Cover by me
Ini tentang kehidupan pernikahan antara Aidan putra Bimantara seorang perwira polisi berpangkat ipda dengan Yura khalisa seorang mahasiswi akhir yang sedang sibuk menyusun proposal penelitian yang asyik-asyik revisi melulu.
Mereka ini sebenarnya tetangga, tetangga yang sudah seperti keluarga sendiri dan Aidan sudah menganggap Yura seperti adik sendiri begitu juga sebaliknya.
Tapi karena insiden tolol mereka harus hidup berdampingan satu atap. Bahkan Aidan harus melangkahi kedua kakak laki-lakinya yang masih lajang. Banyangkan padahal bukan urutan seperti itu yang Adian inginkan.
Bagaimana kelanjutan ceritanya yuk lanjut baca disini👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chika cha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketemu Revan
Kini keduanya sudah sampai di rumah. Aidan sedang memakan makan yang di beri oleh Cicil tadi. Sementara Yura terlihat baru turun dari kamar mereka dan pakaiannya sudah berganti dengan pakaian rumahan. Ia menghampiri Aidan yang sedang makan di meja pantry.
"Enak bang?" tanya Yura basa-basi, sambil melirik ayam goreng tepung pemberian Cicil tadi yang sudah berpindah ke piring di temani oleh nasi.
Aidan mengangguk "beh, enak banget cel. Cicil memang pinter banget kalau soal masak." puji Aidan tanpa sadar.
Mendengar pujian itu seketika Yura mendengus "Dih, cuma goreng ayam doang juga, gue bisa kali." gumamnya tidak mau kalah.
"Lo ngomong apa?" tanya Aidan yang tidak terlalu mendengar ucapan Yura.
"Gak ada" balas Yura dengan wajah penuh kesal.
Aidan mengangguk "ambilin gue susu dong cel. Seret" titahnya.
"Seret minum air putih, bukan malah minum susu!"
"Elah di bilangin suami tu nurut napa si cel. Gak usah protes. Dosa tau."
Yura dengan ogah-ogahan mengambil susu di dalam kulkas. Dan menyerahkannya pada Aidan "Nih!"
"Colok in."
"Apanya di colok in? Mata Lo?" tanya Yura tidak mengerti.
"Pipetnya dodol. Ya kali mata gue yang ada gak bisa liat entar. Tangan gue kotor nih" ia.memperlihatkan tangannya yang kotor karena Aidan makan dengan tangan kosong tidak dengan sendok. Yura pun menurutinya.
"Nih udah."
"Suapin."
Mata Yura mendelik "ngelunjak ya Lo. Gue cekik baru tau rasa!" geram Yura.
"Eh, eh, eh, gak boleh marah. Katanya mau belajar jadi istri yang bai, soleha." wanti Aidan.
Yura mendengus dan lagi menurut. Ia mendekatkan sedotan susu tersebut ke mulut Aidan. Dan dengan sekali sedot kotak susu itu langsung tandas. "Buset Lo seret apa bener haus dah bang."
"Dua, duanya." Aidan lanjut makan. "Oh ya cel, Lo kenal si Tio anggota gue kan?" tanya Aidan tiba-tiba.
Yura mengangguk "iya gue tau. Kenapa?"
"Lo inget gak kalau gue pernah bilang sama Lo kalau dia pernah suka sama lo?" tanya Aidan kembali mengingat ucapannya mungkin sekitar 1 atau 2 Tahun yang lalu.
Sejenak mencoba mengingat lalu kemudian mengangguk saat berhasil mengingatnya.
"Dan sampai sekarang dia masih suka sama lo." ucap Aidan tanpa beban. Menghentikan kegiatan makannya. Karena masih ingin berbicara dengan Yura.
"Lah, terus apa urusannya sama gue?"
"Lo gak suka sama dia?"
"Pertanyaan macam apa itu? Kalau memang gue suka sama dia, udah dari dulu gue embat."
"Dia diemin gue karena tau kalau Lo itu istri gue."
Yura diam tidak menanggapi, apa urusannya dengannya?
