NovelToon NovelToon
Kasih Sayang Untuk Aditya

Kasih Sayang Untuk Aditya

Status: tamat
Genre:Tamat / Anak Genius / Ibu Pengganti / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa
Popularitas:1.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: ilmara

Bismillahirrohmanirohim.

Blur

Ulya sedang seorang gadis muslimah yang sedang menunggu dokter memeriksa ibunya dengan rawat wajah khawatir. Tapi disaat dia sedang terus berdoa untuk keselamatan sang ibu tiba-tiba dia melihat seorang bocah sekitar berumur 4 tahun jatuh tak jauh dari tempatnya berada.

Ulya segera membantu anak itu, siapa sangka setelah bertemu Ulya, bocah itu tidak ingin berpisah dengan Ulya. Anak kecil itu ingin mengikuti Ulya.

"Jadilah pengasuh Aditya, saya akan menyanggupi semua syarat yang kamu mau. Baru pertama saya melihat Aditya bisa dekat dengan orang asing apalagi perempuan. Saya sangat meminta tolong sekali, Ulya agar kamu meneriam tawaran saya." Raditya Kasa Hans.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ilmara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26

Bismillahirrohmanirrohim.

"Mohon perhatiannya untuk seluruh mahasiswa-mahasiswi maupun dosen di kampus Nasional, dimohon untuk menuju aula tanpa terkecuali. Saya beri waktu 15 menit untuk semua orang, semuanya harus sudah kumpul di aula seperti yang saya suruh."

Suara pak Pito terdengar di seluruh penjuru kampus Nasional, baik dari satu gedung ke gedung lain suara beliau juga terdengar sampai kantin. Pak Pito memang menggunakan pengeras suara yang dapat menjangkau sampai tempat jauh.

Mendengar pengumuman dari rektor mereka secara langsung semua orang segera berbondong-bondong menuju aula, Ulya dan Cia yang hendak pulang juga terpaksa harus mengurangkan niat mereka.

"Ada apa sih, Lia? baru pertama kali pak rektor ngumpuli seluruh mahasiswa-mahasiswinya ditambah para dosen pula."

"Kurunga tau juga Cia, nanti kita tahu ada masalah apa kalau udah sampai di aula."

Keduanya berjalan bersama menuju aula, Ulya dapat merasakan banyak tatapan mata yang melihat tidak suka kearahnya, Cia juga merasa hal yang sama seperti yang Ulya rasakan saat ini. Cia akan selalu di samping sahabatnya.

"Nggak habis pikir gue, lo masih mau temenan sama orang yang jelas-jelas murah kayak dia." Mulut Ria sama sekali tidak bisa dijaga.

Gadis itu datang tiba-tiba, pergi pun sama semua yang dia lakukan hanya membuat orang gondok saja.

"Jaga mulut kamu ya mak lapir!" geram Cia.

Tangannya sudah gatal ingin sekali menampar pipi perempuan yang kini sedang tersenyum manis di hadapan mereka berdua.

"Kita akan lihat Ria sampai kapan lo bakal bahagia kayak gini, aku pastiin kebusukan seorang akan segera terbongkar."

Senyum sini terbit di sudut bibir Cia, baru saja dia akan kembali angkat bicara tapi Ulya sudah lebih dulu mencegahnya.

"Maksud lo apa hah?" marah Ria merasa geram.

'Jangan sampai semua kebongkaran, bisa sia-sia semua usaha gue buat jelek-jelekin gadis sok cantik ini.' Batin Ria.

Ketakutan mulai menghampiri Ria saat mendengar perkataan yang keluar dari mulut Cia barusan, dia semakin bungkam ketika Ulya juga ikut mengeluarkan suara.

"Aku percaya jika suatu kebohongan pasti tak selamanya akan tersimpan rapi, cepat atau lambat sebuah kebohongan pasti terbongkar."

Ulya segera menarik tangan Cia agar menjauh dari Ria, tau sekali Ulya kalau Ria pasti tidak akan berhenti menjatuhkan dirinya begitu saja, Ria pasti akan berusaha terus memojokan Ulya.

"Sialan, awas lo Ulya, gue buat malu lo di depan semua orang." Sebuah senyum licik terbit dikedua sudut bibir Ria. Entah rencana licik apalagi yang Ria pikirkan.

