"Mama masih hidup! Mama masi hidup!" mata bocah itu berkaca-kaca saat Daniel mengatakan bahwa ibunya sudah meninggal. Ia tak terima jika ibunya dikatakan sudah tiada. Ia meninggalkan Daniel yang tidak lain ayahnya sendiri.
Terpaku menatap pundak bocah itu berlari meninggalkannya masuk ke dalam kamar.
Kenzie membanting pintu dengan keras, ia mengunci pintu rapat. hingga Daniel yang berusaha menyusulnya merasa kesulitan untuk membujuk putranya.
Daniel tau putranya, jika sudah seperti itu, Kenzie tidak akan mau bicara dengannya. Ia tidak akan memaksa putranya dalam keadaan seperti ini, hanya ia takut dengan kesehatan putranya semakin memburuk hingga ia memilih pergi.
"Temukan dokter itu, Saya akan membayarnya mahal," ucap Daniel dingin setelah mendapatkan telpon dari seseorang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon desi m, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
"Kakak, ini benar-benar kamu! Kemana saja kamu dalam beberapa tahun terakhir ini?"
Ariana berjalan ke arahnya dengan ekspresi prihatin di wajahnya. Wanita itu ingin menarik tangan Ariana layaknya saudara perempuannya. Tetapi Ariana menghindar dengan tenang.
Tidak ada seorang pun keluarga Siska di sini, untuk apa berakting seperti itu?
Erika dilahirkan oleh, papa dan mama tirinya Siska, dan sifatnya itu menuruni sifat Siska.
Dia dapat berpura-pura menjadi orang yang sangat baik, lemah lembut, tetapi sebenarnya dia menyimpan pedang beracun dalam tangannya, tanpa dia sadari, dia sudah dibunuhnya. Keji sekali.
Ariana tidak ingin berhubungan lagi dengannya. Dia tidak menceritakan tentang keadaan dirinya, tetapi hanya mengatakan, bahwa dia akan kembali menemui papanya jika dia ada waktu. Ariana hanya asal mengatakan sesuatu saja, lalu berbalik arah dan pergi.
Erika menatapnya tajam dari belakang, dan diam-diam mengikut Ariana.
Saat Ariana baru saja hendak duduk, Ariana tiba-tiba mendengar bisikan di dekat telinganya.
"Kakak, ini semua ..., anak-anakmu?"
Tanya Erika dengan bibir tersungging ke atas.
Yang Erika tau, Ariana gagal menikah dengan kekasihnya, karena yang kekasihnya dengar, Ariana hamil dengan seorang Pria lain.
Pada saat itu, Ariana di permalukan di depan umum, kekasihnya membawa wanita lain dan bercumbu di hadapannya. Tentu saja Ariana sakit hati, dan pergi ke bar untuk menenangkan pikirannya. Tanpa Ariana pikirkan apa akibatnya, ia justru mabuk tanpa sadar, ia pun tanpa sadar menyewa pria yang ia kira gigolo.
Yang Erika tau, Ariana hamil dengan Pria bayaran itu.
Dan kemungkinan kedua gadis kecil ini anak laki-laki itu? Erika tersenyum samar. Meskipun kedua anak perempuan ini yang satunya montok dan yang satunya lagi agak kurus, mereka tetap saja terlihat persis dengan Ariana. Tidak salah lagi, mereka adalah putri-putri Ariana.
Bocah ini ..., terlihat familiar, seperti pernah melihatnya di suatu tempat?
Tapi saat ini, sama sekali tidak bisa mengingatnya. Batin wanita itu yang terus memandangi kedua bocah itu secara bergantian.
"Apa hubungannya dengan mu?" Akhirnya Ariana menjawabnya dengan datar, serta menatap wanita itu dengan wajah yang tidak senang.
Waja Erik di hiasi dengan senyuman yang merekah.
"Mereka cantik-cantik dan ganteng, bahkan lebih dari pada artis cilik terkenal."
Dia begitu pandai memuji mereka bertiga, setelah itu apa lagi yang akan dia katakan? Ariana sudah menduga kalu wanita ini akan mengatakan sesuatu yang licik. Lihat saja nanti!
Ariana tersenyum kecut, dia tidak menyangka wanita ini mengikutinya dari belakang.
"Kakak, siapa ayah mereka? Dulu itu kamu kan mabuk, lalu tampa sengaja melakukan itu ..., Apakah ayah mereka tau tentang keberadaan mereka?"
Wanita itu menatap Ariana, dan dengan sengaja menampilkan senyuman manisnya.