Mendapati tak ada jawaban dari Yura Aidan kembali melahap makanannya.
Yura pun kembali memperhatikan Aidan yang kembali makan dengan lahap. Ck, ayolah itu hanya ayam goreng tepung. Masak Aidan sampai sebahagia itu?
"Seenak itu emangnya bang masakan si kikil." ujar Yura menuang air minum ke gelas dan langsung meminumnya.
Aidan langsung memutar kepalanya menghadap Yura "Cicil cel bukan kikil." ralatnya terdengar tidak terima kala Yura mengganti nama sang mantan terindah. Giliran Yura saja dia ganti seenak jidat "Enak loh ini cel ayam goreng buatan cicil,. Lo mau nyicip?" lanjut Aidan menyodorkan potongan ayam goreng itu ke mulut Yura.
"Dih, ogah. Gak doyan gue makanan kayak gitu." Yura mendorong ayam goreng tersebut menjauh dari hadapannya, mulai hari ini Nasya jijay sama apapun yang berbau bau kikil.
"Serius? Gue abisin ini?"
"Abisin, kalau perlu setupperwarenya sekalian Lo Telan!" kesal Yura. Lalu bangkit meninggalkan Aidan sendiri di meja pantry menuju kamar. Tidak paham-kah Aidan kalau Yura sedang cemburu?! Dasar bodoh kau Aidan!
Melihat reaksi Yura Aidan sedikit heran "kenapa lagi si boncel? Tadi pagi berasa kayak punya istri Soleha. Eh, siang barongsai-nya malah balik lagi." gumamnya melihat punggung Yura yang kini telah menghilang saat sudah menaiki tangga. Lalu selanjutnya ia mengedikkan bahu acuh tidak perduli dan tetap melanjutkan makan siangnya. Mending dia mengurusi cacing di perutnya dari pada ngurusin Yura yang gak jelas hari ini.
Semantara Yura yang sudah berada di kamar langsung merebahkan dirinya di atas ranjang sambil memainkan ponsel di genggamannya. Ia mengetikkan sesuatu di search Google.
'Cara memasak ayam goreng yang benar'
____________________
Setelah Aidan pamit pergi lanjut kerja, Yura pun memulai aksinya.
Ia mencari ayam yang sudah tersedia di dalam kulkas. Lalu selanjutnya ia pergi keluar rumah menuju rumah orangtuanya dan menunju garasi.
"Loh dek, mau ngapain?" tanya Rita begitu mendapati anaknya yang berada di garasi rumahnya.
Yura mengambil sepedanya untuk di keluarkan "ini mau ngambil sepeda Bun."
Rita mengerutkan dahinya "kamu mau kemana memangnya?"
"Mau ke warung depan sana Bun, ada yang mau Yura beli." mau beli apa Yura tidak mengatakannya bisa bisa di tertawakan habis-habisan dirinya oleh sang bunda karena mau belajar memasak. Teringat dulu sang bunda menyuruhnya belajar memasak tapi apa jawaban Yura "besok kalau Yura menikah sama pengusaha kaya kayak Nikita Willy biar gak perlu masak, karena udah ada yang masakin."
Nyatanya tembakannya meleset, jauh berangan-angan ingin menikah dengan pengusaha eh yang dapat malah polisi yang berstatus tetangga dan teman masa kecil pula. Ya walaupun semenjak menikah dengan Aidan dia juga belum pernah menyentuh sutil dan konco-konconya sih. Karena Aidan sangat pengertian akan dirinya yang memang tidak bisa memasak sama sekali, malah pria itu yang mengambil tempat untuk memasak setiap hari. Baik sekali memang suaminya itu. Bagaimana bisa Yura tidak langsung jatuh cinta coba setelah menikah dengan Aidan kalau Aidan seperti itu.
Tapi di karenakan dia punya saingan sundal bolong yang levelnya jauh lebih tinggi darinya, Yura harus menaikkan sedikit levelnya supaya tidak terlalu jauh sekali dari si kikil kikil itu. Enak saja dia yang istri sah levelnya tertinggal jauh sama sundal bolong seperti si kikil. Oh, no tidak akan Yura biarkan itu terjadi.
