Sadiyah, seorang gadis yatim piatu, terpaksa harus menerima perjodohan dengan cucu dari sahabat kakeknya. Demi mengabulkan permintaan terakhir sahabat kakeknya itu, Sadiyah harus rela mengorbankan masa depannya dengan menikahi pria yang belum pernah ia temui sama sekali.
Kagendra, pengusaha muda yang sukses, terpaksa harus menerima perjodohan dengan cucu dari sahabat kakeknya. Disaat ia sedang menanti kekasih hatinya kembali, dengan terpaksa ia menerima gadis pilihan kakeknya untuk dinikahi.
Setelah pernikahan itu terjadi, Natasha, cinta sejati dari Kagendra kembali untuk menawarkan dan mengembalikan hari-hari bahagia untuk Kagendra.
Apakah Sadiyah harus merelakan pernikahannya dan kembali mengejar cita-citanya yang tertunda? Akankan Kagendra dan Natasha mendapatkan cinta sejati mereka?
Siapa yang akan bersama-sama menemukan cinta sejati? Apakah Sadiyah dan Kagendra? Ataukah Natasha dan Kagendra?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raira Megumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Pasrah
Sadiyah menunggu Kagendra yang hingga jam 10 malam belum juga pulang. Matanya sudah perih dan tubuhnya pun sangat lelah karena sejak siang tadi ia berpeluh membersihkan unit apartemennya dan membuat banyak masakan. Sadiyah pun tertidur di sofa ruang tengah dengan televisi yang masih menyala.
Kagendra sampai di unitnya ketika jarum jam di dinding menunjuk ke angka 11. Ia melihat Sadiyah yang tertidur meringkuk di atas sofa. Lalu ia melihat tudung saji di atas meja bar. Ketika Kagendra membuka tudung sajinya, ia melihat menu makan malam untuknya berupa ayam filet bumbu teriyaki dan oseng kangkung, salah satu menu masakan kesukaannya.
Kagendra berjalan menuju sofa dan menggoyangkan lengan Sadiyah agar terbangun.
“Hei…bangun…pindah tidurnya.” seru Kagendra sambil terus menggoyangkan lengan Sadiyah.
Setelah beberapa lama mencoba membangunkan Sadiyah. Akhirnya istrinya itu terbangun juga.
“Baru pulang, A?” tanya Sadiyah sambil mengucek matanya.
“Hmmm….”
“Sudah makan malam?” tanya Sadiyah lagi.
“Ya.” Jawab Kagendra singkat.
Sadiyah berlalu dari hadapan Kagendra lalu masuk ke kamar dan langsung merebahkan dirinya di atas kasur.
Kagendra mengikuti pergerakan Sadiyah dengan matanya. Tak lama ia pun masuk ke dalam kamar. Ia menatap wajah polos Sadiyah dan dadanya sedikit terasa sesak.
“Kenapa dadaku rasanya tidak nyaman?” tanya Kagendra dalam hati.
Kagendra masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan bersiap untuk tidur.
Hari ini adalah hari yang luar biasa bagi Kagendra. Ia merasa sangat bahagia karena bertemu kembali dengan kekasih hatinya. Bayangan ketika ia bermesraan bersama dengan Natasha di kantor tadi siang dan dilanjutkan dengan kemesraan mereka di apartemen Natasha tadi sore sampai satu jam yang lalu, membuat senyum terus terkembang di bibir Kagendra.
Sejak siang tadi sampai satu jam yang lalu, Natasha tidak pernah lepas dari pelukannya. Begitupun bibir mereka yang hampir dimanjakan setiap menitnya oleh masing-masing pemiliknya seakan-akan mereka ingin membayar lunas sekaligus kerinduan terpendam selama lebih dari empat tahun perpisahan mereka.
Kagendra menyentuh bibirnya, ia masih merasakan manisnya bibir Natasha yang bermanja di bibir miliknya.
“Oh my God, I’m extremely happy.” seru Kagendra dalam hatinya. Ingin rasanya ia berteriak-teriak mengekspresikan kebahagiannya.
Kemudian, wajah Kagendra berpaling ke samping kirinya. Ia melihat Sadiyah yang sudah bernafas dengan teratur dan lambat menandakan istrinya sudah tidur dengan lelap.
Kagendra merasa sedikit bersalah pada Sadiyah. Apalagi tadi siang Sadiyah memergoki kemesraan yang ditampilkan oleh Natasha dan dirinya. Sadiyah melihat dirinya dan Natasha yang sedang berciuman dengan posisi Natasha yang berada dalam pangkuannya dengan tangan Kagendra yang sedang menyusuri punggung telan-jang Natasha.
“Ah besok pagi saja aku akan bicarakan masalah ini dengan Sadiyah.” tekad Kagendra.
