Aisha Naziya Almahyra telah menjalin hubungan selama tiga tahun dengan kekasihnya yang bernama Ikhbar Shaqr Akhdan. Hubungan mereka sudah sangat jauh.
Hingga suatu hari kedua orang tua mereka mengetahuinya, dan memisahkan mereka dengan memasukan keduanya ke pesantren.
Tiga tahun kemudian, Aisha yang ingin mengikuti pengajian terkejut saat mengetahui yang menjadi ustadnya adalah Ikhbar. Hatinya senang karena dipertemukan lagi dalam keadaan telah hijrah.
Namun, kenyataan pahit harus Aisha terima saat usai pengajian seorang wanita dengan bayi berusia satu tahun menghampiri Ikhbar dan memanggil Abi.
Aisha akhirnya kembali ke rumah, tanpa sempat bertemu Ikhbar. Hingga suatu hari dia dijodohkan dengan seorang anak ustad yang bernama Ghibran Naufal Rizal. Apakah Aisha akan menerima perjodohan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25. Syifa Sauqiya
Seorang bocah cilik memeluk erat Ghibran. Begitu juga pria itu, dia memeluk dan mengecup kedua pipinya.
Dia adalah bocah cilik berusia empat tahun yang diberi nama, Syifa Sauqiya yang memiliki arti anak perempuan laksana obat penawar rindu.
Ghibran lalu mengangkat boneka yang dia bawa, dan menunjukan pada Syifa. Gadis cilik itu tampak tersenyum semringah.
"Coba lihat, apa yang Papi bawakan kali ini untuk Syifa," ucap Ghibran.
"Papi, bonekanya gede banget," ucap bocah itu dan memeluknya. Ghibran seperti menggendong dua bocah.
"Kamu suka, Sayang?" tanya Ghibran.
"Suka banget, Pi."
Ghibran terus saja mengecup kedua pipi sang bocah. Dia lalu menemui ibu ketua yayasan. Meminta izin membawa Syifa.
"Bunda, aku izin bawa Syifa pergi. Aku mau ke kuburan Alya," izin Ghibran.
"Silakan, Pak. Kenapa harus izin dulu. Syifa putrinya Bapak," jawab Bunda.
Setelah pamit dan bersalaman dengan Bunda Yeyet, Ghibran pergi ke sebuah pemakaman umum. Dia selalu membawa Syifa ke rumah terakhir maminya.
Di salah satu makam, Ghibran berhenti. Menurunkan Syifa dari gendongannya.
"Alya, aku datang lagi. Kamu lihat, sekarang Syifa semakin besar. Dia mirip denganmu. Aku seperti melihat kamu pada dirinya. Apa kabar kamu di sana? Alya, aku mungkin akan membawa anak kita. Aku telah berkeluarga, jadi Syifa akan ada yang menjaganya. Dia wanita yang baik, aku yakin istriku akan menyayangi Syifa. Namun, aku butuh waktu untuk berterus terang. Bantu doa agar semua berjalan sesuai rencanaku," ucap Ghibran sambil memegang batu nisan.
Ghibran lalu meminta Syifa menabur bunga ke makam ibunya. Meminta bocah cilik itu berdoa.
"Mami, aku dibelikan Papi boneka yang besar banget. Aku suka. Papi baik banget. Aku sayang Papi," ucap Syifa dengan mengecup pipi Ghibran.
"Mami Alya, Papi dan Syifa mau pulang. Mami bahagia di sana. Bulan depan Papi dan Syifa datang lagi," ucap Ghibran.
Ghibran kembali menggendong putri kecilnya menuju mobil. Mereka kembali ke panti. Sebelum itu Ghibran mampir ke supermarket dan membelikan banyak makanan untuk sang putri.
"Banyak banget es krim nya, Pi," ucap Syifa dengan suara riang.
"Kamu bisa menyimpan di kulkas, buat besok. Sebagian kamu beri untuk teman lainnya," balas Ghibran.
"Terima kasih, Papi. Aku sayang Papi," ucap Syifa dan mengecup pipi Ghibran.
"Maafkan Papi, Nak. Belum bisa membawa kamu dan mengenalkan pada keluarga lainnya. Papi janji akan memberikan kamu keluarga utuh. Aku yakin Aisha akan mau menerima Syifa. Semoga sebelum istriku hamil, aku bisa mengatakan tentang anakku ini agar dia bisa menyayanginya. Jika kami telah memiliki anak, aku takut Aisha sulit menerima kehadiran Syifa," gumam Ghibran dalam hatinya.
Baru saja Ghibran menginjakan kakinya di halaman panti asuhan, ponselnya berdering. Dia melihat nama Aisha sang istri. Baru dia ingat jika belum memberikan kabar padanya.
Ghibran meminta supir membawa semua makanan yang dia beli ke dalam panti asuhan dan berikan pada Bunda Yeyet. Dia juga meminta Syifa masuk.
Ghibran lalu menghubungi sang istri dengan panggilan video. Dia melihat Aisya sedang berbaring di kamar.
"Sayang, maaf. Aku tadi sibuk, jadi lupa mengabari kamu. Sedang apa kamu, Sayang?" tanya Ghibran dengan suara lembut. Dia menyesal karena baru mengabari sang istri.
"Aku kuatir, Mas. Apa susahnya meluangkan waktu semenit untuk mengirim pesan kalau Mas telah sampai dengan selamat," jawab Aisha.
"Sayang, maaf. Aku mengaku salah. Lain kali aku tidak akan lupa lagi mengabari kamu."
"Jangan ulangi lagi. Dari tadi pikiranku tak tenang sebelum kamu beri kabar," balas Aisha.
"Kamu sudah makan, Sayang?" tanya Ghibran untuk mengalihkan topik pembicaraan.
"Bagaimana aku bisa makan, jika aku sangat mengkuatirkan kamu, Mas."
"Sayang, cepat makan. Aku tak mau kamu sakit. Sekali lagi maafkan aku," ucap Ghibran dengan penuh penyesalan.
"Iya, Mas. Kamu juga jangan lupa makan," balas Aisha.
"Ya Allah, bagaimana aku bisa lupa mengabari Aisha. Lihatlah, dia justru mengkuatirkan aku hingga tidak makan," gumam Ghibran dalam hatinya.
"Papi ...," panggil Syifa dan berlari ke pelukan Ghibran.
Aisha yang melihat seorang bocah cilik memanggil Ghibran dengan sebutan Papi menjadi terkejut dan heran. Dia langsung bertanya.
"Siapa anak kecil itu, Mas?" tanya Aisha.
...----------------...
Selamat Siang. Demi pembaca setia, akhirnya mama memutuskan untuk tetap melanjutkan novel ini. Mama mohon untuk tidak mengskip membaca novel ini. Untuk menaikan retensi. Baca tiap update. 🙏🙏🙏. Terima kasih. Lope-lope sekebon. 😍😍
