Pertemuan antara lelaki bernama Saddam dengan perempuan bernama Ifah yang ternyata ibu kosnya Ifah adalah gurunya Saddam disaat SMA.
Ingin tau cerita lengkapnya, yuk simak novelnya Hani_Hany, menarik loh... jangan lupa like, komen, dan ajak para readers yang lain untuk membaca. yuks
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
Saddam masuk kamar ternyata Ifah sudah tertidur.
"Dia pasti lelah." gumam Saddam pelan lalu naik ke atas kasur.
"Yank, baru kembali ki?" tanya Ifah lalu menatap suaminya. Saddam hanya mengangguk saja lalu berbaring disamping Ifah.
"Tidur lah, ini sudah malam." ucap Saddam pelan.
"Iya. Tidur miki juga yank." lalu mereka tidur berdua dengan saling memeluk tanpa terjadi sesuatu yang lain atau malam pertama karena Ifah sedang datang bulan.
Paginya Ifah segera bangun untuk berwudhu dan shalat, kemudian membaca ayat al-Qur'an. Usai melakukan kewajibannya Ifah membangunkan Saddam untuk shalat subuh kemudian Ifah membantu ibu mertuanya memasak didapur.
"Ibu masak apa?" tanya Ifah ramah.
"Masak nasi nak, kamu sudah bangun?" tanya ibu Setya.
"Iya bu. Mau bantu ibu masak." ucapnya sambil tersenyum manis.
"Itu masih ada sisa daging kemarin mau dipanasi, kalau mau masak sop juga boleh karena masih ada kentang wortel disana." tunjuk ibu Setya pada tempat penyimpanan sayur mentah.
"Baiklah ibu." Ifah menuju daging sapi yang harus dipanasi lalu menyiapkan bahan untuk membuat sop. Usai masak memasak datang sang suami memeluk Ifah dari belakang.
"Yank, bikin kaget saja! Sana deh ganggu saja." ucap Ifah melepas genggaman tangan Saddam yang melingkar diperutnya.
"Biar romantis kayak di filem yank." jawab Saddam makin mengeratkan genggamannya.
"Malu kalau ada yang lihat sayang." ucap Ifah malu sendiri melihat tingkah sang suami.
"Ciee pengantin baru." datang bude Widya menggoda pengantin baru.
"Yank malu dilihat bude." bisik Ifah pada Saddam, Saddam hanya tersenyum tanpa rasa bersalah.
"Sana Saddam, nanti gosong masakan isteri kamu itu." tegur sang bude.
"Ya bude." ucap Saddam patuh lalu meninggalkan dapur, tidak lupa mengecup kening Ifah sejenak. Bude Widya yang melihat hanya menggelengkan kepala.
"Dasar anak muda, pengantin baru lagi!" batinnya lalu masuk ke kamar mandi yang berada di dekat dapur.
"Malu nya deh, ditegur bude Widya." batin Ifah sambil menyelesaikan masakannya. Tidak lupa Ifah buat Kopi dan teh sesuai jumlah orang yang ada di rumah tersebut.
"Ayo sarapan semua, masakan sudah siap dihidangkan dimeja makan. Pengantin baru loh yang masak!" seru ibu Setya mengajak para keluarga makan atau sarapan bersama. "Panggil mertua mu di sebelah Saddam." perintahnya pada sang anak. Kemudian Saddam memanggil papa mertua beserta keluarga untuk makan bersama sebelum mereka pulang kampung.
Usai sarapan, sekitar pukul 09.00 papa Abdul pamit beserta rombongan untuk kembali ke kampung.
"Baik² disini nak, jadi isteri sholehah." pesan sang papa dan Ifah hanya mengangguk setuju. "Jaga putri papa Dam." pesan sang mertua.
"Ya Pa." jawab Saddam mantap lalu mereka berpisah jarak tetapi masih dapat berkomunikasi melalui ponsel canggih.
"Ayo pulang." ajak Saddam pada sang isteri. "Jangan sedih, nanti bisa menelfon." ledek Saddam sambil bercanda.
"Iya. Sedih saja yank, sekarang statusku sudah isteri. Bagaimana perasaan papa ya?" tanyanya.
"Ya tentu sedih, anak gadisnya diambil orang." ucapnya serius. Sampai di rumah Ifah dan Saddam masuk kamar untuk mengecek kado dan amplop untuk mereka berdua, sisanya dimasukkan dalam box untuk orang tuanya.
"Alhamdulillah banyak juga." gumam Ifah pelan.
"Alhamdulillah yank." sahut Saddam, mereka fokus menghitung uang. Ifah bagian mencatat, sedang Saddam membuka amplop sambil menghitung uangnya. Usai urusan amplop lanjut ke kado pernikahan.
"Banyak juga yang memberi kado yank." gumam Ifah lagi.
"Iya. Coba cek nama²nya lalu dicatat yank." saran Saddam. Ifah menuruti saran Saddam sang suami, bahkan dia mencatat isi kadonya seperti seprey, handuk, baju tidur, dan lainnya karena suatu saat insya Allah mereka harus mengembalikan jika mendengar kabar pernikahannya.
Beberapa pekan di rumah mertua Ifah mulai bosan.
"Yank kapan pindah?" tanya Ifah saat berdua dengan sang suami.
"Besok yank." jawabnya enteng.
"Benar yank, serius ki?" tanyanya semangat. Kemudian Ifah bangkit dan membereskan pakaiannya karena bahagianya akan pindah dari rumah mertuanya.
"Kamu bahagia sekali sayang?" tanya Saddam memeluk isterinya dari belakang.
"Banget. Kenapa kamu gak bilang?? Kenapa mendadak yang??" tanyanya bertubi².
"Biar surprise tapi malah gagal yank." jawabnya sendu.
"Yah berarti gak seru dong!" ikutan sendu. Usai membereskan pakaian Saddam pamit pada orang tuanya ketika sedang bersantai di teras rumah.
"Kami besok harus pindah bu, gak enak disini terus!"
"Gak enak kenapa Dam?" tanya ibu Setya.
"Kami sudah berkeluarga bu, mau mandiri juga." ucapnya asal.
"Ya sudah terserah kalian saja!" jawab ibu Setya pasrah. Dia suka ada menantunya disana karena ada yang menemaninya cerita lebih tepatnya pendengar ceritanya sih! "Ayah sudah kamu bilangi?" tanya ibu.
"Belum. Nanti malam saja!" ujar Saddam enteng.
"Kamu ini bagaimana Dam, kok serba dadakan begitu sih!" omel ibu Setya masuk kamarnya untuk menemui sang suaminya.