Pertemuan antara lelaki bernama Saddam dengan perempuan bernama Ifah yang ternyata ibu kosnya Ifah adalah gurunya Saddam disaat SMA.
Ingin tau cerita lengkapnya, yuk simak novelnya Hani_Hany, menarik loh... jangan lupa like, komen, dan ajak para readers yang lain untuk membaca. yuks
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26
Keesokan harinya Saddam dan Ifa pindah diantar oleh kedua orang tua Saddam.
"Kamu gak apa apa tinggal disini Ifa?" tanya ibu mertua.
"Gak apa apa sih bu. Emang kenapa?" tanya balik Ifa.
"Disini masih sepi." ucap Ibu Setya sambil melihat sekeliling yang banyak pohonnya. "Sejuk sih." imbuhnya.
"Iya bagus bu disini sejuk." jawab Ifa jujur. "Disana memang panas. Huft." batin Ifa, dirumah mertua memang panas karena perumahan tanpa AC.
Usai pindah yang hanya dihadiri oleh keluarga saja karena memang tidak buat acara besar untuk pindah rumah.
"Gak apa² tinggal disini yang penting gak satu rumah sama orang tua apalagi mertua." batin Ifah ketika dia masih fokus membereskan pakaiannya untuk disimpan di dalam lemari.
"Gimana yank, suka gak tinggal disini?" tanya Saddam usai membereskan bagian lain.
"Aku suka yank, enak kalau tinggal di rumah sendiri meski masih numpang." ujar Ifah jujur, karena rumah yang mereka tempati masih milik orang tua Saddam tapi mereka tetap bersyukur karena bisa hidup mandiri.
"Mau dibantu gak?" tawar Saddam duduk disamping Ifah sambil melihat pekerjaan Ifah yang belum selesai.
"Tinggal dikit yank, aku bisa sendiri kok. Kamu istirahat saja yank." ucapnya masih melanjutkan pekerjaannya supaya cepat selesai. Saddam baring dikasur sambil memperhatikan sang isteri.
"Cantik." batin Saddam sambil tersenyum. "Dia memang pekerja keras, wajar sih karena dia anak pertama dan ibunya juga sudah tidak ada." imbuhnya merasa sedih karena belum pernah jumpa dengan mertua perempuannya.
Usai membereskan pakaian Ifah keluar untuk nge cek keadaan lain apakah sudah beres atau belum.
"Belum selesai de?" tanya Ifah basa basi masuk ke kamar sebelah karena ada Nisa yang ikut tinggal bersamanya.
"Belum kak, tinggal ini." jawabnya tanpa menoleh. "Kenapa kak?" tanyanya melirik sang kakak yang duduk dipinggiran kasur.
"Gak sih. Kalau sudah ya istirahat capek." ucap Ifah lalu beranjak pergi ke sumur untuk mencuci tangan sekalian berwudhu. Kemudian kembali ke kamar untuk bersitirahat bersama suami, memang tidak tidur, mereka berbaring sambil bercerita tentang rencana masa depan.
"Yank, kalau misalnya aku bekerja boleh gak?" tanya Ifah sambil berbaring disamping sang suami.
"Boleh lah. Papa menyekolahkan sampai selesai, jadi saya gak boleh egois jika kamu ingin bekerja yank. Memang kamu mau kerja apa?" tanya Saddam balik.
"Belum tau juga sih, mau kasih surat lamaran saja di kampus atau sekolah² gitu kalau boleh." ucap Ifah sambil melihat suaminya yang memegang ponselnya.
"Boleh yank, aku mengizinkan kamu kerja asal ingat kewajiban sebagai isteri juga ya!" peringatnya.
"Ok suami. Makasih ya!" peluk Ifah pada sang suami.
"Sama-sama yank." ucap Saddam sambil memeluk sang isteri juga.
***
"Susah mi kalau mau minta tolong Saddam yah!" celetuk sang isteri ketika tiba di rumah.
"Kenapa begitu bu?" tanyanya.
"Iya yah karena ada mi isterinya dan tinggal disana mi juga, kalau masih tinggal disini kan enak yah!" keluh sang isteri pada suaminya yaitu ayah Putra.
"Nanti ya di telfon bu, dekat juga!" ujar ayah Putra enteng. Kebahagiaan datang sementara pada ibu Setya karena telah memiliki menantu, tetapi datang juga kegelisahan menyelimuti karena takut jika anak laki-laki yang diandalkan diambil sang menantu.