Dan hal itu tidak luput dari penglihatan Eris yang sedari tadi terus membuntuti Ria atas suruhan dari Hans.

"Apa gadis itu tidak sadar sebentar lagi dirinya lah yang akan malu di depan banyak orang." Eris tertawa mengejek.

"Mungkin kalau disini ada den Aditya akan lebih seru lagi." Setelahnya Eris terus mengikuti Ria yang juga menuju aula.

Sampainya Ulya dan Cia dia aula tempat itu ternyata sudah ramai sekali orang. Ketika orang-orang itu melihat kedatangan Ulya kata-kata tak enak di dengar kembali dilontarkan untuk Ulya tatapan sinis pun tak jarang Ulya dapatkan.

Dari depan aula Hans terus memperhatikan Ulya yang hanya diam saja diperlakukan tidak baik oleh banyak orang. Sementara pak rektor sudah ketar-ketir sendiri para mahasiswa-mahasiswinya juga tak jarang beberapa dosen ikut menjelekan Ulya.

"Kita lihat sampai mana orang-orang ini terus menjelekkan Ulya setelah ini."

Sebuah senyum menyeramkan tersungging di bibir Hans, Eris yang tak sengaja melihat senyum iblis bosnya itu tak mampu berkata-kata, dia hanya bisa menelan ludahnya kasar.

"Jangan sampai bos ngamuk disini." Ucap Eris sudah was-was.

Pak Pito segera mengambil mic untuk membuat suasana lebih tenang, karena orang-orang di aula itu semakin menjadi terus saja menyudutkan Ulya.

"Mohon tenang semua, saya harapa kalian tidak terus mencaci maki teman kalian sendiri. Para dosen seharusnya kalian menjadi contoh yang baik untuk para mahasiswa-mahasiswi di kampus Nasional ini, bukan malah ikut mencemarkan nama baik mahasiswi."

Suara pak rektor yang tegas ternyata mampu membuat orang-orang yang ada di dalam aula itu bungkam, sayangnya tidak dengan satu orang yang merasa sangat kecewa.

"Tapi pak rektor bukankah apa yang kami semua katakan merupakan sebuah fakta bukan bohong belaka."

Baik Ulya maupun Cia menatap tak percaya pada Zevran, kebetulan kedua gadis itu duduk tak jauh dari Zevran. Ria yang melihat hal itu merasa sangat senang.

"Betul pak rektor!" sahut Ria semangat.

"DIAM!"

Semua orang langsung bungkam melihat pak rektor mereka marah besar.

"Orang-orang ini tidak sadar apa, mereka sedang menjerumuskan diri mereka sendiri ke dalam bahaya, lihat wajah tuan Hans semakin marah sepertinya."

Diantara banyaknya orang Eris sendiri yang merasa merinding akan tatapan bosnya itu. Pasalnya dia tahu seperti apa sang bos kalau sudah marah. Sekarang memang Hans tetap terlihat tenang, dia memang bisa menguasai dirinya sendiri.

"Kalian jika ingin terus berbicara maka gantikan saya disini!" tegas pak Pito.

Zevran dan Ria akhirnya bungkam tak berani bersuara lagi. Orang-orang itu tidak tahu jika saat ini pak Pito sedang menahan gemetar berada di samping orang yang sangat berpengaruh di kota ini.

"Kalian tahu untuk apa saya mengumpulkan, kalian semua disini! Ada yang akan menyapikan sesuatu pada kalian semua sebelum itu saya akan memberikan sambutan terlebih dahulu."

"Sebelumnya mari kita ucapan puji syukur pada Tuhan yang maha Esa. Saya juga sebagai rektor Universitas Nasional mengucapkan terima kasih pada tuan Hans sebagai dontaru terbesar di kampus ini, sudah sukarela datang secara langsung ke kampus ini, sungguh ini sebuah kehormatan untuk kami semua."

Eris menatap jengah pak rektor. "Astagfirullah, kelamaan pake sambutan pak langsung aja susah amat kayaknya." Komentar Eris.

Hal itu mengundang orang-orang yang duduk didekat Eris menatap aneh dirinya.

