Namanya Gadis. Namun sifat dan tingkah lakunya yang bar-bar dan urakan sangat jauh berbeda dengan namanya yang jauh lebih menyerupai laki-laki. Hobinya berkelahi, balapan, main bola dan segala kegiatan yang biasa dilakukan oleh pria. Para pria pun takut berhadapan dengannya. Bahkan penjara adalah rumah keduanya.
Kelakuannya membuat orang tuanya pusing. Berbagai cara dilakukan oleh sang ayah agar sang putri kembali ke kodratnya sebagai gadis feminim dan anggun. Namun tidak ada satupun cara yang mempan.
Lalu bagaimanakah saat cinta hadir dalam hidupnya?
Akankah cinta itu mampu mengubah perilaku Gadis sesuai dengan keinginan orang tuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25- Pertunjukan Seru
HAPPY READING
🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀
"Cukup, Tir. Aku mohon tolong jangan bicara seperti itu tentang mas Yusuf. Aku kenal dia dengan sangat baik. Dan aku paham alasannya menggantungku. Dan sebaiknya kamu pergi saja dari sini. Tolong jangan ikut campur. Biarkan aku menyelesaikan masalahku berdua saja dengan mas Yusuf."
Tersinggung dengan ucapan Tirta yang menjelek-jelekkan Yusuf, Rebecca menarik tangannya sedikit kasar agar terlepas dari pria itu. Dia pun kembali berbalik dan melangkah masuk kedalam tanpa mempedulikan Tirta yang tetap saja mengejarnya.
Sedangkan didalam, Yusuf masih dengan aktivitas mengepelnya sambil mengobrol dengan Gadis.
"Oh ya, Dis, ibu lagi ngapain?"
"Tuh, lagi tidur dikamar. Aku keluar dulu ya, Mas. Mau cari angin."
"Oke, hati-hati ya."
Gadis melangkahkan kakinya untuk menuju pintu keluar. Namun, tiba-tiba saja dia terpeleset karena licinnya lantai.
"Ahhkk!"
"Gadis!" teriak Yusuf terkejut dan dengan sigap menangkap tubuh Gadis sebelum terjatuh menghantam lantai.
Keduanya pun kembali bertatapan. Dada Gadis kembali berdebar-debar. Dia heran, apakah pria ini punya aliran listrik sehingga selalu membuatnya bergetar setiap kali bersentuhan?
Rebecca muncul didepan pintu. Betapa terkejutnya dia melihat pemandangan didepannya. Perasaan marah dan cemburu menghantamnya melihat Yusuf berpelukan dengan seorang wanita.
Yusuf tanpa sengaja mengarahkan pandangannya kedepan pintu. Dan dia sangat terkejut melihat Rebecca yang berdiri diambang pintu. Menatapnya dengan mata memerah dan berkaca-kaca, bahkan dadanya pun naik turun.
Sedangkan Gadis berdiri dengan posisi membelakangi Rebecca. Dan dia masih larut dengan perasaannya yang terpesona dengan Yusuf, sehingga tidak menyadari kehadiran orang lain disana. Begitu juga dengan Rebecca yang tidak bisa melihat wajah Gadis dengan jelas.
Tidak kuat menyaksikan pemandangan yang menyesakkan dadanya, Rebecca pun berbalik dan berlari sambil menangis.
"Bec." Tirta yang tadi berdiri dibelakang Rebecca pun spontan mengejarnya.
Yusuf dengan tergesa-gesa melepaskan tubuh Gadis.
"Tolong pegang dulu ya." Yusuf menyerahkan sapu pel ditangannya pada Gadis, lalu dia berlari keluar untuk mengejar Rebecca.
Gadis menatap kepergian pria itu dengan heran. Sebenarnya apa yang akan dilakukannya? Dan, sepertinya ada orang diluar. Apa Yusuf ingin menemui orang itu?
"Rebecca, tunggu." diluar, Tirta masih berusaha mengejar Rebecca yang terus berlari menuju mobil tanpa mempedulikannya.
Yusuf pun ikut berlari mengejar Rebecca. Tanpa menyadari keberadaan Tirta, dia melewatinya begitu saja.
"Rebecca, tunggu. Tolong dengarkan penjelasan aku dulu. Ini tidak seperti yang kamu kira. Becca."
Rebecca sama sekali tidak mempedulikan penjelasan Yusuf. Dengan air mata yang berlinang diwajahnya, dia memasukkan kunci mobil dan memutarnya, lalu menghidupkan mesin hingga mobil itu berjalan meninggalkan tempat itu. Yusuf berusaha mengejarnya, namun percuma saja.
Gadis keluar dan memperhatikan adegan itu dengan rasa penasaran akan siapa sebenarnya wanita bernama Rebecca itu. Kenapa Yusuf sampai mengejar-ngejarnya seperti itu? Apa itu pacarnya?
Entah kenapa Gadis merasa sewot memikirkan kemungkinan itu. Dia tidak bisa melihat wajah wanita itu dengan jelas.