"Yura pakai dulu Bun,"setelahnya ia mulai menggoes sepedanya menuju warung yang jaraknya lumayan jauh dari rumah mereka namun masih berada di kompleks perumahan itu. Dalam berkendara hanya sepedalah yang Yura mampu kendarai dan menurutnya paling aman.
Setelah berbelok ke gang lain selama 2 kali akhirnya Yura sampai ke warung yang dia maksud.
"Buk, beli tepung bumbu serbaguna untuk goreng ayam ada?" tanya Yura pada sang penjual. Ia dia jauh-jauh hanya untuk beli tepung bumbu serbaguna, karena dari resep yang ia baca di Mbah Google tadi ini adalah cara yang praktis dan gampang.
Tau sendiri Yura ini masih belajar, dan tidak mau repot dan ribet.
"Ada. Mau berapa neng?" tanya sang penjual sambil mengambil produk yang dimaksud Yura yang menggantung di antara toko tersebut.
"Yang gedek gak ada ya buk?" tanyanya.
"Gak ada neng, yang ada ini."
Yura tampak berpikir sejenak. "Ya udah buk, gak papa. Serenteng gitu berapa?" tanyanya ia membeli banyak takut nanti gak cukup karena inikan sedang uji coba. Sudah di pastikan pasti banyak gagalnya.
Yura pun membuka dompetnya untuk menarik uang dari sana.
"Loh, Yura?"
Teguran tersebut membuat Yura menoleh. Terdapat pria yang baru saja turun dari atas motornya bahkan masih mengenakan helm berdiri di depan warung bersisian dengannya.
Yura menyipitkan matanya mengamati siapa pria yang ada di balik helm full face tersebut. Ia pun melihat motor tersebut yang terlihat tidak asing.
Selanjutnya sang empu membuka helm dan tersenyum ramah. Semantara Yura sedikit kaget mengetahui siapa pria tersebut dan membalas senyuman pria itu dengan senyuman tipis.
Bisa-bisanya malah ketemu disini sih?!
"Belanja ya?" tanyanya.
Yura mengangguk saja.
"Eh, iya Pumpung kita ketemu disini." Revan memutar tas ranselnya yang bertengger di punggung dan mengambil sesuatu yang terdapat didalam ranselnya "nih gue punya undangan buat Lo. Gue akan grand opening cafe gue malam Minggu besok. Lo datang ya."
Secarik kertas kecil itu dia sodorkan pada Yura. Wajah belasterannya yang terlihat baby face yang tidak pernah luput memamerkan senyumnya pada Yura serta menampilkan 2 gingsulnya dan membuatnya tampak manis dan menambah nilai plus dari kegantengannya.
Pantas saja ia menjadi menyabet gelar most wanted di kampus. Tapi sayangnya hanya Yura yang tak memujanya, malah menurutnya Revan tampak biasa saja.
Ingat, Yura sudah kelilipan Aidan jadi seganteng apapun Revan tetep saja buram di matanya.
"Oh iya, ini juga kasih sama Bang Aidan ya, soalnya kalau gue susah banget mau ketemu sama dia. Tau sendirilah dia kan sibuk jadi aparat." lagi Revan memberikan satu kertas undangan berukuran kecil pada Yura untuk Aidan.
Dan kenapa Revan dan Aidan saling kenal?
Itu karena relasi Aidan yang tidak terkira sewatu SMA segala komunitas dan juga kegiatan di sekolah ia ikuti. Dan dari beberapa komunitas yang ia ikuti Aidan selalu bertemu dengan Revan dan mereka menjadi dekat karena itu.
"Gua gak bisa lama-lama nih, duluan ya Ra. Gue tunggu kehadiran Lo." lanjut Revan dengan senyuman manisnya yang nampak biasa saja di mata Yura. Mengambil sebotol air mineral, lalu membayarnya pada pemilik warung dan pergi.
gak kerasaaaaa😛