Namanya adalah Haidee Tsabina, wanita cantik dengan hijabnya yang merupakan istri seorang Ibrahim Rubino Hebi. Kehidupan keluarga mereka sangat harmonis. Ditambah dengan seorang anak kecil buah cinta mereka yaitu Albarra Gavino Hebi
Tapi semua berubah karena sebuah kesalahpahaman dan egois yang tinggi. Rumah tangga yang tadinya harmonis berubah menjadi luka dan air mata.
Sanggupkah Haidee dan Ibra mempertahankan keluarga kecil mereka ditengah banyaknya rintangan dan ujian yang harus mereka hadapi? Atau mereka akan menyerah pada takdir dan saling melepaskan? Yuk baca kisahnya.
Follow Ig author @nonamarwa_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Marwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24
Jangan lupa follow Instagram author @nonam_arwa
Jangan lupa like sama komentarnya yaa
🌹HAPPY READING🌹
"Kau," ucap seseorang memasuki kamar wanita tersebut. "Apa yang kau lakukan, Naina ?" sambung orang tersebut melihat keadaan kamar yang sangat berantakan. Ya, wanita itu adalah Naina.
Naina berbalik menghadap seseorang yang memasuki kamarnya. "Untuk apa kau kemari ?" ucap Naina.
"Aku merindukanmu, sayang," jawab seorang lelaki yang memasuki kamar Naina tadi.
"Kenapa lagi, hem ? Apa anak itu membuatmu marah lagi ?" ucap lelaki itu kembali mengusap lembut rambut Naina yang berantakan.
Naina mengangguk, "Iya. Bahkan dia sudah berani dengan terang-terangan menunjukkan kasih sayangnya kepada wanita sialan itu," jawab Naina masih dengan emosinya.
"Beri saja dia pelajaran rutin yang selalu kau berikan padanya."
"Kau tenang saja. Aku sudah menyiapkan siksaan untuknya."
"Baiklah, sekarang lupakan mereka, sayang. Mari kita habiskan waktu bersama," ucap lelaki tersebut.
Tanpa aba-aba, lelaki itu mencium dan ******* bibir Naina penuh Nafsu. Naina yang tadinya terkejut, kini mulai membalas ciuman lelaki itu. Tangan Naina sudah melingkar indah di leher lelaki itu.
Puas dengan bibir Naina, lelaki tersebut turun ke leher Naina dan mengecup setiap sudut lehernya. Kepalanya bergerak ke kiri dan ke kanan menikmati semua itu. Tangan kanan nya memegang pinggang Naina, sedangkan tangan kirinya menjalar ke dada Naina.
"Ahh," suara desahan indah keluar dari bibir Naina.
"Siap untuk pemanasan, Baby ?"
"As you wish, my sugar daddy," jawab Naina dengan suara sensualnya. Mereka pun melanjutkan kegiatan percintaan tersebut penuh nafsu yang memuncak.
Dee dan Al masih asik dengan kegiatan mereka di ruang pribadi Dee. Dee melihat jam dinding sudah menunjukan pukul sembilan lewat tiga puluh menit. Lalu ia menoleh ke sebelahnya melihat Al yang serius dengan kerajinannya. Meskipun lelah karena aksi kejar-kejaran tadi, tapi kebahagiaan tampak jelas di wajah anaknya.
"Al, kita istirahat dulu, ya," ucap Dee.
"Yah, kenapa cepat sekali, Umi ?" tanya Al lemas mendengar ucapan Uminya.
"Udah malam, sayang. Besok kita lanjut lagi. Badan Al sama Umi juga udah kotor semua. Kita bersih-bersih dulu, ya," jawab Dee lembut memberi pengertian kepada Al. Dee membawa Al ke kamar mandi yang ada di ruangan tersebut untuk membersihkan tanah liat yang menempel di kaki, tangan dan wajah mereka.
Setelah selesai, mereka bergegas keluar ruangan dan berjalan menaiki tangga menuju kamar Al.
"Biar Al mandi sendiri Umi. Al kan sudah besal," ucap Al setelah sampai di kamarnya.
"Kata siapa Al sudah besar ?"
"Kata Al. Kan udah bisa mandi sendiri, pasang baju sendiri, bangun sendiri juga udah bisa, makan sendiri. Malu kalau dimandiin sama Umi." jawab Al mengabsen segala hal yang bisa ia lakukan sendiri.
Bukannya bangga, Dee malah sedih mendengar ucapan Al. Maafkan Umi sama Abi, nak. Keadaan ini memaksa kamu untuk selalu dewasa. ucap Dee dalam hati.
"Tapi masa bilang R belum bisa ?" ucap Dee meledek Al.
Al cemberut mendengar ledekan Uminya. "Bisa, Umi. Tapi yang versi anak kecil nya," jawab Al membela diri.
Dee tergelak mendengar pembelaan Al.
"Ya sudah. Al mandi sendiri, biar Umi yang siapin baju, Al."