Dia punya kenalan yang bernama Rebecca. Apa mungkin itu orang yang sama? Tapi belum tentu juga. Memangnya di dunia ini, orang yang bernama Rebecca hanya satu?
Yusuf yang masih menatap mobil Rebecca yang terus menjauh dengan perasaan sedih dan bersalah, terkejut saat ada yang menepuk pundaknya dari belakang. Spontan dia menoleh.
Namun belum sempat melihat wajah si penepuk itu dengan jelas, sebuah tinju sudah lebih dulu melayang kewajahnya hingga dia terhuyung dengan hidung berdarah. Gadis yang menyaksikan itu cukup terkejut.
"Kamu siapa? Kenapa kamu pukul saya?" sambil memegangi hidungnya yang terasa sakit, Yusuf menatap Tirta dengan bingung. Tidak mengerti kenapa pria asing itu tiba-tiba saja menghajarnya.
"Ini akibatnya, karena kamu sudah berani menyakiti Rebecca!" teriak Tirta yang kembali melayangkan bogem mentah kewajah Yusuf. Namun kali ini dia berhasil mengelak.
Tirta yang marah terus menghajar Yusuf secara membabi buta. Dia marah karena pria itu, Rebecca tidak bisa menerima cintanya selama bertahun-tahun. Ditambah lagi dengan kejadian barusan, dimana pria itu bermesraan dengan perempuan lain didepan mata Rebecca.
Benar-benar pria brengsek yang tidak bisa dimaafkan!
Namun kali ini Yusuf tidak tinggal diam. Dia melawan setiap serangan yang pria itu berikan untuknya.
Gadis yang masih disana menyaksikan pertarungan kedua pria tampan dan gagah itu dengan takjub. Dengan santainya dia duduk di kursi seakan sedang menyaksikan pertunjukkan seru dihadapannya.
"Ayo, Mas Yusuf, hajar terus." dia bertingkah layaknya pendukung Yusuf yang terus menggerak-gerakkan kepalan tangannya sambil berseru.
"Dis, ada apa sih ribut-ribut?" tanya bu Santi yang tiba-tiba muncul didepan pintu.
Bu Santi lalu mengalihkan pandangannya pada pertarungan yang sedang berlangsung. Dan, betapa terkejutnya wanita paruh baya itu melihat anaknya sedang saling hajar menghajar dengan seorang pemuda yang entah siapa.
"Ya Tuhan! Heh, kamu siapa? Kenapa kamu bertengkar dengan anak saya?! Yusuf, sudah, Nak! Nggak enak sama tetangga. Heh, pergi kamu dari rumah saya!" bu Santi pun menjadi heboh saking paniknya. Sambil teriak-teriak melerai, dia menatap kesekitarnya apakah ada orang yang lewat atau tidak.
Pertarungan Yusuf dan Tirta tetap berlangsung tanpa terganggu dengan kehebohan dan teriakan bu Santi. Dan itu membuat beliau semakin panik melihat keduanya sudah babak belur.
Sedangkan Gadis masih duduk dengan santainya sambil terus menggerak-gerakkan kepalan tangannya, layaknya penonton yang menikmati acara.
"Ya Allah, tolong! Tolong!" bu Santi kembali memandangi kesekelilingnya sambil teriak-teriak minta tolong, berharap ada orang yang lewat dan melerai menghentikan pertarungan mengerikan itu.
Teriakan bu Santi membuat Gadis terganggu hingga dia menutup telinganya.
"Udah, Bu, nggak usah teriak-teriak. Nanti penyakit Ibu kambuh lagi. Biarin aja mereka ribut. Itu urusan antara laki-laki dengan laki-laki. Entar juga berhenti sendiri kalau udah ada yang KO," ucapnya dengan enteng.
"Kok biarin aja sih? Nanti kalau mereka sampai kenapa-napa gimana? Atau, nanti kalau tetangga pada datang kemari terus marah-marah karena terganggu dengan keributan yang mereka buat, gimana?" seru bu Santi.
Gadis mengibaskan tangannya ke udara.
"Udah, itu urusan gampang, Bu. Mending Ibu masuk aja lagi, istirahat, ya."
Bu Santi semakin pusing dan panik memikirkan cara agar pertarungan itu berhenti. Ditambah lagi dengan sikap Gadis yang santai dan begitu menikmati pertarungan itu. Membuatnya tidak mengerti jalan pikiran anak ini.
Pada saat itu Yusuf memukul Tirta hingga terhuyung kedekat Gadis.
"Sekarang giliran gue." dengan riang gembiranya Gadis bangkit dari kursi dan menghajar Tirta.
Pemandangan itu membuat Yusuf dan ibunya melongo. Gadis menghajar Tirta habis-habisan hingga pria itu tidak berdaya.
Bu Santi jadi ngeri melihat tingkah Gadis yang melebihi laki-laki. Gadis menghajar Tirta hingga pria itu terhuyung kedekat Yusuf.
Yusuf mendekati Gadis dan mengangkat tangan kanannya ke udara.
"Gadis, Gadis. Cukup, cukup," serunya.
BERSAMBUNG