"Pada kenapa orang-orang ini?" bisik Eris pada diri sendiri.

Sampai suara pak Pito membuat mereka semua kembali menatap ke depan.

"Untuk tuan Hans dari keluarga Kasa, saya persihalakan bicara di porum ini. Beliau lah yang meminta saya mengumpulkan kalian semua, ada hal penting yang harus beliau sampaikan."

Hans berjalan dengan gagah mendekati pak Pito, pandangan matanya menatap keseluruh orang-orang yang ada di dalam aula saat ini, sampai tatapan matanya berhenti pada Ulya kebetulan gadis itu juga sedeng melihat ke depan jadilah padangan keduanya bertemu.

"Astagfirullah." Buru-buru Ulya menatap kesembarang arah.

"Kenapa dah, Lia?"

"Aku nggak papa kok, Cia." Ulya berusaha untuk menyungging senyum pada sahabatnya.

Sedangkan Hans entah sadar atau tidak sebuah senyum kecil terbit di bibirnya melihat tingkah Ulya tadi, Eris adalah salah satu orang yang melihat senyum Hans melongok tak percaya bosnya bisa tersenyum manis.

"Sebelumnya terima kasih untuk pak Pito, disini saya tidak ingin basa basi langsung saja saya akan membahas inti dari tujuan saya meminta pak Pito mengumpulkan semua SDM di kampus ini." Hans berkata dengan penuh wibawa.

Tak jarang banyak mahasiswi yang terkagum-kagum pada khasrimanya.

"Sebelum itu tolong namanya saya sebut maju ke depan tolong berdiri di sebelah saya!"

1
Ikhsan Fajar N
Arion, bener bener yee tu mulut😂
Sunarti Puji
lumayan bagus 👍
Asyatun 1
lanjut
Evy
Apa gunanya CCTV...
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒋𝒈 𝒈𝒂𝒌 𝒍𝒂𝒏𝒋𝒖𝒕 𝒍𝒈 𝒑𝒅𝒉𝒍 𝒅𝒂𝒉 𝒍𝒂𝒎𝒂 𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝑵𝒂𝒎𝒊𝒓𝒂 𝒊𝒕𝒖 𝒖𝒑 𝒅𝒂𝒕𝒆 𝒏𝒚𝒂 😞😞 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆 𝒋𝒂𝒎𝒖𝒓𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒏𝒖𝒏𝒈𝒈𝒖𝒊𝒏 𝒍𝒂𝒏𝒋𝒖𝒕𝒂𝒏 𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂𝒏𝒚𝒂 😏😏
Ilmara: Udah up lagi ya kak, kemarin-kemarin emang belum ada waktu aja🙏🤗
total 1 replies
Lilik Juhariah
suka kl cerita ada masalah larinke Allah ke Masjid , rata rata lari ke club' minum , pake obat perangsang Beratus novel ky begitu.semua
Khairanur
lanjut tor.aku suka ceritanya
Sumiati 32
Aditya hrs bahagia
Mimi Sanah
hahahaha mapus loh hans😁
Mimi Sanah
hahahaha modelan kayak begini jeh 😁
Zea Rahmat
kok tiba2 udh ada di rumah ya.. perasaan tadi masih di rs pas fahri blg jgn marahin mbak lia... ga ada narasinya dulu gitu.. jd bingung 😆😁
Suhadma
cerita nya bagus banget sampay ga bosen baca nya
Neulis Saja
karena Ulya belum berpengalaman jadi kelihatan innocent
Neulis Saja
cuma motif mereka mencelakakan Rama dan jeni masih secret terus mereka waktu pergi mau kemana ? urusan apa sampai meninggalkan anaknya yg dititipkan ke mertuanya juga msh abu2
Neulis Saja
ria kamu menyesal telah memberikan info hoax
Neulis Saja
siapa lagi yg hrs disuruh jedepan oleh hans
Neulis Saja
kalian baru tahu yah yang dianggap rendah ternyata suhu
Neulis Saja
next
Neulis Saja
pasti cia terpesona karena ada yg datang
Neulis Saja
kamu zevran org terpelajar jadi setiap yg didengar, dilihat belum tentu sama dgn apa yang terjadi cek in recek dong sama anak kampus mau dengar gosip ?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!