Heriani mengalami perubahan setelah koma di rumah sakit.
Dia yang dulunya selalu di tindas berubah menjadi perempuan yang percaya diri dan berpengetahuan luas.
Sekarang saatnya balas dendam pada semua yang telah menyakitinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
Karena semua orang tidak dapat lagi mencegah kepergian Dito bersama dengan heriyani, maka dua orang itu akhirnya menaiki taksi untuk pergi ke stasiun kereta api bawah tanah.
Setelah tiba di stasiun, keduanya berdiri menunggu kereta api yang akan lewat dalam 5 menit lagi.
Saat itu, Dito yang menggenggam tangan istrinya kemudian menatap istrinya sembari berkata, "Aku senang ternyata ibu dan kedua adikku sudah sadar akan kelakuan mereka sehingga sekarang mereka benar-benar menyayangimu dan berharap kau bisa tetap tinggal bersama-sama dengan mereka."
Heriani yang mendengarkan itu benar-benar ingin muntah, Tetapi dia berusaha menahan dirinya sembari tersenyum dan berkata, "ya, aku benar-benar terharu melihat mereka benar-benar menahanku untuk pergi. Kita harus sering-sering datang mengunjungi mereka."
"Tentu, kita bisa datang kapan saja, Tapi semua itu harus melihat kondisi kesehatanmu," ucap Dito yang tidak mau jika kesehatan perempuan itu malah memburuk saat harus selalu menaiki kereta api dalam waktu yang lama.
"Jangan khawatir, aku akan menjaga kesehatanku supaya kita bisa sering-sering berkunjung kemari," kata heriyani dengan sebuah senyum mengembang di wajahnya.
'Tentu saja aku harus sering-sering kemari, aku ingin melihat penderitaan mereka setelah aku tidak tinggal di rumah itu lagi.' ucap heriyani dalam hati sembari melihat kereta yang telah datang menghampiri mereka.
Maka keduanya pun menaiki kereta api dan duduk di gerbong VIP yang memang sengaja dipesan oleh Dito sebab Dia tidak ingin kondisi kesehatan istrinya memburuk jika perempuan itu harus duduk di tempat yang banyak orang.
Dia ingin istrinya beristirahat di kereta api dengan tenang tanpa ada gangguan kebisingan, sehingga pria itu memilih menghabiskan lebih banyak uang demi kelas VIP.
"Ini sangat nyaman, Terima kasih sudah memesan tempat yang nyaman untuk perjalanan kita," ucap heriyani yang jelas tahu bahwa sebenarnya suaminya selalu menggunakan kelas ekonomi saat menggunakan kereta bawah tanah.
Hal itu ia ketahui dari ingatan Hariani yang beberapa kali memergoki pria itu bercakap-cakap dengan temannya di telepon.
"Aku cuma khawatir kau tidak bisa beristirahat dengan baik di kelas ekonomi, jadi aku khusus memesan kelas VIP untuk kita. Ahh,, kalau kau membutuhkan sesuatu, jangan sungkan mengatakannya padaku," kata Dito langsung diangguki oleh heriani dan heriani pun mengatur posisi kursinya supaya dia bisa berbaring dengan nyaman.
Dito pun membantu perempuan itu dengan cara menyelimutinya, dan dia pun ikut berbaring untuk beristirahat sebab Dia tahu ketika dia telah tiba di desa maka ada banyak pekerjaan yang menantinya.
Keduanya tertidur sambil berpegangan tangan, sampai akhirnya ketika mereka terbangun, Dito menatap istrinya yang juga sudah membuka matanya, "kita akan tiba sebentar lagi, Setelah itu kita akan melanjutkan perjalanan dengan menaiki bus," ucap Dito.
"Baik," jawab heriyani sembari memperbaiki kembali posisi kursinya lalu perempuan itu mengambil air putih yang mereka bawa sebagai bekal lalu meneguknya.
"Apakah saat tiba nanti kau akan langsung bekerja?" Tanya heriani pada suaminya Setelah dia meletakkan kembali botol air minum di tempatnya.
"Ya, Sepertinya begitu," jawab Dito.
"Baiklah, kalau begitu, nanti aku akan berjalan-jalan saja di sana. Ahh,, Apakah nanti di sana Aku boleh mendapatkan sebuah komputer?" Tanya Heriyani yang hendak menggunakan komputer tersebut untuk mencari banyak informasi mengenai lukisan seharga 3 miliar yang ingin ia jadikan hadiah untuk tuan besar Romania.
Dito menganggukkan kepalanya, "tentu saja, nanti aku akan mengatur seseorang untuk menyiapkannya untukmu. Kami memiliki komputer keluaran terbaru, komputer itu juga jarang digunakan Jadi kau bisa mengambilnya," ucap Dito.