*************
Keesokan paginya, seperti biasa mereka melakukan kegiatan yang selalu mereka kerjakan di pagi hari. Sadiyah masih tetap menyiapkan pakaian dan sarapan Kagendra.
Setelah selesai menghabiskan sarapannya, Kagendra memanggil nama Sadiyah.
“Sadiyah, ada hal penting yang harus kita bicarakan.” ujar Kagendra membuka obrolan pertama mereka setelah kejadian siang kemarin.
Sadiyah mendongakkan kepalanya mendengar apa yang dikatakan oleh Kagendra.
“Ya.” sahut Sadiyah.
“Perempuan yang kamu lihat kemarin di ruangan saya siang kamarin adalah kekasih saya yang sudah kembali.” ujar Kagendra tanpa basa-basi.
Sadiyah kembali menundukkan kepalanya. Tangannya memegang gelas dan ia memainkan jemarinya di atas gelas tersebut.
“Saya sangat mencintai kekasih saya dan saya memutuskan untuk menjalin kembali hubungan percintaan kami yang sempat terputus. Sebenarnya tidak pernah terucap kata-kata putus dari kami yang artinya dari dulu sampai sekarang, dia masih berstatus sebagai kekasih saya.”
“Hmmmm….” hanya itu tanggapan dari Sadiyah.
Kagendra melanjutkan kata-katanya yang membuat dada Sadiyah semakin sesak.
“Mulai hari ini, kamu tidak usah membuatkan makan siang dan makan malam untuk saya. Cukup siapkan saja sarapan.” perintah Kagendra.
Sadiyah masih duduk terdiam.
“Saya pergi kerja dulu.” pamit Kagendra.
“Hmmm….” Sadiyah hanya bisa menjawab dengan gumaman dan anggukan. Ia masih mau walaupun sedikit canggung untuk mencium punggung tangan Kagendra seperti yang ia lakukan setiap pagi sebelum suaminya itu pergi kerja
************
Sudah satu minggu berlalu. Tidak ada yang mengetahui betapa sakitnya hati Sadiyah sekarang ini. Ketika Ayah dan Ibu mertuanya berkunjung dua hari yang lalu, Sadiyah dan Kagendra berakting dengan sempurna seolah-olah tidak terjadi hal yang mengerikan di antara mereka.
Sadiyah mengakui jika awalnya ia tidak suka pada Kagendra. Tapi seiring waktu dan kebersamaan mereka selama satu bulan telah mulai meluluhkan hati Sadiyah. Ia mulai merasakan percik-percik cinta untuk suaminya itu. Perlakukan Kagendra yang sedikit melembut juga telah menyentuh hati Sadiyah. Apalagi ketika Sadiyah mengetahui bahwa suaminya itu sangat menyukai masakan buatannya. Sadiyah merasa ada kebanggaan dalam hatinya dan ia mulai percaya diri dengan pernikahan yang dijalankannya.
Sadiyah percaya jika dirinya akan mampu membuat Kagendra jatuh cinta padanya karena sebenarnya ia pun telah jatuh cinta pada Kagendra. Hanya saja ia masih malu dan takut untuk mengungkapkan rasa cinta pada suaminya. Ia masih menunggu sinyal dari suaminya tapi setelah ia menyaksikan adegan mesra antara suaminya dan kekasihnya ditambah dengan pernyataan dari suaminya yang mengatakan akan meneruskan percintaannya dengan kekasihnya itu, Sadiyah merasakan sudah tidak ada lagi harapan baginya untuk mendapatkan cinta Kagendra, suaminya. Sekarang rasa percaya diri Sadiyah sudah hancur lebur, sehancur dan seremuk yang dirasakan oleh hatinya. Ia merasa sudah tidak ada harapan lagi baginya untuk mendapatkan pernikahan yang sakinah mawaddah warohmah.
Sadiyah merasa kebimbangan yang sangat. Jika ia boleh egois, ia akan memilih mundur dari pernikahan ini. Ia rela dan ikhlas diceraikan oleh suami yang sampai sekarang pun belum pernah menyentuhnya. Jangankan melakukan hal yang biasa dilakukan oleh suami istri. Ciuman pertama dari suaminya saja belum Sadiyah dapatkan.
Tapi Sadiyah teringat dengan Aki Musa, Abah Yusuf dan Ibu Indriani. Ia tidak ingin mengecewakan mereka. Sadiyah juga teringat dengan Rostita, bibinya yang yang telah merawatnya selama lebih dari sepuluh tahun. Mengingat mereka yang ia sayangi membuatnya kembali mengucurkan air matanya dengan deras.
“Ya Allah, apa yang harus Iyah lakukan. Iyah pasrahkan saja semuanya pada-Mu Yaa Allah. Jika memang dia adalah jodohku dan baik untukku maka dekatkanlah tapi jika ia buka jodohku dan tidak baik untukku, maka jauhkan lah dia dariku.” do’a Sadiyah di setiap sholatnya.
*************
semangat