi jika mamanya sudah hilang semangat, proses penyembuhan depresinya memang akan sulit
Reksa Nanta
si Renaldi pasti sekongkol dengan tantenya Hafidz.
Reksa Nanta
apa iya belum ada google translate ?
Reksa Nanta
ingin segera memastikan tapi selalu tarik ulur keadaan.
Reksa Nanta
putri seorang konglomerat dibiarkan membawa mobil sendiri tanpa pengawalan ? ini agak aneh.
Reksa Nanta
kenapa kamu Gita ?
Cesar Manuel Ris Costa
kakak atau kakek thor?
Reksa Nanta
biasanya kamar para pekerja ada di bagian belakang rumah utama.
Reksa Nanta
ternyata kembarannya perempuan to
Reksa Nanta
tinggal memikirkan biaya hidupnya. biaya hidup di ibukota tinggi.
Reksa Nanta
sebaiknya dicari. takutnya dia punya adik kandung perempuan lalu terjebak pernikahan sedarah.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!