"Baik ji kakak Ifah bu." bela Novi keluar dari kamar.
"Semoga saja nak." ujar ibu berpikir positif.
"Ada ji ayah yang akan mengomeli Saddam bu!" ujar Novi lagi, dia adalah ratu di rumah tersebut. Memang si paling bungsu tapi apa kemauannya harus dituruti. Memanggil sang kakak saja tidak memakai embel², langsung pada sebutan nama!
Usai mereka bertiga berbincang, mereka masuk kamar masing² untuk istirahat.
***
Hari demi hari Ifah dan Saddam lalui berdua, ada Nisa yang numpang tinggal bersama mereka tapi itu bukanlah penghalang untuk tetap menjaga keutuhan rumah tangganya.
"Yank, aku ada tawaran kerja di SMK nih! Disana dibutuhkan guru Kontrak sayank." ucap Ifah semangat ketika mereka berdua akan tidur di malam hari. Rutinitas Ifah dan Saddam sebelum tidur yaitu bercerita tentang kejadian disiang harinya.
"Alhamdulillah. Siapa yang infokan yank?" tanyanya sambil baring² menghadap langit² kamar.
"Teman di Pasca yank, sebenarnya dia disuruh mengajar disana tapi full jobnya di sekolah tempat dia mengabdi." jelas Ifah yang fokus pada ponselnya.
"Apa lagi diurusi itu yank?" tanya Saddam ketus.
"Maaf yank, ini infonya tentang mengajar sayank, supaya jelas!" ujarnya bela diri tapi jujur memang.
"Iya kasih jelas, kapan mulai mengajar! Bagus itu kalau ada kegiatan ta supaya tidak jenuh juga di rumah!" ujar Saddam semangat.
"Betul yank, sudah beberapa bulan ini di rumah terus bosan juga yank." selama ini Ifah hanya di rumah bersama sang mertua, Ifah biasa beraktivitas tentu akan bosan jika hanya makan tidur saja dikerja.
"Ya yank, itu saja dulu. Kalau ada kerjaan lain lagi Alhamdulillah." ucap Saddam seolah menjadi harapan buat mereka berdua kedepannya.
Mereka asyik ngobrol hingga pukul 22.00, banyak hal yang dibahas termasuk saat Ifah jalan dengan sang mantan.
"Dulu itu kenapa bisa jalan dengan mantan yank?" tanya Saddam ramah.
"Hhhmm sebenarnya...." Ifah menjeda ucapannya. "Tapi jangan marah ya yank!" ucapnya. Saddam hanya berdehem saja. "Sebenarnya kami memang hanya bahas Tesis yank, karena pembimbing kami sama. Nah, disitu dia ngajak makan di luar jadi ku iya kan untuk meyakinkan diriku juga bahwa aku sudah melupakannya yank." jawab Ifah jujur. "Kami pergi mi berdua, pas di taman sempat berfoto tapi malah dapat omelan dari Nayla dan Nia. Haha." ceritanya sambil tertawa karena merasa lucu seperti maling ketangkap basah.
"Mereka tau dari mana?" tanya Saddam heran.
"Gak tau pasti sih yank, mungkin Nia yang tau dari status sang mantanku itu!"
"Cieee sang mantan." ledek suaminya.
"Ish. Kan sudah berlalu. Cemburu ya?" ledek balik.
"Ngapain cemburu, aku pemenangnya yank! Asal dia tau." ujar Saddam bangga.
"Betul sayank. Dia gak datang waktu kita nikah! Kak Brian juga. Kayaknya yang suka sama aku terus ku undang gak ada yang datang deh!" ucap Ifah sambil berpikir mengingat ingat.
"Sama yank, mantanku dan teman cewek yang katanya suka sama aku gak ada yang datang! Sakit hati mereka yank." ucap Saddam.
"Bisa jadi yank." Ifah menceritakan kejadian di MP malam hari saat acara syukuran bunda Sari.
"Pantas gak datang yank, kita kasih begitu anak orang!" ujar Saddam geleng² kepala membayangkan tingkah sang isteri. "Dia ada niat balikan itu, malah kita kasih undangan pernikahan setelahnya. Hahaha." tawa Saddam pecah karena membayangkan wajah sang mantannya isteri (Dirman) betapa kecewanya dia. Seolah diajak melayang ke langit kemudian dihempaskan ke bumi. Lama mereka berbincang lalu tidur karena sudah pada mengantuk.