Ariana mengernyitkan dahinya. Mengapa wanita gila ini begitu peduli dengan ayah mereka? Jika dia tau ayah mereka adalah Daniel, maka, entah apa yang akan dia lakukan.
Ariana tersenyum kecut. "Tidak ada urusannya dengan mu, mengapa kau begitu peduli?" Jawab Ariana. Dia sebetulnya malas melayani Erika yang memiliki busuk hati.
Erika menatap Ariana.
"Kakak, aku sebetulnya sangat peduli, anak-anak sudah besar, apa mereka tidak pernah bertanya? Atau begini saja, bagaimana kalu aku membantumu menyelidiki tentang keberadaan ayah mereka, apakah kamu punya petunjuk tentang ayah mereka?"
Menyelidiki? Ariana mengangkat kedua alisnya, mendengarkan dengan baik Ucapan wanita itu.
Jika dia sebaik itu, kurasa besok matahari akan terbit dari barat!
Ariana terkekeh, dalam hatinya mengejek Erika dalam hatinya, kemudian ia menghela napasnya. "Oh .., itu sudah lama sekali, aku tidak mengingatnya. Lagi pula mereka sangat bahagia bersama ku, tidak perlu tau siapa ayah mereka, jadi kau tidak perlu repot-repot untuk menyelidikinya."
"Tapi, bagaimana mungkin seorang anak tidak memiliki seorang ayah? Ayah mereka perlu ...,"
"Apakah kau tidak ada kegiatan dalam keseharian? Kenapa begitu sibuk ingin menyelidiki ayah mereka! Aku saja tidak mempermasalahkannya." Ariana sengaja menekankan ucapan seperti itu, agar wanita ini sedikit berubah untuk tidak ikut campur dengan urusan orang. Tetapi Ariana sudah paham, itu tidak akan berubah.
"Kakak, aku hanya ...."
"Oke, sepertinya anak-anak sudah selesai makannya, kami pergi dulu."
Setelah Ariana selesai bicara, Reva dan Deffan langsung bangkit dari tempat duduknya, dan Revi masih sibuk menggigit kue coklat yang sangat lezat itu.
Revi sadar, setelah Reva menepuk pundaknya dengan pelan, ia bangkit seraya melirik kue yang masih ada di atas meja itu.
"Apakah yang ini mau di bawa juga, Ma?" Revi bertanya sambil melirik Ariana.
"Yang ini tidak usah di bawa lagi, kamu bisa memilih kue yang mana saja yang kamu suka, anggap saja ini adalah hadiah pertemuan mu dengan tante."
Senyuman licik muncul di wajah Erika. Ia mencoba mendekati ketiga anak itu, melalui senjata berlapis gula.
Deffan dan Reva melihat, bahwa Mama tampak tidak begitu peduli dengan wanita ini, jadi mereka menggelengkan kepalanya dengan cepat serta berucap: "kami sudah cukup makan, dan tidak ingin makan lagi."
Revi yang tampak ragu-ragu seperti ingin membawanya pulang.
Reva melihat adiknya seperti itu langsung berbisik di telinga Revi. "Mana tidak menyukai Tante ini, kita tidak boleh membawa barang apa pun yang dia berikan, siapapun yang mengambilnya adalah penghianat."
Revi yang mengingat Mama tidak akan menyukainya, dengan segera ia mengatakan bahwa: "Aku tidak mau memakannya lagi, aku sudah Kenyang."
wanita itu tampak sedikit kesal dengan jawaban anak-anak itu, namun ia menutupinya agar tidak di curigai oleh mereka.
Ariana tersenyum puas mendengarnya, dia tidak menyangka, Revi bisa menahan godaan kue lezat itu dengan sangat baik. Ariana sangat terharu lalu mengulurkan tangannya mengelus-elus rambut Revi.
"Baiklah, kami pergi dulu ya!"
Setelah itu, Ariana keluar bersama dengan anak-anaknya.
"Kakak, aku masih punya ...,"
Erika yang hanya dapat melihat punggung Ariana yang pergi tanpa memperdulikannya, ia sangat kesal.
"Apa yang dia sombong kan? Bukankah hanya tiga anak yang tidak jelas asal usulnya? Lihat saja, tunggu pembalasan dari ku!" perempuan itu mengepalkan tangannya serta mengeraskan rahangnya.
Penasaran?
...----------------...
Ayo komen dong, agar author update lagi.
terimakasih pendukung yang mensupport author, tanpa dukungan kalian, karya author tidak akan berkembang, terimakasih. jangan lelah untuk tetap mendukung setiap update terbaru author ya.
untuk kalian, mohon berikan bintang lima di