"Iya, Umi."
Al langsung berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri, sedangkan Dee menyiapkan pakaian untuk Al. Selang beberapa menit, Al sudah keluar dari kamar mandi dengan handuk yang menutupi tubuhnya sampai dada.
Dee tergelak melihat anaknya yang keluar kamar mandi dengan handuk yang dipasang seperti cara wanita memakai handuk.
"Anak Umi kayak perempuan kalau pakai handuk kayak gini," ucap Dee melihat Al berjalan ke arahnya
"Aulat, umi," jawab Al malu-malu.
"Hahaha, nggak usah malu, sayang. Al itu anak laki-laki, jadi aurat Al hanya dari pusar sampai lutut. Lagian Al itu anak Umi. Kenapa harus malu, sayang," ucap Dee lembut memberi penjelasan kepada Al.
"Jadi, Al boleh pakai handuk kayak Abi, Umi ?" tanya Al polos. Karena ia sering melihat Abinya yang memakai handuk dari pinggang saja.
Dee tersenyum sambil mengangguk. "Ya sudah. Sekarang pakai baju dulu, Ya. Kali ini biar Umi yang pasangin baju Al," ucap Dee tanpa ingin di bantah. Al hanya pasrah mendengar ucapan Uminya ini.
Dee membuka handuk yang menutupi tubuh anaknya dan me lap dengan lembut tubuh Al yabg masih basah. "Al, kita pakai salep untuk luka Al dulu, ya. Biar keringnya cepat," ucap Dee melihat luka di tubuh Al.
"Iya, Umi. Salep nya ada di laci dalam lemari Al," jawab Al menunjuk lemarinya yang tertutup rapi.
Dee berdiri mengambil salep luka Al. Setelah dapat, dengan perlahan Dee memakaikan salep tersebut. Al tampak senang, karena kali ini Uminya yang memakaikan salepnya. Biasanya dia sendiri yang harus memakainya. Raut wajah anak itu tidak menunjukan ekspresi kesakitan sama sekali.
"Sudah. Sekarang, anak Sholeh Umi sudah ganteng," ucap Dee setelah selesai memakaikan salep dan baju Al.
Al tersenyum mendengar pujian Uminya, "Telimakasih, Umi," ucap Al malu.
"Sama-sama, anak Umi. Sekarang Al tidur ya. Badannya pasti enak buat tidur. Masih segar abis mandi."
Al menaiki kasur dan berbaring di sana. Dee menyelimuti anaknya sampai batas leher.
"Selamat malam, anak Umi. Mimpi indah sayang," ucap Dee mencium lembut kening Al.
"Selamat malam kembali, Umi. Al sayang Umi," jawab Al tersenyum.
"Umi lebih sayang Al," jawab Dee.
Melihat Al yang sudah tertidur, Dee keluar dari kamar Al. Sebelum menutup pintu, tidak lupa Dee mematikan lampu terlebih dahulu.
Dee berjalan ke kamarnya. Sampainya di kamar, Dee melihat Ibra yang tengah duduk bersandar di kepala ranjang dengan laptop di pangkuannya. Ibra tampak serius dan tidak menyadari kedatangan Dee. Tidak ingin mengganggu suaminya, Dee berjalan memasuki kamar mandi dengan langkah pelan untuk membersihkan diri sebelum tidur.
Tiga puluh menit Dee di kamar mandi. Ibra menoleh ketika mendengar suara kamar mandi yang terbuka. Dia melihat istrinya keluar dari sana dengan piyama panjang lengkap dengan hijab yang terpasang rapi di kepalanya. Sampai di tempat tidur, Dee langsung merebahkan diri tanpa menghiraukan Ibra yang memperhatikannya dari sejak ia keluar dari kamar mandi.
"Huft," Ibra menghela nafas pelan. Dia tahu, pasti Dee kecewa dengannya karena tidak mengajaknya ke acara sekolah Al, dan malah mengajak Naina.
"Sayang," panggil Al lembut.
Dee hanya diam. Dia tidur dengan posisi membelakangi Al.
"Sayang," panggil Al lagi dengan mengusap lembut bahu Dee.
......................
Kira-kira sugar Daddy nya Naina siapa, ya ?????
Terimakasi sudah mampir dan menyaksikan bagaimana kisah Ibra, Dee dan juga Al ,,,
Jangan lupa like sama komentarnya yaa teman-teman agar author lebih bersemangat lagi dan lagi,,,
Jangan lupa follow Instagram author @nonam_arwa untuk melihat ucapan ucapan mutiara author yaa.....
Author sangat berterimakasih kepada readers yang selalu setia untuk membaca novel author, jangan pernah bosan yaa 🌹🌹 author sayang kalian.
tapi seruuu puas bgt bacanya
terimakasih thooor
semoga karya mu selalu d gemari
berbahagialah dee
paling buat berobat Jaka 15rb tuuh beli betadine